36. Mulai

191 57 22
                                    

Grand Opening Good Things resmi diadakan 12 Agustus 2017.

Hal yang sangat dinanti-nantikan oleh Isyana, Inggita, Duta, Kelvien, dan tentunya Hana.

Maka dari itu, begitu bel pulang sekolah bergema, Inggita segera menarik lengan Isyana menuju parkiran sekolah. Sedikit berdesak-desakan di koridor, bahkan sempat mendapat pelototan tajam dari senior yang tanpa sengaja mereka senggol.

"Gue nggak sabaran banget, gila," seru Inggita antusias seraya menyerahkan helm kepada Isyana. Gadis berambut sebahu tersebut lantas menyalakan mesin sepeda motor lalu melemparkan kode kepada teman sebangkunya agar segera bergegas.

Baru saja Isyana mendaratkan pantat, Inggita lekas tancap gas dengan kecepatan penuh. Membelah jalanan ibukota yang sedang ramai padat. Meliuk-liuk di antara macetnya kendaraan bermotor hingga membuat Isyana memejamkan mata lantaran terlalu tegang.

Di tengah kecepatan laju sepeda motor, Inggita berteriak akibat desau angin yang mengaburkan suaranya.

"Lokasi pembukaan Good Things di mana, yak? Lupa gue."

"Sama. Berhenti dulu, dong, gue mau baca grup Good Things," seru Isyana tak kalah kencang.

Menoleh sekilas, gadis berambut sebahu tersebut menepi sejenak di trotoar penjual kaki lima. Tanpa menunggu waktu lama, ia lekas mengeluarkan ponsel dari dalam ransel. Jemarinya menari bebas di atas keyboard sesaat setelah membuka grup chat Good Things yang dipenuhi celotehan keempat sahabatnya.

Isyana Isyan
Langsung ke lokasi, kan?

Isyana Isyan
Alamatnya mana? Gue lupa.

Hana Risjad
Iya, langsung cus aja ya ke lokasi yang disewa papa aku.

Hana Risjad
Di Jalan Kamboja, ada ruko. Nah, di situ.

"Oh gue tau, Git." Isyana membuka kaca helm-nya. Lalu, menunjukkan pesan balasan tersebut kepada Inggita sembari mengedarkan pandangan ke arah macetnya jalan raya sore ini.

"Oh, tau kalau itu, mah," komentar Inggita seraya mengangguk paham. Seusai Isyana menyimpan ponsel ke dalam ransel, Inggita dengan gesit melajukan motor kembali membelah keramaian ibukota.

Sementara itu, di bawah langit yang sama tetapi di lokasi yang berbeda, seorang pemuda berahang tegas dibalut seragam sekolah kuning pucat dihadang segerombolan geng tawuran STM 05. Wajah mereka tampak garang dan tidak bersahabat. Tatapannya tajam, menusuk. Seakan mampu menghujam hanya dari sekali lihat.

Pemuda dengan name tag Duta Mahardika itu mundur selangkah, dua langkah. Ia meneguk salivanya, kelu. Semakin ia berjalan mundur, semakin pula segerombolan siswa itu melangkah maju mendesaknya hingga menabrak pilar parkiran sekolah.

Pandangan mata Duta mengitari lahan parkiran sekolah yang sunyi. Tak ada siapa pun di sini kecuali ia dan 12 orang geng tawuran STM 05. Satu jam yang lalu sejak bel pulang sekolah bergema, parkiran sekolah mulai sepi hanya diisi beberapa buah kendaraan. Sebagian murid memilih mendekam di basecamp ekstrakulikuler.

Duta meremas gantungan kunci sepeda motornya kuat. Dia tahu, apa yang akan terjadi setelah ini. Satu lawan 12. Sangat tidak seimbang.

"Duta-Duta, lo bego apa tolol?" sambut pemuda berambut acak-acakan tersebut seraya memamerkan seulas senyum asimetris. Ia bersedekap, sorot matanya menilik lawan bicaranya dari atas sampai bawah. Merendahkan.

Salah seorang dari gerombolan itu maju beberapa langkah. Menarik kerah kemeja Duta. Namanya Andro. Ia mengenalinya. Teman semasa SMP yang menjadi dalang mengapa ia bergabung ke tawuran bersama SMA Tarumanegara.

All the Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang