Part 11 - Telat

29 15 2
                                    

Entah jam berapa Elsa jatuh tertidur. Yang dia ingat hanya lah pikirannya berkelana mencari alasan

kenapa Esa tidak suka berkomunikasi lewat media sosial?

Bukan kah itu sangat memudahkan?

Sangat bermanfaat untuk manusia?

Lalu kenapa Esa tak suka?

Dan masih banyak pertanyaan lainnya

Elsa tahu, Esa pasti bukan lah orang yang berpikiran sempit. Ia pasti memikirkan berbagai hal sampai akhirnya tak suka berkomunikasi lewat media sosial.

Setelah nyawa nya terkumpul, akhirnya Elsa bergegas ke kamar mandi. Dan ia terkejut karena tak sengaja melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.00

Sial

Ia sudah dipastikan datang terlambat. Elsa buru-buru mandi, berpakaian cepat, dan ia melupakan sarapan nya. Lalu ia dengan segera memanggil supir untuk mengantarkan nya ke sekolah.

Double kill

Ternyata jalanan sudah padat, ia menggigit kuku-kuku nya karena tak sabaran. Dan jam sudah menunjukkan pukul 07.20, Ia tak pernah terlambat sebelumnya jadi Ia tak tahu apa yang akan terjadi. Elsa sudah pasrah antara ia akan dipulangkan atau dipersilahkan masuk dengan menjalani hukuman terlebih dahulu.

Saat ia sedang memandang keluar jendela, dan melihat trotoar lenggang. Ia memutuskan untuk turun, dan berlari menuju sekolah nya. Mungkin hanya beberapa meter lagi didepan sana. Mobil tak bergerak sama sekali sedari tadi.

"Pak, Elsa turun disini aja ya. Elsa mau lari, takut makin telat soalnya." Ucap Elsa pamit kepada sang supir sambil membuka pintu.

"Iya hati-hati Non." Ucap sang supir merasa tak enak melihat Elsa berlari menuju sekolah.

🐋🐋🐋

Elsa berlari secepat yang ia bisa, sambil merapalkan doa agar Tuhan membantu nya. Ia sudah sangat lelah sekali berlari. Saat ia berhenti sejenak sambil menarik napas panjang, ia melihat sepeda berhenti di samping nya.

"Ayo Sa, naik!" Ucap Esa yang juga terlihat lelah.

Elsa tanpa pikir panjang, menaiki sepeda Esa. Sepeda Esa tidak memiliki boncengan, dan hanya memiliki dua pijakan kaki di roda belakang nya. Ia mau tak mau harus berdiri sambil memegang bahu Esa.

Setelah dirasa Elsa sudah berpegangan, Esa melajukan sepeda nya dengan kencang. Sudah bertahun-tahun ia bersepeda, beban Elsa tidak menghambat lanjut sepeda nya yang semakin cepat.

Elsa dengan erat memegang kedua bahu Esa. Karena takut terjatuh, dan terjungkal kebelakang. Suasana hening, hanya terdengar suara kayuhan sepeda, dan gesekan roda sepeda dengan trotoar.

Elsa begitu gugup sekarang, entah kenapa berdekatan dengan Esa sukses membuat jantung nya berdetak tak normal. Padahal ia hanya memegang bahu Esa saja. Sedangkan Esa berkonsentrasi bersepeda agar mereka tak datang terlalu terlambat.

Akhirnya jam 07.35 mereka tiba di gerbang depan yang sudah dikunci, dan terdapat Satpam di depannya.
Semua siswa yang terlambat dibiarkan terlebih dahulu didepan gerbang, dengan posisi berdiri dengan sinar matahari pagi yang terik.

Sekolah ini memang mentolerir siswa yang telat, tapi hanya sampai 3 kali. Jika sudah ketiga kali nya siswa tersebut terlambat, jangan harap diberikan pandangan iba atau belas kasihan dari Satpam, Osis, dan Guru Piket.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang