{tiga puluh lima}

125 6 0
                                    

Masalah apa lagi ini tuhan? Kenapa begitu banyak masalah yang engkau berikan untuk ku? Aku sudah tidak kuat lagi!

Happy reading!

•••




Jantung avneet menjadi panik ketika melihat nenek nya mulai menutup mata dan alat itu berhenti tidak lagi menunjukkan jantung nya. Ia menggeleng kecil.

"Enggak! Ini pasti salah!" Ia mulai sedih. "Nek bangun! Nenek jangan tinggalin aku! Aku kan udah berjanji akan melakukan operasi itu tapi kenapa nenek malah ninggalin aku! Bangun nek avneet butuh nenek untuk memberikan semangat!" Ia mulai histeris karena nenek nya tak kunjung menjawab nya. Semua badan nenek terdiam tak berdaya.

"DOKTER!" Teriak nya keras membuat semua orang yang belum ada diluar ruangan masuk kedalam.

"Ada apa? Ya tuhan mama!" Mereka semua langsung dibuat panik.

"Jangan sentuh dia bodoh!" Amandeep menghempas kasar tangan avneet. "APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN HAH!" Bentak nya keras.

Avneet menggeleng kecil. "A-akuu e-enggak melakukan apapun pah! Tiba-tiba nenek menjadi seperti ini" Ucap nya sendu.

"hiks..hiks!  Mama bangun mah! Kenapa mama ninggalin kita semua? Bangun mah!" Sonia menangis histeris sambil memeluk tubuh mama mertua nya.

Dokter Rahmani pun masuk langsung memeriksa nya. Ia memegang denyut nadi nenek dan hidung nya. Nafas nya sudah berhenti.

"Innalillahiwainalillahi rojiun"

Semua menggeleng tak percaya.

"Enggak! Lo pasti salah kan! Mama gue masih hidup! Mah bangun mah! Amandeep belum bisa membahagikan mama! Bangun mah!" Amandeep menguncang tubuh mama nya.

"Denyut nadi nya sudah berhenti! Kalian semua harap ikhlaskan kepergian nya!" Dokter Rahmani juga bisa merasakan apa yang amandeep rasakan ketika melihat seseorang yang kita sayangi sudah pergi jauh.

"Hiks..hiks!"

Tubuh Avneet yang lemas membuat nya jatuh pingsan.

Bruk.

"Avneet!" Pekik Bhavin terkejut ia langsung menggendong avneet. "Dok tolong adik saya!" Dokter Rahmani mengangguk dan mereka membawa avneet diruangan sebelah.

•••

Saat ini mereka semua sedang dipemakaman. Menatap sendu tanah yang masih basah didepan nya. Avneet tak henti-henti menangis. Ia tidak menyangka kalau nenek nya akan pergi secepat ini padahal mereka baru saja bertemu kembali.

"Hiks..hiks!"

Jai yang berada disamping avneet merangkul nya dan sesekali mengelus punggung avneet memberikan kekuatan.

"Udah avneet lo harus ikhlas! Nenek lo udah bahagia disurga sana karena ketemu sama suami nya!" Ucap Jai lirih.

Sidd sedari tadi pandangan nya tak lepas dari sosok gadis yang sedang memeluk nisan itu sembari menangis. Hati nya merasa sakit ketika melihat sosok gadis itu mengeluarkan air mata nya. Ingin sekali ia yang menenangkan nya. Namun lagi-lagi ego nya lebih besar. Ia hanya bisa melihat avneet yang menangis didalam pelukan Jai saja.

Amandeep menarik avneet kasar.

Dan....

Plak.

Avneet memegangi pipi kanan nya yang baru saja ditampar oleh amandeep untuk kesekian kali nya jadi ia tidak merasakan sakit apa pun. Untuk saja sekarang yang berada dimakam hanya keluarga dan teman teman nya saja. Teman-teman nya menutup mulut nya tidak menyangka kalau amandeep akan menampar avneet. Begitu pun dengan sidd, ia membuka mata nya lebar ketika melihat nya.

Avneet sama sekali tidak bersuara ia masih menangis dalam diam.

"Udah puas sekarang kamu hah! Kamu sudah membuat kakek mu meninggal dan sekarang nenek mu! Sebentar nya apa yang kamu inginkan! Apa kamu mau membunuh semua keluarga mu hah! Kamu memang anak pembawa sial!" Bentak amandeep. Ia tak peduli jika avneet akan merasa mali didepan teman-teman nya. Malah itu yang ingin ia lakukan membuat avneet malu didepan teman-teman agar membuat ia tak mempunyai teman satu pun.

