16. Hana

258 75 31
                                    

Dalam bahasa Korea, Hana artinya satu. Itulah arti nama Hana Risjad. Sementara Risjad sendiri merupakan nama papanya yang menjabat sebagai general manager di salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit. Maka dari itu, tak mengherankan jika sosok panutannya itu jarang berada di rumah.

Ralat. Bukan hanya papanya. Akan tetapi, mamanya pula. Mamanya bukanlah ibu rumah tangga, melainkan wanita karir super workaholic di bidang industri tekstil dan garmen. Seringkali berpergian ke luar kota bahkan antar benua untuk menjalin relasi.

Rumah megah itu tampak sunyi selain keberadaan dirinya, satu pembantu, serta supir pribadi. Mama dan papa hanya akan pulang dua bahkan tiga bulan sekali.

Namun, bukan Hana Risjad namanya jika bersedih akan keabsenan kedua orangtuanya di rumah megah tersebut.

Alih-alih murung, ia justru biasa saja karena terlampau sering ditinggal sendirian di rumah untuk urusan bisnis. Alasan lain yang mambuatnya tak bersedih kala orangtuanya jarang berada rumah adalah sosok Kelvien Alderianno. Hana beruntung mengenal Kelvien. Pemuda yang tak pernah lepas dari kacamata itu selalu menemani kekosongan hari-harinya selama 13 tahun.

Setiap kali tahun ajaran baru, Hana selalu meminta koneksi dari kedua orangtuanya agar bisa bersekolah di alamater yang sama dengan Kelvien. Termasuk dirinya yang mampu melanjutkan ke Andalas High School. Dengan kekayaan serta kekuasaan kedua orangtuanya, tanpa berusaha sedikit pun, Hana mampu mengenyam pendidikan di sekolah swasta terfavorit tersebut meski memiliki serangkaian seleksi masuk yang menyusahkan.

Lain cerita dengan Kelvien. Kelvien dapat bersekolah di Andalas High School memang karena kecerdasannya dalam bidang akademik. Bahkan, ketika SMP pemuda itu menjadi peraih NEM tertinggi kedua di sekolah yakni 37,00. Hasil ujian nasional tersebut nyaris membawanya ke SMAN 8 jika tidak terlambat mendaftarkan ulang.

Sementara Hana? Orangtua gadis tersebut selalu memiliki 1001 cara untuk mewujudkan keinginan putri semata wayangnya. Apa pun yang Hana inginkan, akan mereka kabulkan saat itu juga. Semisal saja, ketika Hana meminta ponsel model terbaru, tanpa menunggu keesokan harinya, orangtua gadis tersebut langsung men-transfer sejumlah uang yang Hana perlukan. Semudah itu. Walau papa dan mamanya jarang berada di rumah, apa pun yang ia inginkan semudah membalikkan telapak tangan.

Namun, Hana sadar tidak semua hal di dunia ini bisa diselesaikan dengan materi. Ada kalanya, kekayaan dan kekuasaan orangtuanya tidak membantu apa-apa.

Dari Kelvien, ia jadi sadar pentingnya makna tersebut.

Meskipun keluarga Kelvien tergolong berada, pemuda berkacamata itu tak pernah meminta-minta kecuali orangtuanya sendiri yang menawarkan. 

Hal tersebut juga berlaku ketika ponselnya sering mati karena batrei bocor, Kelvien enggan meminta ponsel baru kepada orangtuanya. Maka dari itu, untuk memenuhi keinginan pemuda tersebut, ia rela menabung terlebih dahulu dari hasil pekerjaan sampingan menjadi ilustrator diam-diam.

Mudah bagi Hana membelikan sahabatnya itu ponsel baru. Tinggal meminta kepada orangtuanya, semua beres.

Namun, lagi-lagi Kelvien menolak dengan alasan, ia ingin mandiri. Ia masih sanggup bekerja keras dengan usahanya tanpa merepotkan orang lain.

Seketika, Hana merasakan tamparan telak tak kasat mata. Membuat gadis itu malu setengah mati karena selama 16 tahun, selalu mengandalkan kekayaan dan kekuasaan orangtuanya untuk mengabulkan setiap hal yang ia inginkan. Tidak seharusnya gadis itu membanggakan diri dengan barang-barang branded yang ia miliki jika masih menggunakan uang orangtua. Kecuali, barang tersebut hasil jerih payahnya sendiri.

Sejak saat itu, Hana berhenti mentraktir teman-temannya di kantin setiap hari. Berhenti membelikan pakaian-pakaian dengan merk berkelas, berhenti memfasilitasi mereka menggunakan segala kekayaan yang orangtuanya punya.

All the Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang