Mahardika Arion Abinaya.
Duda beranak dua dengan umur empat puluh tahun ini tidak pernah ingin menikah lagi.
Namun desakan Ibunya membuatnya tidak bisa berdiam diri terus-menerus.
“Gimana, Sayang? Mana yang menurut kamu cocok?” Puluhan foto gadis-gadis yang entah siapa, Rion tidak kenal terbentang diatas meja. Menatapnya menunggu untuk dipilih.
“Gimana Rion bisa tau cocok atau engga sih Ma, ketemu aja belum.” Shella—ibunya Rion yang berusia enam puluh empat ini berdecak kecil.
“Yauda, kamu pilih dulu salah satu. Ntar Mama atur waktu ketemunya.” Rion menggeleng.
“Gausah deh, Ma. Serius, Rion belum siap.” Shella menatap kesal Rion.
“Mau sampai kapan kamu bakalan siap? Mama ini uda tua, bentar lagi tamat. Kalau sampai hal itu terjadi, Mama bisa pergi dengan tenang kalau kamu uda ada yang jaga.” Rion berdecak.
“Kok gitu sih Ma ngomongnya! Mama ga bakalan kemana-mana!” Shella meraih tangannya Rion.
“Umur orang itu ga ada yang tau, Anakku. Mama cuma mau kamu ada yang jagain kalau Mama pergi nanti uhuk uhuk. Lagian bukan hanya kamu yang butuh sosok seorang istri, anak-anak kamu juga masih kecil kan, mereka masih butuh sosok Mama yang bisa dijadiin tempat untuk berkeluh kesah.” Rion menghela nafas berat. Meraih salah satu foto tanpa memperhatikan foto itu baik-baik.
“yauda, ini deh.” Shella tersenyum begitu lebar, dan langsung merampas foto itu dari tangan putranya.
“mama ga paksa kamu harus sama wanita yang mama pilih, tapi kan kenalan dulu ga ada salahnya. Yauda, mama atur ya!” Rion mengangguk pasrah.
Ia sudah berumur empat puluh, tahun ini, sejujurnya ia tidak butuh pendamping lagi. Bahkan putra pertamanya saja sudah masuk tingkat ke dua sekolah menengah ke atas.
Setelah Shella pergi dari pandangannya, Rion merebahkan dirinya diatas sofa.
“oh! Bian!” Seorang pria remaja dengan topi merah jambu yang tadi melewatinya mendadak memberhentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Rion dengan tatapan malas.
“kamu mau kemana?” Rion beranjak duduk dari posisi rebahannya.
“kenapa papa peduli?” Benar. Pria berumur tujuh belas tahun ini ialah putra pertamanya Rion. Memiliki paras yang tampan dan terkesan dingin membuat banyak kaum hawa gemar mendekatinya.
“kok gitu ngomongnya? Sini!” Rion tersenyum tipis. Sepertinya sudah lama ia tidak mengobrol berduaan saja dengan putra sulungnya ini.
“engga usah. bian sibuk, lagi buru-buru. Lain kali aja ngomongnya.” Fabian Graham Abinaya beranjak cepat melengos pergi dari hadapannya Rion. Rion menggeleng kecil.
Fabian bukan anak seperti itu dulunya. Hanya saja setelah kematian istrinya, Fabian berubah menjadi anak yang cuek, dan ketus. Ia juga menjadi sedikit kasar kalau menurut Rion. Tapi Rion tahu, sebenarnya Fabian seperti itu hanya karena ia sangat kehilangan. Ditambah pada saat istrinya meninggal, Fabian sedang dalam masa berontaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mahardika dan Tiara. ✔️
General Fiction[[E N D !]] ❝Bian ga ngadi-ngadi sih ini, tapi mau jadi mamanya bian yang official ga sih ma? Kalau papa lama banget lamarnya, biar bian aja yang ngewakilin :)❞ Tiara. Jobless, lulus dengan IPK ngos-ngosan tapi ga gitu buruk karena dia bisa jadi...