28

19.6K 1.6K 12
                                    


Bagas duduk termenung dikursi panjang yang ada dirumah sakit, Pandanganya kosong. Hidupnya benar-benar berantakan, sudah hampir dua jam dokter yang menangani Selfi berada didalam sana.

"Bagas" suara berat itu berhasil membuat kesadaran Bagas kembali. Didepannya Burhan berdiri bersama sang istri yang nampak sangat khawatir.

"Gimana keadaan Fi?" Desi bertanya begitu lembut, hal yang selalu Bagas sukai.

"Dokter masih didalam tante. Belum keluar" ucap Bagas pelan.

"Maaf Om, Tante saya selalu saja telat menolong Fi" Bagas menunduk menghindari tatapan Burhan yang seakan menusuk dirinya.

"Saya mau berhenti jagain Fi Om, Tante. Karena jika Fi terus bersama saya Fi akan terus dalam bahaya. Saya pamit Om, Tante" Bagas melangkah pergi meninggalkan Burhan dan Desi yang terpaku di tempatnya.

"Kamu tau Gas, selama ini Tante sama Om nggak pernah marah sama kamu. Tentang kamu yang selalu telat menolong Fi, terlambat bukan berarti tak menyelamatkan bukan. Karena bagi kami, kamu selalu berhasil menolong Fi dan kamu selalu menjaganya dengan baik. Ini semua juga bukan salah kamu, jadi berhenti menyalahkan diri kamu sendiri" Bagas menghentikan langkahnya, ia kembali menunduk.

"Om akan begitu membencimu bahkan tidak segan untuk memukuli kamu jika kamu berani meninggalkan Fi" suara Burhan terdengar dingin dan kejam.

Desi berjalan mendekat lalu menepuk pundak Bagas lembut. "Kamu pria baik, jaga kekasihmu dengan baik. Tante percaya padamu" Senyum Desi begitu meneduhkan hati.

Bagas hanya membalas senyum itu singkat, lalu kembali duduk dikursi panjang didepan ruangan ICU bersama kedua orangtua kekasihnya. Ketiganya masih sibuk dengan pikirannya masing-masing, pandangan mereka kosong.

Burhan beranjak dari duduknya bertepatan dengan keluarnya seorang dokter dari ruang ICU.

"Pak Burhan, saya tunggu di ruangan saya" ucap dokter tersebut memaksakan senyumannya dan berlalu pergi.

"Saya titip istri dan anak saya sebentar" ucap Burhan lalu melangkah pergi meninggalkan Bagas dan Desi.

Setelah kepergian Burhan, tak lama para anggota ASKARA datang. Berjalan tergesa menuju Bagas yang tengah duduk bersama seorang wanita. Ketika sudah sampai didekat Bagas mereka menyapa dengan sopan wanita yang disamping Bagas yang mereka yakini Mama dari Selfi.

"Kalian ini anggota ASKARA?" tanya Desi ramah sambil tersenyum.

"Iya Tante" jawab Dava.

"Saya mewakili semua anggota ASKARA ingin meminta maaf karena kami telat menolong Fi Tante. Kami patut mendapat hukuman" ucap Dava menyesal.

"Kalian ini bicara apa? Saya malah sangat berterimakasih karena kalian sudah menolong anak saya. Sudah jangan seperti itu, yang terpenting sekarang Fi sudah ditangani dokter. Tidak perlu khawatir" jawab Desi lembut.

Mereka hanya tersenyum canggung, sedangkan Bagas diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Burhan berjalan menuju ruang  ICU, disana terlihat ramai. Ia tahu siapa mereka, Burhan mengulas senyum tipis. Lalu menghampiri mereka dengan senyuman lebar.

"Kalian semua disini" sapa Burhan ramah.

"Iya Om kita kesini ingin tau keadaan Fi" ucap Dava.

"Fi sudah ditangani dokter, kalian tidak usah khawatir" jawab Burhan.

"Kalian pulang saja ini sudah malam, besok kalian harus sekolah. Saya mengucapkan banyak terimakasih karena berkat kalian putri saya selamat"

Anggota ASKARA hanya tersenyum canggung.

Burhan menghampiri Bagas lalu menepuk pundak Bagas membuat pria itu mendongak menatap Burhan. "Pulanglah bersama teman-temanmu, bersihkan dirimu"

"Tapi saya ingin tetap disini Om, menemani Fi" Bagas menjawab tanpa ragu.

"Pulanglah kamu butuh istirahat Gas, biar Tante sama Om yang jaga Fi" kata Desi ikut membujuk Bagas sambil mengelus pundak pria itu lembut.

"Keadaan Fi akan baik-baik saja kan Om?" kata Bagas sangat khawatir.

Pertanyaan Bagas sukses membuat raut wajah Burhan berubah sedih.

Burhan menatap ruang ICU yang tertutup rapat itu nanar. "Fi koma, dokter tidak bisa memprediksi kapan ia sadar"

Ucapan Burhan sukses membuat Desi menangis histeris, dengan segera Burhan memeluk istrinya begitu erat.

Tangan Bagas terkepal kuat, ia begitu menyesal dan merasa bersalah. Amarahnya benar-benar berada dipuncak, semua ini karena Dimas. Ia berjanji akan menghabisi Dimas setelah ini tanpa ampun.






Vote yaa!!!!

Maksihhhh 💜💜

Bagian ini pendek protes aja nggak papa

To nggak ada yang protes hahaha

Kan kebanyakan silent readers

Thanks semua 💜💜💜💜

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang