Part 44

949 91 26
                                    

"Ada apa kau kesini?" lanjut Yoona.

"Aku ingin mengetahui kondisi Seokjin hyung." ucap seseorang yang baru saja datang itu.

"Kau Jeon Jungshin? Atau Jeon Jungkook?" tanya Yoona.

"Aku Jungkook. Aku bukan Jungshin."

"Yoona-ya, dia Jungkook bukan Jungshin. Jungkook-ah katakan dimana Jungshin? Kau sudah membawanya ke kantor polisi?" ucap Jimin.

"Tidak, tunggu. Apa bukti yang bisa menunjukkan jika kau memang Jungkook?" ucap Yoona lagi.

"Aishh aku merasa kesal memiliki wajah yang sama dengan penjahat itu. Aku tidak membawa apa-apa Yoona-ya. Tapi percayalah aku memang Jungkook. Aku dan Jungshin memiliki perbedaan, kami tidak seutuhnya sama. Kau bisa memeriksaku, aku tidak membawa pisau, pistol atau apapun itu untuk melukai suamimu." Yoona pun segera berjalan menghampiri Jungkook. Ia hanya memandang mata Jungkook dan secara diam-diam ia mencoba menghirup aroma tubuh Jungkook, karena ia masih ingat dengan jelas bagaimana aroma tubuh Jungshin. Mata Jungkook juga memandang mata Yoona tanpa ada takut sedikitpun.

"Yaa, kau memang Jungkook. Terima kasih sudah membantu kami." ucap Yoona yang kemudian segera kembali berjalan mendekati Seokjin. Jungkook pun ikut menghampiri Seokjin.

"Kau tidak apa-apa hyung?" tanya Jungkook kepada Seokjin.

"Tidak apa-apa. Aku hanya butuh dirawat saja. Ah dimana Taehyung? Bukankah dia bersama kembaranmu tadi?" tanya Seokjin.

"Mereka berdua kabur. Aku tidak cukup kuat untuk menangkap mereka berdua. Maafkan aku."

"Sudah tidak apa-apa. Kita serahkan saja ke polisi. Jimin, bisa minta tolong laporkan kepada polisi?"

"Kau ingin melaporkan adikmu?" tanya Jimin.

"Iya, ada apa?"

"Sejahatnya Taehyung, seburuk-buruknya dia, dia tetap adikmu. Apa kau tega memasukkannya ke dalam penjara? Apa kau tidak tahu? Dia sebenarnya kesepian. Dia akan semakin merasa sepi jika kau memasukkannya ke dalam penjara." jelas Jimin.

"Tetapi dia sudah berbuat kejahatan Jimin-ah. Dia hampir membunuh kakaknya sendiri. Apa kau tidak berpikir juga bagaimana jika ada di posisiku?"

"Baiklah. Itu terserahmu, aku akan mencoba melaporkannya kepada polisi."

***

Beberapa hari kemudian, Seokjin sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Tetapi ia harus tetap beristirahat supaya bisa cepat sembuh total. Yoona segera membereskan segala keperluan Seokjin. Ia juga menyiapkan makanan untuk Seokjin. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Yoona segera menghampiri Seokjin yang sedang menonton televisi di kamarnya.

"Oppa, aku membawakanmu bubur. Apa yang sedang kau lakukan?" ucap Yoona sembari memasuki kamarnya.

"Menonton televisi." jawab Seokjin dengan santai. Yoona pun melihat ke arah televisi untuk mengetahui apa yang sedang Seokjin tonton. Tepat saat Yoona menolehkan kepalanya ia melihat adegan seseorang sedang memenggal kepala orang yang lain, dengan cepat ia menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Astaga oppa. Kau ini masih sakit." ucap Yoona.

"Kenapa memangnya? Aku tidak melakukannya bukan? Aku hanya menontonnya."

"Tapi bisa saja itu membuat jiwa psikopatmu muncul bukan?" ucap Yoona sembari mencari posisi yang nyaman untuk duduk di sebelah Seokjin seteah ia meletakkan buburnya di nakas dekat Seokjin. Seokjin tiba-tiba saja menarik Yoona hingga kepala Yoona bersandar di bahu lebar miliknya.

"Eum oppa.. Bahumu masih sakit." ucap Yoona sembari mendongakkan kepalanya melihat wajah tampan milik Seokjin.

"Tidak terlalu. Aku ingin memelukmu. Sangat nyaman." Yoona sedikit bergerak mencari posisi ternyaman walaupun sebenarnya posisi ini sudah sangat nyaman untuknya.

Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang