"Desain pamflet, udah. Balon baru, udah. Varian baru selesei belom, Ta?" seru Isyana dari arah ruang keluarga rumah Hana. Sementara jemarinya bergerak lincah melingkari kebutuhan promosi produk Good Things seraya memberikan checklist jika dirasa kebutuhan tersebut telah dipenuhi.
"Bentar lagi, Syan. Dikit lagi," sahut Duta sambil menakar fresh milk.
Sore ini, sejak berakhirnya bel pembelajaran sekolah tiga jam yang lalu, mereka semua lekas mengatur janji datang ke rumah Hana kembali untuk menjalankan strategi promosi.
"Gimana kalau kita promosi juga di sosial media supaya lebih dikenal?" Inggita tiba-tiba menyahut di sela aktivitas meniup balon.
"Bener banget, tuh, usulan Gita." Hana mengangguk, menyetujui. Ia mengerling Kelvien yang tampak sibuk berkutat dengan laptop dan seabrek desain lain di pojok sofa. "Nanti nge-post-nya di Instagram. Sekarang 'kan lagi marak juga sosial media sebagai sarana mempromosikan produk. Kalau saranku, supaya lebih menarik, sih, kudu pake feeds yang ucul-ucul gitu, deh."
"Apa?" Kelvien yang merasa sedari tadi diperhatikan oleh sahabat masa kecilnya, kini mendongak.
"Nah, iya! Bikinin desain feeds, dong, Kelv." Inggita bangkit dari karpet sesaat setelah menggaet balon bewarna biru langir lalu meniupnya kembali di dekat pemuda berkacamata tersebut. Lirikannya bermakna penuh arti.
"Pokoknya, yang desain-desain urusan Kelvien, ya. Nanti masalah akun Instagram, gue yang bikinin."
Mengangguk singkat, ia kembali menunduk untuk membuat layer baru pada feeds di Instagram Good Things.
"Desain pamflet, udah, guys. Selesei gue kirim juga di grup Line Good Things. Jangan lupa di-print out."Mendengar penuturan pemuda berkacamata tersebut, Isyana segera merogoh ponsel di saku kemeja. Jemarinya bergerak cepat membuka obrolan pesan grup Good Things. Tatkala sorot matanya menangkap sebuah desain pamflet bewarna biru langit, senyum cerahnya seketika merekah. Dengan cekatan, ia menyimpan desain tersebut ke galeri.
"Mau di-print out berapa lembar?"
"Kalau 100 cukup, nggak?" celetuk Hana seraya kembali meniup balon.
Di balik tatapan matanya yang terpatri pada layar laptop, Kelvien menimpali, "Cukup kayaknya. Bagi dua aja. 50-50. Isyan sama Gita print out 50, nanti sisanya gue sama Hana juga 50."
"Mulai kapan?"
"Besok, ya." Menggeser laptopnya sesaat, Kelvien menunjukkan hasil desain feeds Instagram Good Things. "Liat, sini. Keren, nggak? Masih jadi tiga, sih. Nanti sisanya gampang lah gue kerjain di rumah." sahutnya, tampak puas.
Decak kagum lolos dari bibir Inggita tanpa bisa dicegah. "Nggak salah, deh, Good Things punya tim desain grafis handal kayak lo, Kelv. Ini keren banget gila animasinya."
Sebagai tanggapan, Kelvien hanya terkekeh lirih seraya menaikkan kacamatanya yang sedikit melorot. Sedetik kemudian, ia melirik Isyana. "Udah bikin akun Instagram?"
Menengadah sejenak dari layar ponsel, gadis berkucir kuda itu mengangguk singkat. "Bentar lagi kelar, tinggal verifikasi email. Gambarnya kirim coba ke PC Line gue."
Tiba-tiba, dari arah dapur Duta berlari kecil menghampiri mereka di ruang tamu. Kedua tangan pemuda tersebut menangkup segelas minuman bewarna hijau. Sorot matanya berkilat cerah. Senyum lebarnya merekah memperlihatkan sederet gigi putihnya.
"Rasa apaan, tuh, Ta?" Inggita sontak mengalihkan perhatian dari Kelvien menuju semburat kecerian yang terpancar dari sorot pemuda berahang tegas tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
All the Bad Things
Novela Juvenil[COMPLETE] Dalam hidup, selalu ada yang namanya jatuh, bangun, bangkit, patah, hilang, luka, tumbuh, kecewa, bahagia, dan gagal. Tiap-tiap insan akan mengalami fase tersebut. Tinggal bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan. Sebab, memang begitu m...