"SAYA MENYESAL TELAH MEMPUNYAI PUTRI SEPERTI MU! LEBIH BAIK KAMU MATi SAJA SANA!" Bentak amandeep geram.

Deg.

Sungguh kata-kata amandeep kali ini membuat hati avneet merasakan sakit yang begitu dalam. Papa nya sendiri malah mengingkan anak nya mati!.

Teman-teman nya semakin menutup mulut nya kaget. Ia sama sekali tidak menyangka jika seorang ayah akan mengatakan itu pada anak nya.

"Hiks..hiks"

"Hiks..hiks"

Seakan tak ada yang peduli dengan air mata avneet. Amandeep dan sonia meninggalkan pemakaman disusul oleh jannat. Kini hanya terisa teman-teman nya saja.

"Ssttt kamu yang sabar yah, kita semua pasti akan selalu ada disamping lo kok!" Ucap Vaish merangkul avneet. Krupa yang melihat Avneet terpuruk rasanya ingin memeluk nya dan memberinya semangat. Namun gengsi nya lebih besar ketika ia mengingat kejadian ditaman belakang sekolah.

"T-olong b-iarkan a-ku s-endirian!" Ucap Avneet lirih dengan pandangan yang kosong.

"Baiklah kita semua pulang dulu!" Ucap Bhavin memeluk Avneet. Dan semua orang meninggalkan avneet sendirian di TPU.

Tubuh avneet merosok ketanah dan memeluk nisan nenek nya. "Hiks..hiks nenek kenapa ninggalin aku! Apa nenek enggak sayang sama aku? Apa aku memang yang membuat nenek meninggal! Kenapa semua orang yang berada didekat aku akan pergi jauh!" Ucap nya sendu.

Jai laki-laki itu sama sekali tidak mau meninggalkan avneet sendirian. Ia masih stay disamping avneet, mengingat bagaimana keadaan avneet saat ini masih lemah.

"Avneet sudah ikhlas nenek lo, jangan nangis kaya gini! Dengan lo nangis kaya gini malah membuat nenek lo sedih diatas sana!" Ucap Jai lembut.

"Aku akan mengabulkan keinginan papa, papa ingin agar aku mati saja kan! Baiklah maka itu yang akan terjadi!"  Batin avneet.

"Sekarang kita pulang yah!" Avneet hanya mengangguk pasrah.




•••

Jai membawa avneet kerumah divyanka.

"Assamualaikum bunda!"

"Waaalaikumsalam!"

"Ya allah kenapa avneet bisa seperti ini?" Bunda divyanka mengambil alih avneet dan mengajak nya untuk duduk.

"Avneet masih sedih atas kepergian nenek nya bun!" Ucap Jai pelan. Bunda divyanka merasa prihatin dengan keadaan avneet begitu pun juga dengan aashika.

"Memang apa yang terjadi dipemakaman tadi?" Tanya aashika dan Jai mulai menjelaskan semua nya.

Bunda divyanka menghelas nafas nya dan menatap avneet yang sedang dengan pandangan kosong nya. "Sayang dengerin bunda! Kematian nenek kamu bukan salah kamu itu semua takdri dari Allah!" Ucap nya lembut. Ia menghapus air mata avneet. "Jadi setelah ini apa yang akan kamu lakukan? Kamu mau kan menuruti permintaan terakhir nenek kamu? Kamu mau kan dioperasi sayang?" Lanjut nya lembut.

Avneet terdiam ia tidak berniat menjawab nya.

"Sayang bunda mau kamu menjalankan amanah terakhir dari nenek kamu itu agar nenek bisa hidup tenang diatas sana!" Ucap Bunda Divyanka. Avneet masih sama tetap terdiam dengan pandangan kosong nya.

Divyanka tahu betul bahwa avneet saat ini sangat rapuh. Ia butuh keluarga nya untuk mendukung nya dan memberikan semangat untuk sembuh dari penyakit nya.

Divyanka mencium seluruh wajah avneet menyalurkan rasa sayang nya. Ia berjanji tidak akan membuat avneet sedih lagi dan sampai mengeluarkan air mata.




•••


Turut berduka cita nenek "(

Tetap kuat avneet kamu pasti bisa💪

TBC.

Avneet Kaur ✔ {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang