Part 22

1K 96 28
                                    

Yoona sedang memakan makan malamnya bersama Seokjin. Yoona menghentikan tangannya yang akan melahap sesuap nasi ketika Seokjin bertanya padanya.

"Jadi bagaimana keadaan hatimu?"

"Nee?" tanya Yoona yang merasa tidak paham dengan pertanyaan yang Seokjin berikan.

"Hatimu. Bukankah tadi kau sedih melihat Jimin?" ucap Seokjin dengan senyum yang mengejek Yoona.

"Aishh kau ini. Tidak. Hatiku tidak apa-apa. Hatiku baik-baik saja oppa."

"Hmm aku tahu kau menyukai Jimin. Tidak apa-apa jujur saja padaku. Aku tidak akan menyiksamu karena emosiku."

Wajah Yoona yang awalnya terlihat ceria berubah menjadi cemberut. Ia meletakkan tangannya yang sedang memegang sendok di meja makan. Ia terlihat seperti sedang berpikir. Yoona menghembuskan nafasnya perlahan sebelum berbicara kepada Seokjin.

"Entahlah oppa. Aku tidak tahu. Yang ku tahu hanyalah aku menyukaimu karena bagaimana pun juga oppa adalah suamiku."

Seokjin mengusap pipi kiri Yoona dengan sayang. Ia tersenyum kepada Yoona sebelum menjauhkan tangannya dari Yoona.

"Tidak apa-apa jika kau menyukai Jimin. Aku tahu itu berat untukmu meninggalkan Jimin. Aku juga tahu aku memang tidak pantas untuk dicintai karena aku seorang pembunuh."

"Oppa, kenapa oppa berbicara seperti itu? Aku mencintai oppa dengan hatiku bukan dengan pikiranku. Mungkin aku memang menyukai Jimin tapi itu hanya sebatas sahabat. Aku berusaha tidak melewati batasanku. Aku tahu aku hanya milikmu, begitu pun hatiku. Hatiku hanya milikmu. Kau pantas untuk dicintai bahkan jika dirimu adalah seorang pembunuh." Yoona beranjak menuju tempat duduk Seokjin dan memeluk suaminya itu dengan sayang.

"Aku sayang oppaku. Aku sayang Kim Seokjin. Aku sayang Mr.Psychoku." Yoona mengeratkan pelukannya pada Seokjin. Seokjin pun membalas pelukan Yoona sama eratnya.

"Terima kasih sudah mencintaiku." Yoona mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Seokjin.

***

Di tempat lain...

"Bagaimana? Kau sudah menyusun rencananya?"

"Sudah, hanya kurang sedikit lagi rencana ini akan menjadi lebih sempurna. Dia seorang psycho jangan lupakan itu. Istrinya adalah titik lemahnya."

"Jangan lukai istrinya, dia tidak boleh diikut sertakan dalam hal ini. Kau mengerti apa yang kukatakan bukan?"

"Ya.. Ya.. Ya.. Aku mengerti. Tapi dia bisa menjadi poin tambahan untuk memancing si psycho itu."

"Aku tidak peduli."

"Baiklah. Sesuai permintaanmu." pria itu pun berjalan keluar dari kamar sahabatnya yang ingin sekali melukai Kim Seokjin.

***

Pukul 06.00 pagi

Yoona berjalan melewati Seokjin yang sedang fokus dengan laptopnya di depan televisi yang ada di ruang tengah lantai satu. Yoona hendak pergi ke kamar mandi yang ada di lantai bawah karena sudah lama sekali kamar mandi itu tidak digunakan. Jadi sekali-kali Yoona ingin menggunakannya dari pada tidak digunakan sama sekali.

"Kau tidak kuliah hari ini?" tanya Seokjin tiba-tiba.

"Iya sebentar lagi."

"Jam berapa kau akan kuliah?"

"Jam delapan sepertinya."

"Sudah sarapan?"

"Belum, sebentar lagi."

Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang