{dua puluh dua}

124 8 0
                                    

Avneet dkk sedang menikmati makanan nya dikantin.

"Ehh ngomong kok gue enggak pernah liat ashnoor lagi yah?" Tanya vaish. Yah memang setelah kejadian waktu dicafe ashnoor sudah tidak menampakkan dirinya lagi disekolah! Banyak murid dan guru yang bertanya.

"Eh iyah gue baru sadar setelah kejadian itu kaya nya udah enggak pernah keliatan lagi deh!" Timpal arishfa. Krupa yang mendengarnya hanya bisa mendunduk saja. Ia jadi semakin merasa bersalah saja kepada ashnoor.

Avneet memberi kode kepada teman teman nya untuk menatap krupa. Teman teman nya pun mengerti.

"Ehh bahas yang lain aja yuk!" ucap nirisha yang dianggukin oleh semua orang.

.
.
.

Tet tet

"Gue pulang duluan yak ditungguin nyokap!" ujar arishfa.

"Titip salam buat faisal yak!" ucap avneet.

"Ciee tumben ada apa nih!" Goda vaish.

"Apa sih emang salah yah titip salam sama temen sendiri" ucap avneet.

"Hahaha iyah deh enggak salah" Ujar nirisha.

"Lo langsung pulang kan?" tanya krupa yang mendapati gelengan kepala dari avneet.

"Enggak gue ada urusan sebentar!"

"Yaudah kita duluan yah!" ucap vaish dan dianggukin oleh avneet.

Sebenarnya avneet akan pergi kerumah sakit untuk cek up kondisi penyakit nya. Karena ia merasakan pusing dikepala nya dan beberapa hari ini sering mengalami mimisan.

.
.
.

"Selamat siang dok!"

Seorang dokter tampan tersenyum kearah avneet.

"Eh kamu silakan!" ujar nya tersenyum. "Bagaimana kabar kamu?" tanya nya.

"Saya baik dok hanya saja saya ingin mengecek lebih lanjut soal penyakit saya!" avneet berusaha untuk tersenyum manis.

Dokter itu mengangguk ia tahu jika pasien nya hanya berusaha untuk menutupi kesedihan nya saja. Karan patel adalah dokter yang selama inu menangani penyakit avneet.

"Baik kita periksa dulu!" avneet mengangguk patuh.

.
.
.

"Jadi bagaimana dok?"

"Mungkin setelah saya menyampaikan ini kamu akan sedih tapi kamu tetap harus tau bagaimana kondisi kamu!" Dokter karan memegang tangan avneet. Jujur saja ia sudah menganggap avneet lebih dari sekedar seorang pasien nya ia menganggap avneet seperti putri nya sendiri. Karena memang karan belum menikah sampai sekarang.

Avneet mengangguk padahal dalam hati nya ia sudah was was mendengar nya. Namun ia berusaha untuk menerima semua ini.

"Penyakit kamu sudah semakin parah karena sudah memasuki stadium akhir maka sudah menjelur keseluruh tubuh kamu ditambah lagi kamu yang sering merasakan pusing dan mimisan membuat keadaan kamu lebih memburuk!" Jelas karan membuat avneet tersenyum lirih. "Saya segera sarankan untuk kamu agar secepatnya melakukan operasi itu jika kita terlambat sedikit saja maka hasil nya akan fatal untuk keselamatan kamu!" lanjut nya.

Avneet terdiam.

"Umur kamu tidak lama lagi avneet! Hanya tinggal satu bulan saja!" Avneet memejamkan mata nya agar air mata nya tidak keluar sekarang. Ia tidak boleh terlihat lemah dihadapkan karan dan membuat orang yang melihat nya merasa kasihan.

Avneet mengangguk lemah.

"Tapi kamu tenang saja itu masih prediksi saya! Tentang umur tidak ada yang tau bukan? Umur tentu saja hanya ada ditangan tuhan! Dan siapa tau prediksi saya salah!" karan mencoba untuk menghibur avneet.

Avneet Kaur ✔ {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang