47. Mimpi

245 58 32
                                        

Berkat ide cemerlang dari Belinda, Isyana tahu apa yang akan ia lakukan untuk kembali mempersatukan Good Things. Ia lekas mengambil ponsel dalam ransel. Senyum lebarnya terpatri membayangkan rencana apa yang akan ia lakukan bersama kamera gawainya sebentar lagi.

Sepeninggalan Belinda untuk mengurus keperluan Sekolah Terbuka Handayani, gadis berkucir kuda tersebut segera menjalankan misinya. Mula-mula, ia merekam aktivitas anak-anak jalanan yang ia temui secara tak sengaja. Pakaian mereka kumal, tak jera bermandikan keringat, berdiri menantang panasnya terik matahari, menahan segala polusi udara serta debu yang membuat mata pedih.

Tanpa sadar, Isyana meneguk ludah, iba.

Lantaran menyaksikan pemandangan tersebut, harusnya ia bisa jauh lebih  bersyukur. Setidaknya, walaupun keluarganya terpecah belah, ia masih memiliki ibu yang setia bekerja siang-malam demi memenuhi kebutuhan. Ia juga tak perlu bekerja paruh waktu seperti Inggita, tak juga harus turun ke jalan demi mengais sepeser rupiah.

Benar kata Belinda. Berjuang membantu antar sesama tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, masih ada ribuan bahkan jutaan penduduk di luar sana yang hidup di bawah garis kemiskinan. Lantas, mereka membutuhkan uluran tangan dari kita. Sebab, rejeki berlimpah yang diberikan Tuhan, juga menyangkut rejeki mereka pula. Isyana sadar betul hal tersebut. Maka, ia selalu beranggapan jika masih remaja, kontribusi nyata apa yang akan ia lakukan untuk membantu antar sesama selain belajar dan aktif berorganisasi? Menjadi seorang social-enterprenuer di kala ia masih muda. Good Things merupakan jalan yang ia tempuh untuk mewujudkan visi tersebut.

Indra pengelihatan Isyana tanpa sengaja disambut seorang bocah disabilitas yang sedang berjualan koran di tengah teriknya sinar matahari. Sekali lagi, ia mensyukuri kehidupannya. Kamera ponselnya bergerak membidik bocah laki-laki tersebut. Seulas senyum tipis seketika merekah.

Dalam hati, Isyana membulatkan tekad untuk memperbaiki ini semua.

Good Things harus kembali.

Mau tidak mau.

Suka tidak suka.

Ia akan mengupayakan segala cara untuk membuat Good Things kembali seperti semula. Termasuk, menyusun kompilasi rekaman pemandangan anak-anak jalanan yang ia temui hari ini serta beberapa pekan sebelumnya.

Teman-temannya harus melihat, tidak sedikit yang membutuhkan bantuan dari mereka.

_____

Isyana merenggangkan otot-otot tubuhnya setelah mengedit video di laptop lawas tersebut. Untuk sesaat, ia memejamkan mata. Semoga saja, apa yang ia kerjakan tidak sekadar sia-sia belaka. Isyana telah rela memangkas waktu belajarnya untuk menciptakan video ini hingga memakan jam tidurnya pula.

Butuh waktu kurang lebih dua jam bagi gadis berkucir kuda tersebut untuk menyelesaikan kompilasi video, menambahkan backsound, memberikan keterangan, serta mengirimkan video itu kepada keempat temannya melalui file dokumen akibat ukurannya yang terlalu besar. Akan tetapi, sebelum menekan opsi kirim, jemari gadis berkucir kuda tersebut menari di papan keyboard untuk menuliskan sesuatu terlebih dahulu.

Dear temen seperjuangan gue membangun Good Things.

Haiii. Kalian apa kabar?

Baik-baik aja, kan?

Atau masih kecewa?

Guys, gue harap kalian nggak terlalu kecewa lebih dalem lagi ya.
Masih inget ikrar kita di kolam renang rumah Hana waktu itu?

Kita udah janji, nggak bakal nyerah atas apa pun yang terjadi selama berjuang memberdayakan masyarakat dan menolong antar sesama melalui Good Things.

All the Bad ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang