Di sepanjang perjalanan, pikiran Isyana terpaut pada ibu-ibu tukang gosip yang bermarkas di sepanjang tangga rumah susun Inggita. Saat ini, hal tersebut menjadi momok terbesar bagi gadis berkucir kuda itu. Pasalnya, mengingat insiden beberapa hari yang lalu, membuat ia sedikit was-was tatkala harus melewati mereka nanti.
Duta yang menyadari sikap ganjil Isyana, mengerutkan dahi heran. "Ngapa, sih, lo?" tanyanya penasaran seraya melajukan sepeda motor menuju parkiran rumah susun.
Isyana meremas tali ras ranselnya, gamang. "Gue daritadi kepikiran ibu-ibu doyan gosip di anak tangga rusun Inggita."
Duta memberhentikan sepeda motornya sesaat setelah menemukan lahan parkir yang sedikit longgar. Pemuda berahang tegas itu segera turun dari atas motor diikuti Isyana yang menyerahkan helm.
"Makasi, Ta," sahutnya, tulus, seraya merapikan anak rambut yang mencuat dari kuciran.
"Btw, lo tadi kenapa kepikiran ibu-ibu itu, Syan?" ungkit Duta sembari mengajak Isyana berlalu dari parkiran. Atensi pemuda tersebut sepenuhnya meyorot sepasang netra coklat madu lawan bicaranya yang tampak cemas.
"Iya. Pernah gue katain 'monyet' soalnya. Hehe." Cengiran lebar Isyana merekah. Sementara Duta melonggo tidak percaya.
"Nggak ada akhlak lo, ya, ngatain ibu-ibu monyet," gerutu Duta tatkala menyusuri koridor rumah susun di lantai pertama. Sorot mata pemuda tersebut berpendar mencari keberadaan anak tangga.
Isyana memutar bola mata malas. "Dih. Gue punya alasan tersendiri, ya," elak gadis itu seraya menyikut lirih lengan Duta. "Gue nggak bakalan ngatain begitu kalo mereka nggak keterlaluan, Ta.
"Terus? Kenapa lo sampe ngatain mereka 'monyet'?" Duta terkekeh geli. Dia mengerling lawan bicaranya sekilas lalu mulai melanjutkan langkah. Ekor matanya menangkap anak tangga di ujung koridor.
Isyana mencebik. "Mereka gosipin Inggita yang aneh-aneh. Kuping gue ikutan panas." Isyana menghela napas panjan, teringat perkataan menyebalkan ibu-ibu biang gosip.
Jika dirinya yang baru mendengar satu kali saja sangat geram, bagaimana dengan Inggita? Gadis tomboy itu pasti menerima berbagai gosip miring mengenai dirinya dan sang keluarga sebagai makanan sehari-hari. Tanpa sadar, Isyana berdecak kagum. Mental Inggita memang patut diacungi jempol. Gadis itu mampu bersikap pemberani sekaligus biasa-biasa saja meski beban hidup yang ia tanggung tidaklah mudah.
"Syan, itu maksud lo?"
Suara bariton Duta refleks menginterupsi lamunan Isyana. Gadis berkucir kuda tersebut dengan cepat tersadar, sorot matanya mengikuti jemari Duta yang bergerak menunjuk ke satu titik. Anak tangga. Anak tangga tersebut kini dipenuhi ibu-ibu haus buah bibir. Mereka asik bergosip tanpa menyadari kehadiran dua anak remaja yang sedang menatapnya ngeri.
"Gila, sih, Syan. Gue salut Gita bisa setahan itu menghadapi ini tiap pulang sekolah." Duta meneguk ludah seraya melangkah mundur. Memberikan aba-aba untuk Isyana agar bersembunyi terlebih dahulu. Mengatur strategi. Seolah paham dengan instruksi yang diberikan Duta, langkah Isyana beranjak memutar haluan. Gadis berkucir kuda tersebut berlindung pada dinding, pikirannya merawang jauh memikirkan cara melewati ibu-ibu itu tanpa terdeteksi.
"Lo bawa masker, nggak?" Kehadiran Duta yang tiba-tiba sukses membuat Isyana terperanjat. Melupakan keterkejutannya sesaat, ia menggeleng pasrah.
"Gimana, dong?" tanyanya, cemas.
"Gue bawa slayer. Lo pake ini aja jadiin masker," usul Duta sembari menggeledah tas ranselnya. Setelah menemukan benda bewarna hitam tersebut, ia lantas memakaikannya ke wajah Isyana.
Duta mendengus. "Terus, seragam lo tetep ketahuan SMA Tarumanegara, gitu. Pinter. Udah tau mau ke sini, nggak persiapan dulu."
Cengiran tanpa dosa terbit di bibir Isyana. "Lho, jangan salah. Justru karena persiapan, mangkannya gue minta tolong lo anterin ke sini, karena gue tau kalo lo pasti punya persiapan," alibi gadis berkucir kuda tersebut seraya merapikan penyamarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
All the Bad Things
Novela Juvenil[COMPLETE] Dalam hidup, selalu ada yang namanya jatuh, bangun, bangkit, patah, hilang, luka, tumbuh, kecewa, bahagia, dan gagal. Tiap-tiap insan akan mengalami fase tersebut. Tinggal bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan. Sebab, memang begitu m...