"Sayang aku akan pergi ke club malam ini untuk menemui kolegaku. Aku ingin kau ikut. Kau tahu, di club ada banyak sekali wanita penggoda dan jangan lupakan wajah tampanku yang tentunya sangat menarik bagi mereka." ucap Seokjin sembari merapikan jasnya.
"Baiklah." jawab Yoona santai.
"Kenakan pakaian yang tertutup. Aku tidak ingin ada banyak pria yang memandangimu dengan penuh nafsu."
Yoona segera bersiap dan merias dirinya. Sesuai perintah Seokjin, Yoona benar-benar mengenakan pakaian yang tertutup dan tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya. Yoona mengambil tas kecilnya dan berjalan keluar rumah bersama Seokjin.
Sesampainya di club, Seokjin segera turun dari mobil dan menarik pinggang Yoona memperlihatkan sisi posesifnya.
"Tetap bersamaku paham?" bisik Seokjin kepada Yoona.
"Nee." Yoona tidak melawan Seokjin sama sekali. Ia hanya menuruti apa yang dikatakan Seokjin. Ia juga sebenarnya takut jika sesuatu terjadi pada dirinya. Seperti kejadian beberapa waktu lalu ketika tiba-tiba seseorang melemparinya pisau.
Seokjin mengajak Yoona duduk di sebuah meja bersama kolega bisnisnya. Seokjin membicarakan hal yang sangat serius bersama koleganya itu. Yoona tidak habis pikir bagaimana bisa mereka bertemu di tempat seperti ini? Kenapa tidak di restoran saja atau tempat lainnya? Yoona benar-benar merasa bosan. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Bermain ponsel tidak cukup untuk menghilangkan rasa bosannya. Tiba-tiba Yoona merasa ingin pergi ke toilet. Ia ijin sebentar kepada Seokjin. Karena terlalu fokus dengan pekerjaannya, Seokjin hanya mengiyakan ucapan Yoona tanpa memperhatikannya.
Yoona berjalan menyusuri club itu hanya untuk mencari toilet. Setelah mengelilingi club, akhirnya ia menemukan toilet untuk wanita. Ia segera masuk dan menyelesaikan urusannya.
Sepuluh menit kemudian Yoona keluar dari toilet. Ia hendak kembali kepada Seokjin, namun tanpa sengaja ia melihat sesosok pria yang sangat mirip dengan Jimin. Awalnya Yoona tidak yakin itu Jimin. Ia ingin menghiraukannya tetapi hatinya dan juga kakinya tidak bisa di ajak berkompromi. Yoona berjalan mendekati pria itu.
Yoona sudah sangat dekat dengan pria tersebut ketika tiba-tiba saja pria tersebut membalikkan tubuhnya bersama seorang wanita yang menciumnya.
Deg..
'Jimin... Itu benar-benar Jimin.' batin Yoona.
Setelah wanita itu melepas ciumannya di bibir Jimin, Jimin menoleh ke arah Yoona. Terlihat jelas dari raut wajahnya jika ia sangat terkejut melihat Yoona.
"Yoona.." lirih Jimin.
Jimin berlari ke arah Yoona. Ia menghampiri sahabatnya itu.
"Yoona-yya, kenapa kau ada di sini?" ucap Jimin sembari memegang kedua tangan Yoona. Yoona menghempaskan tangan Jimin dengan kasar.
"Yoona. Maafkan aku. Aku tahu kau sudah melihatnya. Kau sudah melihatku berciuman. Aku tahu aku salah. Maafkan aku." ucap Jimin dengan tatapan sendunya.
"Untuk apa kau meminta maaf Park Jimin? Aku sudah menjadi nyonya Kim dan selamanya akan begitu. Jadi terserahmu kau mau berciuman dengan siapapun bahkan dengan semua wanita yang ada di sini. Aku tidak peduli." ucap Yoona dengan sedikit tegas walaupun mata Yoona sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.
Jimin memeluk Yoona erat. Ia tahu Yoona menyukainya, ia dapat merasakan hal itu. Yoona tidak membalas pelukan Jimin, tidak juga menolaknya. Yoona hanya terdiam tanpa ada niatan untuk melakukan apa pun.
"Yoona, aku tahu kau menyukaiku. Jangan membohongiku dan hatimu sendiri. Aku tahu hatimu hanya untukku. Aku bisa merasakan itu Yoona-yya. Aku mencintaimu Kim Yoona." Jimin memeluk Yoona semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath -Kim seokjin (TAHAP REVISI)
Fiksi Penggemar'sebenarnya ada apa denganmu? Aku masih belum memahamimu dengan benar Kim Seokjin, maafkan aku.' batin Yoona. "apa aku mengijinkanmu untuk memandangiku ketika aku tidur?" ucap Seokjin tiba-tiba. "eoh oppa? K-kau sudah bangun? Maafkan aku." ucap Yoon...