Part 37

916 77 52
                                    

Yoona sangat menikmati makan malamnya bersama Seokjin hingga ia teringat satu hal. Yoona mengingat satu hal yang membuatnya merindukan sahabatnya. Yoona meletakkan garpu yang ia gunakan untuk makan daging pesanannya. Tatapannya terlihat sedikit kosong.

"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Seokjin sembari mengusap punggung tangan Yoona.

"Aku teringat tentang Jimin. Dulu ia menelponku saat aku makan bersamamu dan aku mengabaikannya. Tak lama kemudian ia menelponku lagi menggunakan ponsel milik temannya. Tapi sekarang tidak ada satu pun panggilan darinya."

"Apa kau rindu dengannya?" tanya Seokjin lagi.

"Jika aku mengatakan rindu padanya, apa kau akan marah?" Seokjin tersenyum mendengar pertanyaan Yoona.

"Tidak. Aku tidak akan marah. Apa kau mau mengunjunginya chagi? Aku akan mengantarmu."

"Malam ini?"

"Tidak, besok saja. Ini sudah terlalu malam. Apa kau tidak takut?" tanya Seokjin dengan sedikit tertawa.

"Jimin tidak akan muncul secara tiba-tiba kan?" Seokjin tertawa sangat keras mendengar pertanyaan polos dari Yoona. Seokjin mengangkat tangan kanan Yoona dan mencium punggung tangannya.

"Tidak sayang." Seokjin tersenyum sembari mengusap tangan Yoona berkali-kali.

"Bagaimana kalau sekarang saja? Aku rindu padanya oppa."

"Apa kau yakin?" Yoona mengangguk dengan mantap. Ia benar-benar ingin mendatangi Jimin.

"Ya sudah cepat habiskan makananmu. Kita akan ke makam Jimin setelah ini."

Yoona menuruti ucapan Seokjin. Ia segera melahap makanannya dengan cepat. Ia merasa senang karena Seokjin mau mengantarnya.

Setelah selesai dengan makanannya, Yoona dan Seokjin segera meninggalkan restoran tersebut dan pergi menuju makam Jimin. Sesampainya di depan makam, Seokjin segera memakirkan mobilnya. Ia membukakan pintu untuk Yoona. Lalu Seokjin menggandeng tangan kiri Yoona, sedangkan tangan kanan Yoona memegang sebuah bucket bunga yang baru saja mereka beli ketika dalam perjalanan menuju makam Jimin. Baru saja beberapa langkah memasuki makam, Yoona menghentikan langkahnya.

"Oppa, gelap." Seokjin sedikit tertawa mendengar ucapan Yoona.

"Tentu saja gelap sayang. Kan sekarang sudah malam. Apa kau takut? Apa kau mau besok saja kita kembali ke sini?" Yoona menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin mengecewakan Seokjin yang sudah mau mengantarnya kemari walaupun sudah malam.

Seokjin tahu Yoona sedang merasa takut. Ia sedikit tersenyum melihat wajah ketakutan Yoona. Akhirnya ia pun mengeratkan genggamannya di tangan Yoona untuk meyakinkannya jika semuanya baik-baik saja.

"Jangan takut sayang. Ada aku di sini. Tidak akan terjadi apa-apa. Jimin juga tidak akan tiba-tiba muncul." ucap Seokjin dengan sedikit candanya untuk meredakan rasa takut Yoona. Yoona pun berusaha memberanikan dirinya. Ia pun kembali melangkah bersama Seokjin menuju makam Jimin.

Yoona berjongkok di sebelah makam Jimin sembari mengelus batu nisan Jimin. Ia meletakkan bucket bunga yang ia bawa di dekat batu nisan. Yoona sedikit tersenyum.

"Jimin-ah, aku mengunjungimu lagi sesuai janjiku. Aku rindu padamu. Apa kau tidak merindukanku? Bagaimana kabarmu? Apa kau menemukan bidadari cantik di sana? Ah atau kau mengencani semua bidadari? Kau kan suka menggoda gadis-gadis di dunia, jadi sudah kupastikan kau akan menggoda semua bidadari yang ada di sana." Yoona mengeluarkan gelak tawanya.

"Aku harap kau selalu bahagia di sana Jimin-ah. Setidaknya kau merasa nyaman dan tenang. Aku tidak ingin kau berbuat hal yang buruk jika masih ada di dunia ini. Aku tahu semuanya. Seokjin sudah memberitahuku tentang semua perbuatanmu. Aku sedikit merasa kecewa denganmu, tapi ya sudahlah. Semua sudah berlalu dan dirimu sudah tidak ada di dunia lagi. Tidak ada gunanya aku marah. Aku menyayangimu Jiminie. Berbahagialah."

Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang