29. Bergabung

212 72 23
                                        

Bola mata Isyana terbeliak seketika. "KELVIEN!?"

Insting gadis berkucir kuda itu tiba-tiba teringat kepada satu nama.

Kelvien Alderianno.

Seseorang yang telah menggesernya dari PPDB SMAN 8 DKI Jakarta, cowok yang ia tabrak tanpa sengaja di perjalanan pulang mengambil SKHUN, pemuda baik hati yang telah memberitahunya lokasi parkiran Andalas High School.

Tetapi, tunggu dulu.

Di antara sekian banyak manusia di muka bumi, apakah hanya ada satu nama yang bernama Kelvien?

Sadar, Isyana!

Mungkin saja, Kelvien yang lain. Bukan Kelvien yang itu. Semoga saja bukan. Semoga.

"Lo kenapa, Syan?" selidik Duta penuh kecurigaan.

Inggita menimpali, "Lo kenal Kelvien temennya Hana?"

Setelah menenangkan degup jantungnya yang berpacu di luar batas normal, gadis berkucir kuda tersebut menggeleng lirih. Cengiran lebarnya menandakan salah tingkah. "Hehe. Nggak papa, kok. Kaget aja. Namanya mirip sama seseorang."

"Iyakah?" Binar keceriaan meredup pada sepasang netra teduh Hana. "Yah, aku kira kamu udah kenal sama Kelvien, Syan. Dia baik banget. Seru kayaknya kalau diajak gabung proyek usaha kecil-kecilan ini."

Duta sontak bangkit dari pinggiran kolam renang. Secercah ide brilian menyembul di atas kepalanya bak bola lampu pada film animasi. "Nah. Buruan aja, deh, Han. Supaya memudahkan kita untuk segera bahas proyek ini. Masalah laba, tenang. Nanti kita bagi rata."

"Setuju!" Inggita menjentikkan jemarinya di udara. "Kita bentuk teamwork. Ada bagian produksi,  desain untuk feeds sosial media, marketing, pokoknya kita bagi-bagi tugas juga."

Hana mengangguk antusias. Sorot ceria yang sempat meredup kini berkilat kembali. "Mau, kok, pasti mau. Lagi pula, waktu itu Kelvien butuh lowongan pekerjaan desain produk atau desain visual lainnya untuk memenuhi keinginan beli ponsel baru."

Duta menyunggingkan seulas senyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putih yang berseri. Kepalanya kini dipenuhi ratusan rencana tentang ide usaha membuat boba milk tea di tengah kepopuleran minuman tersebut.

"Gimana kalau hubungin Kelvien sekarang aja? Kebetulan kita lagi diskusi, pasti seru banget kalau ada dia," usulan Inggita sukses membuat Hana segera mengeluarkan ponsel dari saku celana untuk menghubungi sahabat masa kecilnya.

Sementara itu, Isyana lebih banyak diam. Batin gadis tersebut dirundungi pertanyaan besar seputar Kelvien sahabat Hana.

Benarkah Kelvien yang itu? Kelvien Alderianno?

Kelvin yang baru saja ia temui di Andalas High School sekadar menanyakan letak parkiran sepeda motor?

Kelvien si menyebalkan yang main depak posisinya dalam PPDB dalam detik-detik terakhir penutupan?

Ah, jika saja pagi itu Isyana tidak terpaksa menanyakan letak parkiran, ia juga malas berinteraksi dengan Kelvien. Menatap wajah pemuda itu sama dengan membuka luka lama.

"Hallo, Kelvien?"

Suara Hana yang tengah membuka percakapan dengan Kelvien sontak membuat lamunan Isyana buyar. Atensi gadis berkucir kuda itu kemudian terpaku terhadap obrolan Hana bersama lawan bicaranya.

Pikirannya masih menerawang dan berusaha menerka-nerka.

"Bisa, nggak, kamu dateng ke rumah aku sekarang? Aku ada kabar bagus, nih. Kamu butuh lowongan pekerjaan, kan? Aku ada info," sahut Hana bersemangat sembari melemparkan kode kepada Duta dan Inggita. Sebagai tanggpan, mereka berdua refleks mengacungkan ibu jari.

All the Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang