Part 71 - Memperebutkan Sang Putri

5 6 0
                                    

Beberapa bulan kemudian

"Saaaa!!!" Teriakan keras memasuki indra pendengaran Elsa yang seketika membuat nya menoleh. Melihat Natalia yang tergesa-gesa menyusul nya.

"Aduh cape banget gua." Keluh nya sesampai nya ia disamping sahabat nya. Elsa tersenyum geli melihat kelakuan Natalia yang masih sama seperti 3 tahun lalu. Selalu saja telat disaat-saat genting seperti ini. Bayangkan saja sekarang adalah hari pertama mereka ujian Nasional. Dan Natalia dengan mudah nya telat, bahkan di saat anak-anak lain mempersiapkan diri sejak jauh hari.

Elsa menggelengkan kepala nya, "Lagian kebiasaan banget sih. Udah tau sekarang UN masih aja di anggap enteng." Ceramahan nya melalang buana.

"Udah cukup. Mending kita buru-buru ke ruang ujian." Tukas nya cepat sembari merangkul Elsa—menarik nya untuk bergegas ke ruang ujian mereka.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Masih terbayang di ingatannya bagaimana dulu saat diri nya pertama tiba di depan gerbang, memasuki kelas pertama nya, mencoba bersosialisasi dengan teman-teman, memulai pelajaran pertama nya, dan masih banyak hal lain. Elsa memandang ruangan di depan nya dengan dada yang berdegup cepat—menggebu-gebu entah karena terlalu bersemangat atau karena gugup yang berlebihan. Ini hari pertama nya ujian Nasional. Hari dimana pertaruhan 3 tahun belajar juga sekolah nya di tentukan oleh beberapa pertanyaan.

Tangan nya mengepal kuat di samping badan. Elsa menghela napas pelan berusaha agar bisa bersikap lebih rileks. Hingga sentuhan di bahu menyadarkan dirinya. "Ayo masuk, Moo." Ajak Esa dengan senyum hangat nya.

Ah...ya Elsa hampir lupa jika ia satu ruangan dengan Esa. Ia menatap mata yang berbinar itu lekat, seakan berbicara jika semua nya pasti baik-baik saja. "Ayo masuk ngapain bengong." Ajak Esa sekali lagi sembari menarik tangan Elsa untuk masuk.

"Jangan lupa baca doa ya. Minta bantuan sama Tuhan biar di mudahkan." Ujar Esa untuk yang terakhir kali nya sebab mereka terpisah karena harus duduk di depan monitor masing-masing.

Elsa duduk tegang di depan monitor nya dengan gelisah, bahkan telapak kaki juga tangan nya berkeringat dingin. Ayolah diri nya tidak boleh nervous secara berlebihan, agar bisa tetap fokus. Ia memejamkan mata nya sebentar, tapi suara berisik yang menggema membuat nya terusik. Elsa mengangkat kepala nya, memandang Septihan yang naik ke atas kursi lalu memulai pidato penyemangat nya.

"AYO TEMAN-TEMAN! KITA HARUS SEMANGAT! GAK BOLEH LOYO! GAK BOLEH STRESS! GAK BOLEH LEMAS! JANGAN LUPA BERDOA AGAR DIBERIKAN HIDAYAH OLEH TUHAN! DAN INGAT LAH PESAN SATU INI WAHAI ANAK MUDA, LUPAKAN SEJENAK CINTA MU UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH CERAH! TERIMA KASIH! SAYA SEPTIHAN ALTERIO SINGGIH PAMIT UNDUR DIRI!"

Tepuk tangan meriah dari kawan-kawan yang lain menambah euphoria penyemangat. Elsa sangat berterima kasih karena sudah dipertemukan dengan teman-teman sekelas nya yang cukup langka, dan unik. Diri nya jadi teringat segala perjuangan nya ketika belajar. Sibuk les sana-sini bersama Esa, atau bahkan sendirian. Esa terkadang tidak les entah karena apa, diri nya tidak pernah memberitahu Elsa. Natalia yang tadi nya bersikap bodoamat pada UN malah mengambil les privat, seperti nya Natalia memang berniat masuk ke jurusan seni. Septihan pun sama seperti nya ia akan mengambil hal-hal semacam Hubungan Internasional atau mentok-mentok komunikasi. Diri nya memang pandai sekali berbicara juga berdebat.

Tapi hanya Elsa yang tidak tau akan melanjutkan kemana. Berbagai pilihan sudah di tawarkan Daddy, dan Mommy nya, tapi Elsa belum memutuskan. Ia belum merasakan gairah untuk kembali belajar. Biarkan waktu saja yang menentukan. Diri nya hanya perlu fokus pada ujian yang berada tepat di depan mata nya.

🐋🐋🐋

"Dia mau ketemu abis UN selesai. Di tempat Natalia kerja waktu itu." Bisik Septihan pelan tepat setelah mereka selesai ujian Nasional. Hari ini adalah hari terakhir—hari ke empat.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang