Lelaki itu melangkah lebar memasuki rumah tua yang tidak terurus. Pandangannya tajam dan datar tangannya terkepal menahan amarah, benar-benar ciri khas dari seorang Bagas Khatulistiwa Anggara.Setelah dari rumah sakit Bagas menyusul teman-temannya di Markas rahasia mereka para anggota ASKARA. Matahari sudah meninggi membuat suasana menjadi semakin panas. Bagas menatap seluruh anggota ASKARA yang sedang mengobati luka mereka. Tempat yang sedari tadi ramai tiba-tiba hening setelah kedatangan sang Ketua.
"Dimana Dimas dan para kacungnya?" suara Bagas begitu dingin. Aura mencekam begitu mendominasi.
"Kita nggak tau" jawab Malik tenang.
"Gue serius" tatapan Bagas begitu mengintimidasi.
"Yang gue liat setelah lo bawa pergi Fi dari sana banyak orang-orang berpakaian serba hitam berdatangan. Orang-orang itu membawa Dimas dan semua kacungnya. Setelah itu gue nggak tau mereka kemana, tapi yang lo harus tau kayanya mereka ada di pihak kita" Malik memberi penjelasan dengan begitu tenang.
"Gas gue mau ngomong sama lo sekarang" Bang Fais terlihat sangat serius. Pria itu beranjak pergi diikuti Bagas dibelakangnya.
Sekarang Bagas dan Bang Fais berada dilantai dua, suasana diatas begitu sepi. Mereka duduk di sofa yang ada disana.
"Lo tau siapa Papanya Fi?" tanya Bang Fais.
"Burhan Brawijaya" Jawab Bagas cepat.
"Lo tau siapa dia sebenernya?" tanya Bang Fais penuh misteri.
"Langsung ke intinya aja Bang, gue buru-buru" Bagas mendesak Bang Fais agar langsung ke inti pembicaraan mereka.
Bang Fais menghela nafasnya pelan. "Dulu waktu lo sama gue hidup dijalanan, pernah nggak lo penasaran kenapa duit gue banyak padahal gue cuma preman jalanan" jelas Bang Fais.
Bagas mengangguk, lalu meminta Bang Fais melanjutkan ucapannya.
"Lo tau gue dapet duit itu dari mana? Dari Burhan Brawijaya" lanjut Bang Fais membuat Bagas mengerutkan keningnya bingung.
"Gue nggak ngerti, jelasin yang bener Bang jangan setengah-setengah!" protes Bagas.
"Iya yang lo tau sekarang, Burhan Brawijaya itu Papanya Fi kan?. Lo tau kan kalo Papanya Fi itu pengusaha sukses. Dibalik sifat hangat dan keramahannya itu ada satu sifat yang Lo belum tau. Dulu gue pernah kerja sama dia, Lo tau tugas gue apa? Tugas gue nangkepin orang-orang yang selalu mengusik keluarganya. Dia bakal berubah jadi monster, kalo ada orang yang berani mengusik keluarganya. Beliau nggak akan tinggal diam, apapun dilakukannya demi keluarganya"
"Dan apa lo tau tentang Fi yang katanya bukan anak kandung mereka?"
Bagas hanya mengangguk.
Bang Fais kemudian melanjutkan pembicaraannya. "Kalo lo udah tau ini berarti lo udah sangat dipercaya oleh keluarga BRAWIJAYA. Gue akui Papanya Fi itu orang yang baik, orang yang hangat jika bertemu dengan orang yang tepat" Bagas menatap Bang Fais tak mengerti, ia meminta penjelasan lebih lanjut.
"Masalah tentang Dimas dan para kacungnya itu lebih baik lo tanya sendiri langsung ke beliau" ujar Bang Fais.
"Sekarang mending lo hubungi Papanya Fi kalau lo mau tau keberadaan Dimas" setelah mengucapkan itu Bang Fais berlalu pergi meninggalkan Bagas.
Tanpa ragu Bagas mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Burhan. Tanpa menunggu lama panggilannya pun terhubung.
"Halo Om"
"Saya tau tujuan kamu menghubungi saya Bagas"
"Maksud Om?"
"Temui saya di gedung tua dipinggir kota. Saya akan mengirim alamatnya padamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Teen FictionDia BAGAS KHATULISTIWA ANGGARA ketua Geng ASKARA. Penguasa Sekolah, penguasa jalananan.