Perkataan Hana tempo lalu tidak sekedar omong kosong. Cewek itu benar-benar merealisasikan percakapannya dengan papa selang tiga hari kemudian.
Sebuah tumpukan gelas plastik dengan sablon logo Good Things beserta peralatan pembuat milk tea telah disiapkan di garasi rumah gadis berambut sebahu tersebut. Jangan lupakan pula sebuah stan dagang yang terbuat dari balok kayu dihiasi lampu tumblr dan nama produk di bagian atasnya.
Duta refleks berdecak kagum. Ini semua di luar ekspetasinya. Pandangan matanya sibuk meneliti pelitur balok kayu stan yang diukir sedemkian rupa.
Mengetahui pengorbanan Hana yang terlalu besar untuk mewujudkan proyek mereka, Isyana jadi tidak enak hati. Gadis berambut panjang yang tak pernah absen dikucir satu tersebut mendesah panjang, ekspresi yang semula ceria kini masam hanyalah mendominasi. Berbeda dengan teman-temannya yang justru terperangah menatap semua perlengkapan pembukaan produk Good Things.
Lantaran hal tersebut, Isyana memilih menepi dari garasi lalu beranjak menuju pekarangan rumah. Dia mendaratkan tubuh di bangku taman seraya menopang dagu dengan pikirannya sibuk berkelana jauh.
Seharusnya, tidak begini.
Seharusnya, yang namanya usaha bersama, maka modal yang dikeluarkan pun juga harus modal bersama. Tidak hanya Hana yang membiayai ini semua sementara ia dan teman-teman lain hanya tinggal terima jadi.
Seharusnya pula, Hana tak perlu menolak laba bagi hasil untuk dirinya ketika usaha mulai berlangsung.
Ah. Jika begini, Isyana merasa sangat merepotkan Hana walau gadis itu berkali-kali menyatakan sama sekali tidak keberatan.
Dia pun tanpa sadar menghela napas keras.
Akibat hal tersebut, Hana yang sedari tadi tidak menyadari keabsenan Isyana di dalam garasi, refleks mencari keberadaan gadis berkucir kuda tersebut. Sorot matanya berotasi mengelilingi sepenjuru ruangan. Akan tetapi, hasilnya nihil. Isyana tidak lagi berada di antara mereka.
"Guys! Isyana ke mana, ya?"
Celetukkan Hana sukses membuat gerakan Inggita, Duta, dan Kelvien yang tengah mengamati perlengkapan pembukaan Good Things terkunci. Tanda tanya besar menyeruak di benak mereka. Keempatnya lantas saling lempar pandangan.
"Tadi ada sama kita-kita, kok," sahut Inggita, yakin. "Orang tadi dia ada sebelah gue."
Duta menyingkir sejenak dari mesin grinder di atas meja. Langkahnya terayun gontai menuju Hana. "Dia nggak izin lo dulu ke kamar mandi?"
Gelengan singkat dari Hana berarti pertanda satu hal, Isyana memang sengaja meninggalkan mereka tanpa izin.
"Gue yakin dia masih ada di sekitar sini belom jauh-jauh." Kelvien mulai melenggang keluar diikuti Hana, Duta, dan Inggita yang mendadak cemas terhadap keberadaan gadis berkucir kuda tersebut.
Tatkala mereka telah berada di depan garasi, seorang gadis berkucir kuda yang tengah bergeming di bangku taman menyulut perhatian mereka.
"Isyan!"
Seruan tersebut sontak membuat Isyana mendongak menatap sumber suara. Ia menghembuskan napas panjang ketika sorot matanya beradu pandang dengan keempat temannya.
Tanpa menunggu waktu lebih lama, mereka segera berlari kecil ke arah Isyana. Sejurus kemudian, mendaratkan tubuh di sepanjang bangku taman.
"Dicariin daritadi, taunya kamu di sini," gumam Hana seraya mengerling lawan bicaranya yang tampak masam. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.
"Lo kenapa, Syan?" Inggita yang tahu betul suasana hati gadis berkucir kuda itu sedang tidak baik, segera memastikan.
Sementara Duta dan Kelvien memilih bungkam membiarkan kaum hawa saja yang mampu menyelesaikan masalahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/220589005-288-k276993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
All the Bad Things
Novela Juvenil[COMPLETE] Dalam hidup, selalu ada yang namanya jatuh, bangun, bangkit, patah, hilang, luka, tumbuh, kecewa, bahagia, dan gagal. Tiap-tiap insan akan mengalami fase tersebut. Tinggal bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan. Sebab, memang begitu m...