Part 14

1.2K 107 21
                                    

Suara suara itu tidak lagi mengganggu Seokjin dan juga Yoona. Seokjin tertidur lelap di tempat tidurnya karena sekarang sudah tengah malam dan saat ini memang waktunya semua orang tidur. Berbeda dengan Yoona, pikirannya tidak bisa tenang sejak tadi. Yoona ingin pergi dari rumah ini. Entah mengapa Yoona merasa dirinya tidak nyaman berada di sini. Ia menyayangi Seokjin sebagai suaminya, tetapi dia juga tidak ingin hidupnya di kelilingi ancaman seperti ini. Dia hanya ingin hidup dengan tenang tanpa ada gangguan pembunuhan, teror atau apapun itu.

'Apakah aku harus kabur? Saat ini juga?' batin Yoona.

Yoona melangkah perlahan menuju pintu kamarnya. Ia putuskan untuk kabur selagi Seokjin tertidur lelap. Ia membuka pintu kamarnya dengan sangat perlahan supaya tidak menimbulkan suara. Sekali lagi Yoona melihat ke arah Seokjin memastikan apakah pria itu masih tertidur lelap. Beruntung Seokjin masih tetap berada di posisinya.

Di sini lah sekarang Yoona berada. Ia menatap pintu besar yang terbuat dari besi itu dengan bimbang.

'Apakah aku harus pergi? Tapi aku juga tidak ingin tinggal di sini.' batin Yoona.

Yoona berusaha meyakinkan dirinya dan tangan kanannya pun terangkat memegang pagar besi itu dan membukanya perlahan. Yoona menatap rumah besarnya itu sebentar kemudian ia segera berlari meninggalkan rumah itu. Ia berusaha melarikan diri sejauh yang ia bisa.

Sepi. Itulah kondisi jalan yang Yoona lewati saat ini. Tidak ada siapapun yang melewatinya selain Yoona. Yoona pikir Seokjin tidak akan bisa menemukannya jika ia melewati jalan ini. Tak lama hujan pun turun membasahi seluruh tubuh Yoona. Yoona merasakan tubuhnya yang sangat kedinginan. Ia sudah berjalan terlalu jauh. Kakinya terasa sangat lelah belum dinginnya hujan yang terus membasahi tubuh Yoona.

Yoona tidak memperhatikan jalannya hingga ia tersandung batu di tepi jalan. Ia pun terduduk di aspal mencoba menahan sakit pada jempol kakinya.

"Aww sakit." ringis Yoona. Tiba-tiba Yoona tidak merasakan lagi air hujan yang sedari tadi membasahinya. Tetapi hujan masih turun hanya Yoona saja yang tidak terkena hujan. Karena merasa heran Yoona pun mendongak ke atas dan melihat ada sebuah payung yang melindunginya dan seseorang yang tentunya membawa payung tersebut.

Yoona pun berbalik untuk melihat siapa yang memayunginya saat ini. Betapa terkejutnya Yoona ketika ia melihat Seokjin sudah ada di hadapannya. Seokjin menatap Yoona berusaha menahan emosinya yang meluap-luap. Yoona merasa semakin takut melihat Seokjin yang seperti ini.

"Kau berusaha kabur dariku nyonya Kim?" tanya Seokjin dengan suara beratnya. Yoona hanya diam sembari memundurkan tubuhnya sendiri menjauhi Seokjin.

"Diammu kuanggap iya nyonya Kim." ucap Seokjin lagi dengan smirk andalannya. Seokjin pun melempar payung yang ia pegang sehingga keduanya pun basah kuyup karena air hujan. Tubuh Yoona bergemetar ketakutan sekaligus dingin yang masih menusuk dirinya itu.

Seokjin berjongkok di hadapan Yoona. Ia mengeluarkan pisau kecil dari dalam sakunya. "Rupanya kau ingin bermain dengan pisauku ya nyonya Kim. Kenapa tidak mengatakannya saja? Tidak perlu kabur seperti ini. Kau tahu? Aku sedang malas untuk keluar rumah." Yoona menggelengkan kepala menanggapi ucapan Seokjin.

"Apa kau takut?" Yoona masih tetap bungkam.

"Heyy jangan takut nyonya Kim, aku ini suamimu." Seokjin pun menunjukkan senyum miringnya lagi. Tiba-tiba Seokjin menyayat kaki Yoona dengan pisau kecilnya itu.

"Akkhh!! Oppa sakit." teriak Yoona. Yoona menangis merasakan kakinya yang sangat perih oleh sayatan pisau Seokjin ditambah air hujan yang mengguyur membuatnya semakin terasa perih.

"Itulah akibatnya jika kau berusaha kabur dariku. Aku melakukan ini supaya kau tidak bisa lari dariku Kim Yoona." banyak sekali darah Yoona yang mengalir bercampur dengan air hujan.

Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang