Part 32 - Ragu

24 11 2
                                    

Suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar bergema di koridor rumah sakit. Suasana koridor malam ini sudah sepi, terlihat dari hanya ada beberapa saja orang yang berlalu-lalang termasuk dirinya. Setelah tahu kamar dimana Dewa dirawat, Elsa langsung berlari kesana.

Tangis nya masih berderai, suara isakannya sekuat mungkin ia tahan. Hati nya sesak. Pernah kah kamu bayangkan orang yang sangat menyayangi dan mencintai mu terbaring lemah dirumah sakit.

Elsa hanya butuh Dewa nya kembali

Setelah sampai di depan pintu kamar Dewa, Elsa segera menghapus air mata nya, menghela napas dalam. Lalu perlahan membuka pintu itu, terlihat Dewa tengah berbaring. Terlihat lemah, seakan-akan nyawanya tidak ada disana. Hanya tersisa raga tanpa jiwa.

Elsa berjalan mendekat—perlahan mencoba mendekati tubuh kaku itu. Ia menutup mulut nya agar isakannya tak keluar. Sekarang ia tepat berada disamping Dewa nya. Dengan tangan gemetar, ia berusaha menyentuh tangan yang terbaring lemah itu—menggegamnya erat—sangat erat. Elsa tak ingin Tuhan mengambil Dewa nya sekarang.

Ia duduk di kursi samping ranjang, sambil menundukkan kepalanya. Menangis sendirian disana, lalu memukul mukul dada nya yang sesak.

"Dewa bangun ya..."

"Elsa gak mau sendirian..."

"Dewa kan kuat..."

"Hiks...hiks...hiks...."

"Dewa ayo bangun..."

"Dewa...hiks...harus...hiks...bangun ya."

"Dewa jangan pergi ya..."

"Nanti siapa yang jemput Elsa, hm..."

"Nanti siapa yang traktir Elsa, hiks..."

"Nanti siapa yang jagain Elsa..."

Elsa sudah tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menggenggam erat tangan yang terasa dingin itu, lalu membelai wajah tampan Dewa. Elsa menggigit bibir bawah nya, agar tangisannya tertahan.

Lalu Elsa mendengar derap langkah kaki yang cepat menuju kemari, pintu terbuka kencang. Elsa menoleh—melihat siapa yang datang.

Dua orang itu segera memeluk Dewa erat, lalu ditahan oleh dokter dan beberapa perawat. Mereka terlihat menangis hebat, sama seperti dirinya.

"Tante..." Ucap Elsa pelan

"Elsa....sini nak." Ujar orang itu lalu memeluk Elsa erat. Elsa membalas pelukan itu tak kalah erat.

Mama Dewa masih terisak dibahu nya, dan Elsa terus berusaha menenangkan dengan mengusap pelan punggung wanita itu, "Tante tenang ya, nanti kalau Dewa dengar bisa marah."

"Iya iya Tante gak mau bikin Dewa marah."

"Sh...sh...sh... Udah ya Tante." Ucap Elsa. Sesaat kemudian pelukannya terlepas. Mama Dewa melihat nanar anak kesayangannya, lalu mengalihkan pandangannya pada Elsa, "Kamu kesini sama siapa?" Tanya nya.

"Sendiri Tante."

"Udah malam loh ini, kamu sudah bilang sama orang tua kamu?"

Elsa tertegun seketika, ia teringat jika hanya memberitahu Daddy dan Mommy Nya kalau ia bermain bersama Natalia—ah iya Natalia, entah bagaimana keadaan sahabat nya sekarang. Ia ingin segera keluar dari sini untuk menghubungi Natalia.

"Udah kok Tante." Ucap nya sambil meremas kedua tangan nya yang bertautan.

"Bagus deh kalau begitu."

"Elsa keluar dulu sebentar ya."

"Balik lagi sini ya!"

"Iya Tante."

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang