Jangan lupa vote sebelum baca
Sorry typo bertebaran
Happy readingAuthor POV
Cuaca mendung semakin menambah suasana hening yang kembali menyerang, kini Lea hanya tertunduk sendu. Ada sedikit perasaan terluka dihatinya.
Melihat Devano yang tak sedikit pun membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Lea.
Lea mengalihkan tatapannya pada rintikan hujan yang perlahan turun. Seketika perhatian nya teralihkan, ntah mengapa Lea memang sangat menyukai hujan.
Mungkin belum waktunya, atau mungkin itu bukan hal yang harus aku ketahui. Ucap Lea pada dirinya sendiri.
"Apa kau sangat menyukai hujan?" Tanya Devano tiba-tiba.
Lea mengangguk semangat.
"Dan aku sangat membenci hujan!" Ucap Devano sarkatis.
Lea terkejut
"Mengapa? Bukankah hujan itu indah" ucap Lea.
Devano kembali mengunci mulutnya.
Lea hanya menghela nafasnya dan kembali fokus pada objek yang sangat disukai nya.
"Kita sudah sampai".
Karena terlalu larut dalam fikirannya, Lea sampai tak menyadari bahwa ia telah sampai di suatu tempat.
"Ehmm.. ini dimana Dev?". Ucap Lea sembari menatap pada tempat yang baru didatangi nya.
"Mansionku" ucap Devano datar.
"Untuk apa kita kesini?"
"Kau akan terus bertanya atau ikut aku masuk kedalam".
Cih menyebalkan sekali
Kini Lea mulai memasuki Mansion mewah nan megah dihadapannya.
Ia tak menyangka sebenarnya seberapa banyak harta Devano hingga tak ada habisnya.Tapi karena Lea bukanlah seorang gadis yang matre, ia tak terlalu mementingkan hal itu.
Sebenarnya untuk apa ia membawa ku kemari? Bukan kah ia sendiri yang bilang bahwa akan mengajakku bertemu dengan mama nya lain waktu.
Tapi Dimana mamahnya? Mansion ini sangat sepi. Bahkan tadi aku hanya melihat beberapa penjaga dan dua orang maid saja.
"Ini mansion pribadi ku, jadi mamahku tidak ada disini. Dan mansion ini yang akan menjadi tempat tinggal kita setelah menikah nanti". Ucap Devano dengan santainya.
Lea memilih diam tak menjawab
Hah? Menikah? Yang benar saja!! Bahkan hal itu belum sama sekali terlintas di benakku!
Lalu Devano mengajak Lea masuk kedalam mansion tersebut dan berhenti pada satu ruangan dengan pintu berwarna hitam.
Lalu ia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka pintu ruangan tersebut.
Ceklek
"I..ini ruangan apa Dev?" Tanya lea gugup.
"Kau akan tahu setelah melihatnya"
Devano membawa Lea masuk kedalam nya.
Lea terperangah dibuatnya, ruangan ini seperti galeri pribadi milik Devano.
Semuanya berisi lukisan dan boneka kain yang terikat di bagian lehernya dan menggantung hampir di setiap sudut ruangan ini.
Boneka penangkal hujan? Sebegitu benci nya kah Devano membenci hujan? Mengapa?
"Teru-Teru bozu?". Tanya Lea.
Devano mengangguk
"Kau tau?"
Lea mengangguk
"Ini galeriku, tidak ada seorang pun yang tahu dan tidak ada pula yang pernah ku ajak kesini."
"Karena aku hanya akan menunjukkan nya pada wanita yang sangat ku cintai, dan kau adalah orang nya". Lanjutnya.
Benarkah?
"Terimakasih" lalu Lea hanya tersenyum simpul.
Teru-teru bozu, ya Lea tahu boneka tradisional Jepang yang digantung di jendela itu.
Menurutnya boneka itu sangat lucu dan menggemaskan. Tapi mengapa Teru-teru bozu disini bentuk nya sangat menyeramkan?
Devano menggiring Lea pada lukisan besar yang terfokus ditengah ruangan, disana terlukis Teru-teru bozu yang tergantung di sebuah pohon besar.
Bukankah Teru-teru bozu seharusnya berwarna putih? Mengapa yang ini merah dan sangat menyeramkan, belum lagi ukurannya yang sangat besar dan seukuran manusia.
Sebenarnya apa maksud dari semua ini? Mengapa Devano sangat misterius?
Lea terkesiap ketika Devano tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ia melingkarkan lengannya Posessive dan meletakkan dagunya di pundak lea.
"Lukisan ini sangat indah bukan?" Tanya Devano dengan senyum smirk nya.
"Ya, tapi m.. mengapa Teru-teru bozu nya berwarna merah? Bukankah seharusnya putih?"
Devano tidak menjawab dan kembali memasang ekspresi datar nya, matanya seolah mengisyaratkan kebencian yang mendalam.
Melihat ekspresi wajah Devano yang seperti itu, Lea mencoba mencairkan suasana dan mengalihkan pembicaraan nya.
"Mm.. Dev mengapa kau sangat membenci hujan?" Tanya Lea hati-hati
"Karena hujan pembawa petaka dan kematian!" Ucap Devano tajam.
"B.. benarkah?" Tanya Lea gugup
"Hari ini kau banyak bertanya Baby, dan aku tak suka itu!" Ia mencengkram keras pinggang Lea.
"Mm..maaf aku tak akan bertanya lagi"
Devano tersenyum dan mengangguk, lalu ia menarik Lea semakin dalam ke pelukannya.
Kau sangat menyebalkan Devano!
"Berhentilah mengumpat calon tunangan mu Baby!" Kekehnya
Lea terkejut, ini sudah kesekian kalinya Devano bisa membaca fikirannya.
Namun tiba-tiba
Kruyukk
"Hahaha Ya Tuhan kau lapar Baby? Maaf aku lupa kau belum makan"
Sedangkan Lea hanya mengangguk sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.
"Kau sangat menggemaskan sayang, baiklah ayo kita makan".
Mereka berdua meninggalkan ruangan tersebut begitu saja. Devano berjalan duluan diikuti Lea dibelakang nya.
Lea yang pandai memanfaatkan situasi kemudian diam-diam mengambil satu kunci ruangan itu dan mengantonginya.
Rasa penasaran Lea sangat besar dan ia ingin memecahkan teka-teki itu.
Sedangkan Devano yang juga menyadari hal itu hanya bisa menahan senyum smirk nya.
Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa memecahkan teka-teki ini Baby girl
•
•
•
•TBC~
Hallo guys sorry ya part kali ini pendek hehe..
Vote jangan lupa oke
See u in the next chapter 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OBSESSION (DALAM TAHAP REVISI)
Literatura Feminina" I WANT LEAVE HIM!!!! PLEASEE!! PLEASEE!!! HELP ME!! " Teriak Lea. Devano mengepalkan tangannya, ia menghampiri Lea. Ia balikan tubuh Lea kearah nya dan mendorong tubuhnya ke dinding. Lalu ia memegang kuat tengkuk Lea dan memukul tembok itu dengan...