Part 44 - Menjadi Pacar Dewa

19 10 0
                                    

Dewa menyeretnya ke koridor sekolah yang sepi, atau bisa dibilang ujung koridor yang jarang sekali dilewati orang. Disini hanya ada pintu menuju gudang, tidak ada yang lain.

Dewa menyentak kan tangan mereka dengan kasar, membuat Elsa terhuyung sampai menabrak tembok di belakang nya. Ia hanya bisa diam, degup jantung nya berpacu dengan cepat. Tangannya sudah berkeringat dingin sedari tadi. Bahkan kini ia merasakan keringat mengucur lembut dari dahi ke pipi nya. Elsa begitu ketakutan sekarang. Seluruh tubuh nya gemetar.

Dewa memandang nya sinis, ini waktu yang tepat untuk memberi tahu Princess nya jika ia tidak suka ditolak atau dipermainkan. Gadis nya ini harus tau seberapa berkuasa Dewa atas Elsa. Ya, Elsa adalah miliknya. Seutuh nya. Ia tidak akan pernah Sudi berbagi dengan siapapun.

Melihat Elsa gemetar seperti ini membuat nya senang. Dewa maju sampai memojokkan Elsa dan menahan pergerakannya dengan kedua tangan yang kekar dan berotot itu. Ia tersenyum manis tapi mematikan, matanya menatap tajam manik Elsa.

Dewa mendekat, menghirup aroma dari surai rambut Elsa dengan rakus. Aroma yang sangat ia sukai, Vanilla. Lalu ia berbisik dengan suara yang dalam, "Sekarang kamu jadi pacarku."

Elsa masih diam. Ia tidak berani bergerak seinci pun, Dewa nya sedang amat marah sekarang. Nyali nya seketika ciut walaupun ada keinginan yang besar untuk dia melawan Dewa. Tapi Elsa tak bisa. Dewa masih saja menghirup aroma rambut nya, memilin rambut nya pelan tapi mengintimidasi.

"Kita akan jadi partner yang hebat di olimpiade nanti, Princess." Bisik nya lagi.

"Tak ada yang bisa mengalahkan kita, sekalipun itu Esa, dan Lia. Mereka hanya kumpulan orang bodoh." Ucap nya dengan nada mengejek.

Elsa masih diam, mendengarkan semua perkataan Dewa. "Aku hanya mau kamu jadi pacarku, Princess. Ini tidak akan sulit." Ujar Dewa sembari menggenggam erat kedua tangan Elsa, seakan meminta kepercayaan.

"Ini masih Dewa mu yang dulu. Dewa yang selalu ada untuk mu, Dewa yang selalu memberikan semua hal yang kau mau. Ini masih aku yang dulu." Ucap nya dengan penuh keyakinan.

Otak Elsa berputar. Yah, Dewa benar. Sosok di depannya ini masih Dewa yang dulu. Dewa yang selalu ada untuk nya bahkan untuk sesuatu hal yang konyol, dan remeh. Dia adalah orang yang mengurungnya dalam sangkar emas yang aman dan nyaman. Elsa tak perlu bebas, ia hanya perlu menurut pada Dewa, dan dia akan bahagia.

Ya, seharusnya dari dulu ia menerima Dewa. Sebelum hati nya terbagi dua. Seharusnya dari dulu ia tidak perlu dekat dengan Esa, tidak perlu memandang Esa sebagai sosok yang 'wah', tidak perlu terlalu dekat sampai sekarang. Seharusnya kini ia sudah bahagia dengan Dewa.

Dewa sudah melakukan segala hal untuk nya. Otak nya terus berputar, ia merasa sangat amat bersalah. Siapa dirinya sehingga bisa membuat Dewa menunggu begitu lama? Seharusnya ia memang selalu memandang Esa sebagai sosok menyebalkan dan tidak jelas.

Dewa menaruh tangan Elsa di dadanya, "Semua ku lakukan untuk kita, Princess."

Ya, kini waktu yang tepat untuk Elsa menerima Dewa. Tanpa dilihat siapapun seperti di mall, tanpa buket cokelat dan cincin, tanpa kehadiran Natalia, dan Esa yang hanya akan membuat nya semakin ragu. Ya...

Elsa mengangguk mengiyakan, ia sudah cukup lelah berlari dari Dewa. Lelaki di depan nya ini benar, kemanapun dan seberapa jauh pun dirinya berlari pasti Dewa sanggup mengejar nya. Dewa adalah sosok lelaki yang di idamkan semua wanita, sedikit bicara, banyak pembuktian nya.

Dewa yang melihat Elsa mengangguk kemudian memeluk nya erat. Ya, kini Elsa Safira Malik sudah menjadi milik nya. Entah itu sebagai pengganti cinta pertama nya atau bukan, Dewa tidak mau ambil pusing. Ia hanya mau gadis ini untuk diri nya seorang.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang