Seokjin berjalan melewati kamarnya berniat pergi menuju ruang makan untuk sarapan. Langkah Seokjin terhenti ketika ia mendengar suara isakan dari kamarnya. Seokjin sedikit merasa terheran.
"Yoona? Menangis? Benarkah?" karena merasa sangat khawatir, Seokjin pun mengurungkan niatnya menuju ke ruang makan. Ia membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci.
Suara isakan itu tidak lagi terdengar. Tetapi Seokjin tidak melihat Yoona di tempat tidurnya. Seokjin mencari Yoona di sekeliling kamarnya dan akhirnya ia menemukan Yoona. Yoona sedang terduduk di sudut kamarnya sembari memeluk kedua kakinya dan terlihat seperti sedang menahan tangisnya.
"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Seokjin sembari mensejajarkan tubuhnya di hadapan Yoona. Yoona hanya terdiam menatap kedua mata Seokjin.
"Sayang? Apa yang terjadi?" tanya Seokjin dengan suara lembutnya. Yoona kembali menangis, kali ini tangisannya lebih keras dari pada yang tadi Seokjin dengar. Seokjin beranjak memeluk Yoona erat.
"Sayang ada apa? Ada sesuatu yang terjadi padamu? Kau bisa menceritakannya padaku." ucap Seokjin sembari mengusap rambut panjang Yoona.
"Oppa.. Apa aku salah? Hikss.. Oppa maafkan aku hikss.." ucap Yoona dengan kedua tangannya yang ia lingkarkan di perut Seokjin.
"Apa maksudmu?"
"Oppa, boleh aku bercerita padamu? Tapi tolong kendalikan emosimu." Yoona berusaha untuk menjaga setiap kata yang ia lontarkan supaya Seokjin tidak marah padanya dan berakhir dirinya yang disiksa oleh Seokjin.
"Akan kuusahakan. Cepat ceritakan."
"Oppa aku ingin bertemu Jimin. Aku tidak tahu kenapa aku merasakan ini. Aku tidak bisa memahami diriku sendiri. Oppa apa yang terjadi padaku?" tanya Yoona masih tetap memeluk erat Seokjin dan menangis di dada bidang Seokjin.
Seokjin terdiam mendengar ucapan Yoona. Tangannya tidak lagi tergerak untuk mengusap rambut panjang Yoona. Tubuhnya terasa membeku. Ia tahu apa yang dirasakan Yoona. Ia dapat memahami apa yang Yoona rasakan. Emosi? Tentu saja tetapi Seokjin berusaha untuk menahan emosinya.
"Oppa.. Apa yang terjadi padaku? Katakan padaku hikss." tanya Yoona lagi ketika ia merasakan Seokjin hanya terdiam.
"Kau menyukai Jimin. Kau menyayangi Jimin. Kau jatuh cinta padanya, bukan padaku."
"Oppa.. Hikss.." Yoona semakin erat memeluk Seokjin.
"Oppa, aku tahu rasa itu tidak seharusnya ada padaku. Oppa bantu aku hikss.. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku benci ini. Aku tidak suka ini terjadi padaku. Kenapa harus Jimin? Kenapa harus dia?"
"Hatimu yang memilihnya Yoona. Kau masih belum mencintaiku, atau bahkan kau tidak akan pernah mencintaiku. Hatimu hanya memilih Jimin. Jimin seorang. Tidak ada yang lain lagi. Hatimu bahkan tidak menyediakan tempat sekecil pun untukku."
"Oppa hiks.." Yoona masih tetap dengan tangisnya yang tak kunjung reda.
"Oppa aku ingin belajar mencintaimu, aku ingin benar-benar mencintaimu. Hiksss.."
"Jangan memaksa hatimu Kim Yoona."
"Oppa, aku ingin menjauhi Jimin. Aku tidak ingin bertemu Jimin. Aku ingin membuat Jimin pergi. Tapi kenapa semakin aku berusaha menghilangkan Jimin, aku semakin ingin menemuinya?"
"Karena kau mencintainya Yoona."
"Oppa sakit hikss.. Dadaku sakit hiks.." ucap Yoona sembari melepas pelukannya dan memukul-mukul dadanya.
"Kenapa terasa sakit di sini hiks.." Seokjin kembali memeluk Yoona dengan sangat erat seolah-olah ia takut kehilangan mutiaranya yang sangat ia sayangi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)
Fiksi Penggemar'sebenarnya ada apa denganmu? Aku masih belum memahamimu dengan benar Kim Seokjin, maafkan aku.' batin Yoona. "apa aku mengijinkanmu untuk memandangiku ketika aku tidur?" ucap Seokjin tiba-tiba. "eoh oppa? K-kau sudah bangun? Maafkan aku." ucap Yoon...