36. Please Stop!

29.6K 884 11
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca!!

Happy Reading~

Warning Adult content!!!

Author POV

Los Angeles, California

Satu hari berlalu setelah kejadian mengerikan yang dialami oleh Lea. Dimana Devano telah merenggut satu-satunya harta berharga yang dimiliki oleh Lea.

Bahkan pria gila itu tidak merasa bersalah sedikitpun, kata maaf? Haha jangan mimpi ia mengucapkannya untuk hal itu.

Devano berjalan mendekat ke arah Lea yang tengah mematung diatas tempat tidur dengan tatapan kosongnya.

Saat melihat Devano mendekati nya, ekspresi nya berubah menjadi ketakutan. Dan Devano tak menanggapi ekspresi ketakutan itu.

Ia terus melangkah mendekatinya dan duduk ditepi kasur, namun air mata Lea malah mengalir.

"Maid bilang kau belum makan seharian?"

Lea diam tak menjawab dan hanya terus terisak.

"Kau harus makan, nanti kau sakit!"

Cih bahkan kaulah yang membunuhku perlahan!

"Baiklah akan ku suapi"

Devano meletakkan nampan berisi makanan itu didepan Lea. Saat ingin menyuapi Lea, tiba-tiba saja Lea menepis sendok yang hendak disiapkan padanya hingga terpental.

Ia bangkit dan membuang nampak berisi makanan itu, hingga semuanya berserakan dan bunyi pecahan kaca terdengar begitu nyaring.

Devano terdiam dan menatap lekat wajah Lea, ia sama sekali tidak menatap makanan yang berserakan itu.

"Aku tak sudi menerima makanan dari seorang pembunuh!" Ucap Lea tajam.

Devano menghampiri Lea lebih dekat, ia mencekal lengan Lea dan mendekatkan nya sampai menyentuh dadanya.

"Jangan buat aku untuk kembali menyakiti mu, apa susahnya menurut. Maka kau akan bahagia"

Lea tersenyum kecut

"Cih bahagia kau bilang? Persetan dengan itu.  Bagiku tidak ada bedanya!  Setelah merenggut semua kebahagiaan ku dan sekarang dengan mudahnya kau mengatakan ingin membahagiakan ku? Are you crazy Jerk!! Kau membuatku terpaksa kehilangan semua kebahagiaan ku karena mu!"

Lea meronta, mencoba melepaskan cekalan tangannya dari Devano. Tapi tidak bisa, Devano begitu erat mencekal nya dan sudah dipastikan lengan Lea akan membiru setelah nya.

Air mata menetes begitu banyak dari matanya

"Kenapa harus kau Dev? Kenapa harus orang yang ku cintai yang melakukan nya?  Its hurt Dev, please stop it!!"

Tiba-tiba Devano mendorong Lea. Dan kembali mencekal erat kedua lengannya.

Ia mengumpulkan nya menjadi satu dan menariknya keatas kepala Lea, Lengan yang lainnya ia gunakan untuk mencengkram kuat rahang Lea.

Lea berusaha untuk melawan sekuat tenaganya, tapi tetap saja itu tak berpengaruh apapun untuk Dev.

Malam ini menjadi kali kedua Dev menyentuh nya secara paksa, ia kembali melakukan kekerasan dan membuat Lea benar-benar tak berdaya.

Ia tak peduli dengan Lea yang merasa kesakitan dan terus merintih dibawah kukungannya,

Dev selalu dibutakan oleh obsesi dan emosi. Bahkan ia melupakan cintanya pada Lea.

Lea berbaring miring dan memeluk dirinya sendiri tanpa sehelai benangpun, Lea benar-benar tak berdaya.

Psikopat gila itu benar-benar memeras habis tenaga dan air mata nya,

Miliknya kembali terluka dan terasa sangat perih, Devano sangat gila. Baru kemarin ia mengobatinya dan sekarang ia kembali membuat nya terluka.

Devano menarik Lea kedalam dekapannya,

"Dengarkan aku Lea, ada alasan mengapa aku melenyapkannya. Ternyata Julian adalah teman dari Laura,si jalang sialan itu. Mereka bersekongkol untuk menjebakku dan memisahkan kita."

Lea menarik nafas beratnya

"Jangan coba-coba membodohi ku dengan cerita karangan mu itu, ku akui aku memang bodoh karena mencintaimu. Tapi jangan kau fikir kali ini aku akan percaya dengan akal bulus mu itu"

Lea menghempaskan lengan Devano yang memeluknya, lalu ia berlalu ke kamar mandi.

Bahkan ia tak peduli dengan ketelanjangannya, untuk apa ia menutupinya? Lagi pula ia memang sudah menjadi jalang bukan? Ya jalang untuk Devano.

Lea mati-matian menahan rasa sakit pada miliknya, dan terus melangkah. Walaupun dengan terpincang-pincang Lea tak peduli.

Devano hanya terdiam melihat kepergian Lea.

Sesampainya di kamar mandi Lea duduk termenung dibawah rintikan shower, dan menangis sejadi-jadinya.

Matanya terasa sangat perih, mungkin terlalu banyak menangis. Atau justru air matanya telah habis dan mengering? Ntahlah bagaimana lagi menggambarkan keadaan nya.

Tidak bisakah Tuhan memberi sedikit saja keadilan untuk Lea? Ntah dosa apa yang telah Lea lakukan.

Terkadang Lea merasa jika Tuhan tengah menghukumnya, benarkan itu Tuhan?

Lea menggosok kuat seluruh tubuhnya menggunakan sponge, ia ingin menghilangkan bekas sentuhan Devano pada tubuhnya.

Semua sentuhan itu masih terasa disekujur tubuhnya, ia ingat dengan jelas bagaimana Devano dengan kasar menyentuh nya. Tapi semua itu tidak ada gunanya.

Satu jam berlalu dan belum ada tanda-tanda Lea keluar dari kamar mandi itu.

Suara Shower terdengar sampai telinga Devano. Ia menatap lekat kamar mandi, ia sempat mendengar benda pecah disana.

Ia bangkit dan mengambil jubah tidur miliknya untuk menutupi ketelanjangannya,

"Lea?" Panggil Devano.

Tak kunjung ada jawaban disana, ia panik dan menekan kuat handle pintu dan terkunci.

"Lea are okay?"

Pertanyaan bodoh yang ia lontarkan setelah apa yang ia lakukan, ia berlari menuju nakas dan mengambil kunci cadangan disana.

Lea yang berada dikamar mandi hanya tersenyum kecut dan mengambil sesuatu disana.

Ia masih terdiam dibawah guyuran shower, lalu tersenyum kecut dan berkata

"Maafkan Lea ibu..."




TBC~

Gimana gimana? Makin penasaran ga sama ceritanya Lea dan Devano??

Nantikan terus ya kelanjutannya

Thanks for reading and don't forget to vote and comment okeee!!!!

See u in the next chapter 👋👋👋


CRAZY OBSESSION (DALAM TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang