Seokjin segera menarik Yoona memasuki rumah besarnya. Sesampainya di ruang tamu, tanpa Yoona sangka Seokjin tiba-tiba saja menampar dirinya dengan cukup keras hingga di ujung bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Kau tahu? Aku tidak menyuruhmu untuk memanggilkan ambulans untuk Jimin, lalu kenapa kau melakukannya hah?!!" Yoona hanya diam menanggapi ucapan Seokjin. Ia tahu hal ini akan terjadi, Seokjin akan marah padanya dan menyiksanya seperti biasa.
"Jawab Kim Yoona!!" bentak Seokjin. Yoona sedang tidak ingin menjawab pertanyaan Seokjin. Ia takut akan membuat Seokjin lebih marah lagi dan membuat dirinya semakin tersiksa. Yoona hanya bisa menangis di hadapan Seokjin.
"Aishh aku tidak menyuruhmu untuk menangis Kim Yoona. Cepat jawab pertanyaanku kenapa kau memanggil ambulans untuk Jimin??!!" Yoona hanya menggelengkan kepala tetap tidak mau menjawab pertanyaan Seokjin.
Tanpa ragu Seokjin mengeluarkan pisau kecilnya dan menggoreskannya ke pergelangan tangan kanan Yoona.
"Aww!!" teriak Yoona merasakan sakitnya goresan pisau yang Seokjin buat.
"Cepat jawab atau aku akan berbuat lebih dari ini Kim Yoona."
"A-aku.. Aku hanya tidak ingin melihatnya terluka."
"aku tidak suka ini Kim Yoona, kau pasti tahu itu. Aku akan menyelesaikan ini sendiri dan kau tidak usah ikut campur mengerti?!!"
Yoona memeluk Seokjin erat sembari berkata, "Jangan apa-apakan Jimin, kumohon."
Seokjin sedikit terpaku dengan apa yang dilakukan Yoona. Ia tidak menyangka Yoona akan memeluknya erat seperti ini. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan dari orang yang sangat ia sayangi. Ya, ia menyayangi Yoona. Tetapi sifat psychonya susah untuk dihilangkan. Mungkin banyak yang bilang seorang psycho tidak memiliki hati tetapi berbeda dengan Seokjin. Ia benar-benar menyayangi Yoonanya. Ia tidak ingin Yoonanya diambil oleh siapapun.
Seokjin segera sadar dengan apa yang telah ia perbuat terhadap Yoona. 'aku telah menyakitinya.' batin Seokjin. Ia menatap Yoona yang masih tetap memeluknya dengan tangisannya yang belum juga reda. Seokjin menjatuhkan pisaunya di lantai. Ia mengangkat wajah Yoona untuk menatapnya. Dapat ia lihat guratan sedih dan juga tersakiti di wajah Yoona. Ia juga dapat melihat dengan jelas darah yang mengalir dari ujung bibir Yoona.
Cupp..
Seokjin menciumi bibir Yoona dan menyesap habis darah yang mengalir di bibir Yoona.
"maafkan aku." ucap Seokjin. Yoona hanya bisa diam dengan apa yang dilakukan padanya. Ia tidak bisa memahami apa maksud dari perbuatan Seokjin. Terkadang ia bisa saja tiba-tiba kasar dan bisa juga tiba-tiba bersikap manis seperti yang baru saja ia lakukan.
Seokjin segera menggendong Yoona menuju kamarnya dan menidurkan Yoona di atas kasur. Ia membenarkan posisi selimut yang dikenakan Yoona.
"Tunggu di sini. Jangan kemana-mana." ucap Seokjin. Yoona hanya bisa melihat punggung Seokjin yang berjalan keluar dari kamar.
Tak lama Seokjin kembali sembari membawa kotak P3K. Ia membersihkan luka di tangan kanan Yoona. Ia membersihkannya dengan sangat hati-hati supaya Yoona tidak merasa kesakitan. Lalu ia membungkus luka Yoona dengan plester bermotif hati.
"Maafkan aku. Tidurlah dengan nyenyak." Seokjin mencium dahi Yoona agak lama. Kemudian ia mengembalikan kotak P3K dan tidur di samping Yoona sembari memeluk Yoona erat.
