Jangan lupa vote sebelum baca!!
Happy reading~
Author POV
Bajingan!! Kau kembali membangunkan jiwa yang harusnya tertidur Sean.
Bugh
Ntah panggilan dari mana Devano tiba-tiba datang lalu menarik Lea, menjauhkan nya dari Sean lalu memukuli Sean dengan membabi-buta. Dan terjadilah perkelahian hebat disana.
"Sudah cukup sabar aku mengahadapi mu Sean, harusnya kau bersyukur karena aku tidak langsung melenyapkan mu saat itu, tapi apa sekarang hah??? Kau kembali membuat ulah dan mengusik wanita milikku!!!"
Emosi Devano pecah, tatapan matanya menggelap seperti tatapan iblis yang siap membunuh mangsanya nya.
"Lea tidak pantas untuk seorang psikopat seperti mu sialan! Aku tidak akan membiarkan Lea bernasib seperti Raina, tidak tidak akan pernah!!!" Ucap Sean tersenggal-senggal.
Ia sudah tidak kuat menerima pukulan itu, tapi tak henti-hentinya Devano memukuli Sean.
"Lalu apa Lea pantas dengan bajingan seperti mu huh? Dan aku ingatkan sekali lagi bukan aku yang membunuh Raina!!!"
Deg
Raina? Membunuh? Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Raina?? Apa Devano dan Sean saling mengenal?
Banyak pertanyaan yang terlintas di benak Lea, tapi ini bukanlah waktu yang tepat bukan?
Uhuk uhukk
Sean sudah tak berdaya dan memuntahkan darah dari mulutnya
Lea yang masih sangat syok dengan kejadian tadi mencoba sadar sepenuhnya dan berusaha memisahkan mereka.
"Dev sudah cukup! Sean bisa mati" Ucap Lea sambil berusaha melerai keduanya.
"Kau masih membela nya setelah apa yang ia lakukan padamu huh Lea??!" Devano menepis kasar tangan Lea dan membentaknya.
Tangis Lea pecah, ia sangat tidak bisa jika dibentak!
"Bu..bukan begitu Dev, lihatlah Sean sudah tidak berdaya! Kumohon jangan sampai kau mengotori tangan mu dengan membunuhnya" Dengan gemetar ia memeluk erat Devano dari belakang, ia harap dengan begitu usahanya berhasil.
Jika kalian bertanya-tanya dimana orang-orang? Tentu saja tidak ada. Karena lift ini masih berada disekitar ruangan CEO, dan tentunya tak sembarang orang bisa masuk.
Dan usaha Lea berhasil, Devano melepaskan Sean dan langsung menarik Lea pada pelukannya.
Sean telah terkapar tak berdaya, lalu Devano menyuruh orang kepercayaan nya untuk membereskan Sean.
Tatapan mata Devano yang tadi menggelap kini sudah berubah menjadi tatapan penuh rasa khawatir saat melihat Lea.
Lea menghela nafas lega dan tangisnya semakin menjadi-jadi, jujur ia sangat syok dengan semua yang terjadi barusan.
"Maafkan aku, kau tak apa Hem? Dimana Sean menyentuh mu? Apa dia melukai mu?"
Lea masih diam dan terisak
"Jawab aku Lea! Aku akan membunuhnya jika ia melukai mu" Ancam Devano.
"Ti..tidak, ia tidak melukai ku".
"Lalu? Apa ia menyentuh mu? Dimana??"
Lea menggeleng dan Devano menghela nafas lega.
"D..dia belum sempat menyentuh ku, ia hanya mencekal lengan ku" jelas Lea.
Devano menarik nafas panjang.
"Syukurlah bajingan itu tidak menyentuh mu baby" lalu Devano memeluk erat Lea dan menenangkannya.
"Sekarang kita pulang oke, kau harus istirahat dan menenangkan dirimu" ajak Devano.
Lea hanya mengangguk mengiyakan.
Sekarang mereka sudah menuju lift
"Dev.."
"Ya?"
"T.. terimakasih kau telah menolongku"
Devano tersenyum dan menjawab
"Itu sudah tugas ku untuk selalu menjaga mu baby, dan maafkan aku yang sempat lalai dalam menjaga mu tadi".
Lea hanya tersenyum
"Dev, tas ku bagaimana?"
"Tak usah khawatir, sekertaris ku telah mengambil nya" ucap Devano lalu mengecup kening Lea.
Lalu Devano mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.
"Ma mungkin lain waktu kuajak Lea ke mansionnya, hari ini ada kejadian tak terduga terjadi mah" ucap Devano pada sang mamah.
Pikiran Lea kacau sekarang, sesungguhnya ia sangat senang karena Devano menolongnya.
Dan jujur Lea merasakan ketulusan dari ucapan Devano tadi, ia merasa seperti orang yang sangat berharga sekarang.
Haruskah Lea mulai menerima dan membuka hati untuk nya? Ntahlah Lea bingung sekarang.
Setelah berbincang beberapa saat, kemudian Devano mengakhiri panggilan nya.
Lift berhenti dilantai dasar dan pintu pun terbuka, sudah ada sekertaris Devano disana yang membawa tas milik Lea.
"Mr. Dev" ucap sekertaris Devano lalu ia menyerahkan tas milik Lea.
"Kau sudah membuatkan izin untuk Lea?" Tanya Devano.
"Sudah Mr, dan sudah disetujui juga"
"Baiklah, terimakasih. Kau boleh kembali ke ruangan mu".
Sekertaris nya mengangguk sopan kemudian kembali ke ruangan nya.
"Ayo sayang"
Lalu Devano menggandeng Lea menuju mobilnya yang telah disiapkan didepan kantor oleh orang suruhan Devano.
Saat di mobil mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing.
"Dev boleh aku bertanya?" Ucap Lea memecah keheningan.
"Tentu"
"S..siapa Raina?" Akhirnya Lea berani mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi ia tahan untuk ditanyakan.
Raut wajah Devano langsung masam dan tatapannya kembali datar. Ada suratan kebencian disana.
•
•
•
•TBC~
Hmmm kira-kira siapa ya Raina?
Sorry ya Author gantungin wkwkBtw jgn lupa vote dan komen nya ya
See u in the next chapter 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OBSESSION (DALAM TAHAP REVISI)
ChickLit" I WANT LEAVE HIM!!!! PLEASEE!! PLEASEE!!! HELP ME!! " Teriak Lea. Devano mengepalkan tangannya, ia menghampiri Lea. Ia balikan tubuh Lea kearah nya dan mendorong tubuhnya ke dinding. Lalu ia memegang kuat tengkuk Lea dan memukul tembok itu dengan...