Seokjin membuka pintu gudangnya perlahan. Ia menghampiri istrinya yang masih tertidur di lantai dingin itu. Ia menyentuh dahi Yoona.
"Sedikit hangat." Seokjin pun menggendong Yoona dan membawanya menuju kamar. Ia menyelimuti Yoona dan mencium pipi Yoona.
"Istirahat lah." Seokjin tahu saat ini sudah pagi dan waktunya sarapan. Tetapi jika keadaan Yoona seperti ini, ia jadi tidak tega membangunkan Yoona.
Setelah mengistirahatkan Yoona, Seokjin pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Ia menyiapkan beberapa makanan untuk dirinya dan Yoona. Hari ini mood Seokjin tidak begitu bagus. Ia sedikit sedih, ya hanya sedikit. Setelah selesai memasak, Seokjin kembali ke kamarnya untuk melihat kondisi Yoona.
Seokjin membuka pintunya perlahan. Ia melihat Yoona yang terduduk di kasurnya dengan tatapan kosong. Yoona memeluk kedua kakinya yang terbalut selimut dengan erat. Tampilannya pun acak-acakan. Bagian bawah matanya terlihat hitam. Seokjin yakin Yoona sedang tidak baik-baik saja. Seokjin berjalan mendekati Yoona perlahan.
"Sayang, kau sudah bangun?" tanya Seokjin.
"Berhenti di situ. Jangan dekati aku." ucap Yoona dengan tangan kanannya yang terulur bermaksud menahan Seokjin supaya tidak mendekatinya.
"Kenapa?" tanya Seokjin dengan raut mukanya yang terlihat khawatir dengan kondisi Yoona.
"Kau penjahat! Kau pembunuh! Aku tidak ingin menjadi istrimu!!" bentak Yoona tiba-tiba dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Deg
Seokjin merasakan sakit di dadanya. Ia merasa terluka mendengar Yoona mengatakan jika ia tidak ingin menjadi istri Seokjin.
"Ku harap kau sudah memikirkan kata-katamu Kim Yoona."
"Aku sudah memikirkannya seribu kali Kim Seokjin. Aku selalu terluka ketika aku menjadi istrimu. Aku hanya ingin hidup tenang, bukan seperti ini. Ini bukan hidup yang aku inginkan." ucap Yoona masih dengan tangisnya.
Seokjin menundukkan kepalanya mendengar ucapan Yoona. Ia tahu ia telah menyakiti Yoona. Ia sudah berusaha menahan emosinya ketika bersama Yoona tetapi ia tidak bisa.
"Maafkan aku Yoona. Aku sudah berusaha untuk tidak menyakitimu."
"Maafmu tidak akan mengubah segalanya." Yoona memalingkan wajahnya dari Seokjin. Ia benar-benar tidak ingin melihat Seokjin saat ini. Ia marah kepada Seokjin. Tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun untuk melawannya.
Seokjin berjalan mendekati Yoona. Ia duduk di hadapan Yoona dan memeluknya erat. Ia takut jika Yoona akan pergi meninggalkannya.
"Jangan pergi. Aku membutuhkanmu." ucap Seokjin.
"Membutuhkanku untuk melukaiku, begitu kah maksudmu?"
"Bukan. Aku membutuhkanmu sebagai istriku. Aku tidak ingin kehilanganmu."
"Pulangkan aku ke orang tuaku."
"Kim Yoona!!"
"Aku sudah lelah hidup bersamamu."
"Tidak. Kau tidak boleh meninggalkanku. Kau harus tetap di sini. Aku tidak akan melepaskanmu. Kau hanya emosi sayang, jangan mengambil keputusan seperti ini saat sedang emosi." Yoona terdiam dengan tangisnya. Ia tidak menanggapi ucapan Seokjin sama sekali.
Tiba-tiba Seokjin teringat sesuatu. Ia melepas pelukannya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dengan pita berwarna merah muda di tengahnya.
"Aku berniat memberikan ini padamu. Aku sudah membelinya semalam. Apa kau mau menerimanya?" ucap Seokjin berharap Yoona mau menerima pemberiannya.
Yoona hanya memandangi kotak yang Seokjin berikan. Ia tidak mengambil kotak itu. Ia ragu, apakah ia harus menerimanya atau tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)
Fanfiction'sebenarnya ada apa denganmu? Aku masih belum memahamimu dengan benar Kim Seokjin, maafkan aku.' batin Yoona. "apa aku mengijinkanmu untuk memandangiku ketika aku tidur?" ucap Seokjin tiba-tiba. "eoh oppa? K-kau sudah bangun? Maafkan aku." ucap Yoon...