***
Yoona terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan suara berisik yang berasal dari dapur. Ia pun berjalan menuju dapur untuk mencari tahu asal suara berisik tersebut. Ia melihat Seokjin sedang mengasah sebuah pisau kecil dan juga besar. Ia merasa sedikit takut, namun rasa ingin tahunya lebih besar. Ia pun menghampiri Seokjin.
"O-oppa, apa yang kau lakukan?"
Seokjin menoleh melihat sosok Yoona yang berjalan perlahan menuju dirinya.
"kau bisa melihatnya aku sedang mengasah pisau jadi mengapa kau bertanya lagi?"
"U-untuk apa kau mengasah pisau?"
Seokjin hanya menatap Yoona dengan smirk andalannya, "Kau ingin tahu? Kemarilah." tanya Seokjin.
Yoona dapat merasakan jantungnya berdegup tak karuan, "W-waeyo?"
"Cepat kemari!"
"N-nee." Yoona pun semakin mendekat ke arah Seokjin.
TAKKK!!
Yoona terkejut dengan suara buah yang Seokjin potong di atas talenan. Yoona hanya bisa menghela nafas mencoba bersabar dengan apa yang Seokjin lakukan baru saja. Setidaknya Seokjin tidak melukai dirinya lagi.
'Ya ampun mengapa susah sekali menjadi istri seorang Psychopath?' batin Yoona.
"Sudah, kau sudah melihat apa yang kulakukan. Duduklah di meja."
"nee oppa." Yoona pun duduk bertumpang dagu memandangi Seokjin suaminya. Yoona hanya bisa menghela nafas lagi melihat tingkah Seokjin yang memotong buah dengan sangat kasar, tanpa ada belas kasihan sedikit pun.
'memangnya dia tidak kasihan dengan buah yang ia potong? Kenapa kasar sekali? Apa tidak bisa dia memotongnya dengan pelan-pelan?' batin Yoona lagi.
"Tidak bisa, ini sudah menjadi kebiasaanku." ucap Seokjin tiba-tiba.
"nee oppa?"
"Kau sedang bertanya dalam batinmu bukan? Jadi aku jawab."
"B-bagaimana kau tahu?"
"aku bisa membaca pikiranmu Kim Yoona."
"Mwo??"
"awas bola matamu keluar. Tapi jika memang keluar lumayan untuk santapan peliharaanku."
"N-nee?" Yoona kembali bergelut dengan pikirannya. Ia tidak menyangka jika suaminya sendiri bisa membaca pikiran.
"Aku tahu aku hebat. Sudah tidak perlu dipikirkan lagi. Cepat makan buah ini. Aku akan memeriksa lukamu."
"Heumm lukaku?"
"Tanganmu, cepat kemarikan." Yoona baru saja teringat jika Seokjin telah melukai tangan kanannya semalam. Ia tidak memperhatikan Seokjin yang sedari tadi berusaha mengganti plester di tangan Yoona. Ia hanya fokus memakan buah yang sudah dipotong-potong oleh Seokjin. Ia merasa sangat lapar pagi ini.
Tiba-tiba Yoona teringat dengan sahabatnya Jimin, "Oppa bolehkah aku menjenguk Jimin?" tanya Yoona.
"Tidak."
"Oppa, sekali ini saja. Kumohon. Aku merasa bersalah padanya."
"Lalu kau tidak merasa bersalah padaku heum?"
"Kau? Kenapa?"
"Bagus sekali Kim Yoona. Kau bahkan tidak tahu kesalahanmu padaku."
"M-mianhae oppa."
"Sudahlah, aku sedang berbaik hati padamu. Nanti akan kuantar dirimu menjenguk si bantet itu."
"Dia memang pendek tetapi tidak sebantet itu oppa."
"Aku tidak peduli."
Tiba-tiba saja Yoona mencium pipi Seokjin dan mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih oppa, kau memang baik. Sedikit." ucap Yoona dengan cengirannya. Seokjin yang terkejut dengan perlakuan Yoona berusaha menetralkan ekspresinya kembali.
Tbc..
Awali harimu dengan keuwuan mereka🙃🙃
Yok jangan lupa pencet bintang yaa😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)
Fanfiction'sebenarnya ada apa denganmu? Aku masih belum memahamimu dengan benar Kim Seokjin, maafkan aku.' batin Yoona. "apa aku mengijinkanmu untuk memandangiku ketika aku tidur?" ucap Seokjin tiba-tiba. "eoh oppa? K-kau sudah bangun? Maafkan aku." ucap Yoon...