Keesokan harinya tubuh Yoona sudah membaik. Yoona baru saja pulang dari supermarket untuk membeli bahan makanannya. Ia akan memasak hari ini bersama Seokjin. Yoona meletakkan tas belanja miliknya di meja dapur.
"AKKHH!! Jauhkan itu dariku!! Cepat!!" tiba-tiba saja Seokjin berteriak dan berjalan menjauhi Yoona sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Oppa, ada apa?" Yoona masih bingung dengan sikap Seokjin. Seokjin tidak menjawab pertanyaan Yoona. Ia terus saja bergerak menjauh hingga tubuhnya menabrak dinding di sudut ruangan. Tubuh Seokjin merosot ke bawah. Yoona dapat melihat dengan jelas tubuh seokjin bergetar hebat. Yoona berlari menghampiri Seokjin.
"Oppa, apa kau baik-baik saja?" tanya Yoona khawatir. Seokjin menggelengkan kepalanya. Kemudian terdengar suara isakan yang tidak begitu keras.
"Oppa, apa kau menangis?" perlahan Yoona membuka kedua tangan Seokjin dan sekarang terlihat wajah Seokjin yang memerah dan penuh dengan air mata.
"Oppa, kenapa? Ada apa?"
"T-tali itu.. Tali itu.. Tali di tasmu, cepat jauhkan dariku." ucap Seokjin dengan tubuh yang masih bergetar karena tangisannya. Yoona pun segera menyembunyikan tasnya di dalam laci yang aja di meja dapur. Kemudian ia segera kembali menuju Seokjin yang masih terduduk di sudut ruangan dengan kedua tangan yang memeluk kakinya.
"Oppa, tasnya sudah ku sembunyikan. Ada apa?" Seokjin masih tetap menangis ketakutan. Tubuhnya tetap bergetar tidak mau berhenti. Yoona pun memeluk suaminya itu berusaha menenangkan dirinya. Seokjin pun membalas pelukan Yoona dengan sangat erat seperti tidak akan ada lagi kesempatan untuk memeluk Yoona. Yoona mengelus rambut Seokjin perlahan.
"Oppa, tenangkan dirimu. Aku ada di sini."
"Aku takut.. Aku takut.." ucap Seokjin yang masih menangis di pelukan Yoona.
"Ada apa?" Seokjin semakin menenggelamkan wajahnya di dada Yoona tidak ingin menjawab pertanyaan yang Yoona lontarkan.
"Baiklah biar aku saja yang memasak hari ini. Aku akan mengantarmu ke kamar."
"Tidak, aku ingin bersamamu. Jangan pergi." ucap Seokjin semakin mengeratkan pelukannya di perut Yoona.
"Oppa aku tidak meninggalkanmu. Aku hanya akan memasak dan kau bisa tinggal di kamar sebentar. Setelahnya kita makan bersama." Seokjin menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Yoona.
"Aku tidak mau. Kita pesan saja makanannya. Kumohon." ucap Seokjin.
"Hmm baiklah jika itu maumu. Ayo kita ke kamar." Yoona pun berjalan menuju kamarnya bersama Seokjin yang masih setia memeluk Yoona.
Sesampainya di kamar Seokjin tetap memeluk Yoona. Yoona berbaring santai di atas kasur sembari membuka ponselnya untuk memesan makanan. Seokjin masih setia memeluk Yoona dengan wajahnya yang ia sembunyikan di ceruk leher Yoona.
"Oppa geli."
"Tapi aku tidak mau menunjukkan wajahku."
"Kenapa?"
"Maluu." ucap Seokjin yang tetap saja menyembunyikan wajahnya.
"Malu kenapa?"
"Aku menangis di depanmu. Jadi aku malu." Yoona yang merasa tingkah suaminya itu sangat lucu pun menertawakannya. Hingga ia sendiri ragu jika sebenarnya suaminya ini adalah seorang psychopat.
"Apa kau sudah memesan makanan?" tanya Seokjin yang masih menyembunyikan wajahnya.
"Sudah. Tapi lepaskan dulu pelukanmu. Kau tidak perlu malu padaku. Aku ini istrimu. Tidak apa-apa jika kau menangis di depanku." Seokjin pun melepas pelukannya dan terlihat wajahnya yang masih memerah seperti sedang menahan tangisnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)
Fanfiction'sebenarnya ada apa denganmu? Aku masih belum memahamimu dengan benar Kim Seokjin, maafkan aku.' batin Yoona. "apa aku mengijinkanmu untuk memandangiku ketika aku tidur?" ucap Seokjin tiba-tiba. "eoh oppa? K-kau sudah bangun? Maafkan aku." ucap Yoon...