Selfi menutup pintu mobilnya cukup keras membuat Dewa geleng-geleng kepala. Sedari tadi saat perjalanan mereka pulang kerumah Selfi hanya diam, tentu saja Dewa tidak terkejut itu sudah biasa. Selfi memasuki rumahnya tanpa memperdulikan Dewa yang sedari tadi memanggil namanya.Selfi membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia memandangi langit-langit kamarnya. Bayang-bayang kejadian tadi saat di rumah sakit tergambar lagi dan membuatnya menjambak rambutnya.
"Aishhh dasar Kakak biadab!" teriak Selfi frustasi.
Selfi menoleh kesamping saat mendapati pintu kamarnya terbuka lebar, memperlihatkan sosok laki-laki yang membuatnya kesal setengah mati. Selfi menghela nafasnya berat, tangannya tanpa sadar terkepal erat ingin rasanya ia mengumpat kepada Kakaknya itu.
"Yaelah muka lo gitu amat sih?" tanya Dewa tanpa merasa bersalah.
"Ngapain lo?" sahutnya kesal.
"Yaelah galak banget sih" Dewa terdiam sebentar. "Maaf deh soal tadi" ucap Dewa tulus.
"Engga!!"
"Bener nih engga mau maafin gue?" tanya Dewa lagi.
"Engga!!"
"Bener?"
"Ya!"
"Ngga nyesel?"
"Engga!!"
"Yakin?"
"Iya!"
"Bener nih?"
"Ya!"
"Serius nih?"
"Lo ngomong lagi gue tonjok ya!"
Dewa menahan untuk tidak tertawa, bukannya takut ia malah semakin gencar menggoda Selfi.
"Besok gue anterin deh ke toko buku, lo bisa beli sepuasnya. Gue bayarin" balas Dewa mencoba merayu adiknya.
"Engga!"
"Gue beliin ice cream 2?" tawarnya sambil menaik turunkan alisnya.
Selfi melirik sebentar. "Engga, itu namanya nyogok!" ucapnya jual mahal.
"Lima deh di tambah seblak" Balas Dewa mencoba membujuk.
Selfi terdiam sebentar, lalu senyum tipis terbit di bibirnya. "Ceker merconnya sekalian ya" ucapnya lalu tersenyum lebar.
Dewa hanya mendengus pasrah, ya beginilah caranya untuk membujuk adiknya agar tidak lagi marah. Dengan makanan itu hal wajib dan bisa juga di ajak berbelanja.
"Iyaa iyaa" sahut Dewa pasrah lalu mencubit pipi adiknya gemas.
Dewa memandang Selfi.
"Emang bener lo masih naksir sama Bagas?" tanyanya.
Selfi melirik tajam kearah Dewa, membuat nyali pria itu ciut.
Selfi menghela nafasnya berat, lalu mengangguk lesu. "Emang susah ya kalo kita suka sama orang duluan" jawabnya lemah.
Dewa tersenyum hangat lalu menepuk puncak kepala adiknya lembut. "Selagi lo masih bisa perjuangin, kalo lo udah lelah lo boleh nyerah" jawab Dewa sekenanya.
"Tumben lo bijak?" tanya Selfi bingung.
"Gue emang bijak dari dulu kali!" jawabnya bangga.
"Halah tau apaloh soal cinta, Lo aja nyampe sekarang masih jomblo!" sahut Selfi.
"Belom nemu yang pas aja" jawabnya tak mau kalah.
"Emang ada yang mau sama lo?!" tanya Selfi tepat pada sasaran.
"Sial!!" umpatnya.
Selfi memegangi perutnya sakit akibat tertawa terpingkal-pingkal karena ekspresi wajah dari kakaknya.
°°°°°°
Setelah menutup kembali gerbang, rumahnya Bagas segera berjalan menuju teras rumah. Bundanya sudah terlebih dahulu masuk kedalam rumahnya di bantu Mbok inem. Bagas masuk kedalam rumahnya dengan langkah kakinya yang tak bertenaga. Ia duduk di sofa empuknya, menyadarkan kepalanya merileksnya pikirannya.
Mbok inem yang sedari tadi ada di samping Bagas, memandanginya heran.
"Kenapa den?" tanya mbok inem.
"Engga Bi" jawab Bagas lirih.
"Aden kepikiran sama Ny. Maya?" tebak Mbok inem.
Bagas menghela nafasnya berat, lalu menoleh menatap Mbok inem. "Iya Bi, Bagas takut kalo Bunda ninggalin Bagas. Bibi tau sendiri Bagas ngga punya siapa-siapa, yang Bagas punya sekarang cuma Bunda"
"Ada Bibi ada Mang ujang juga, Aden ngga perlu khawatir. Bibi saranin Aden mending nyari pacar!"
Bagas langsung bangkit dari duduknya, menegakkan tubuhnya. "Nanti Bagas coba deh Bi sarannya" jawab Bagas.
"Semangat Den!" seru Mbok Inem.
Bagas hanya mengedipkan matanya lalu tersenyum manis. Mbok inem hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Bagas, ia juga merasa tak tega wajah Bagas nampak murung tapi masih bisa tersenyum.
Mbok inem tersenyum hangat menatap kepergian Bagas.
Happy reading
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAAA💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Teen FictionDia BAGAS KHATULISTIWA ANGGARA ketua Geng ASKARA. Penguasa Sekolah, penguasa jalananan.