Part 78 - Baru Di Mulai

3 5 0
                                    

"Minum selagi hangat, Moo." Kata Esa sekali lagi membuat Elsa yang duduk di sebelah nya menoleh tapi dengan cepat berpaling lagi lebih memerhatikan langit gelap yang dipenuhi bintang.

Hening sejenak, sebelum Elsa berkata, "Cokelat panas mulu bosen."

Esa hanya diam tidak menanggapi, pandangan nya tidak beralih dari wajah cantik yang tengah menengadah menatap langit. Mata nya berbinar senang, hidung mancung, pipi putih yang kadang memerah malu itu membuat Esa kadang gemas sendiri. Namun tiba-tiba Elsa menoleh cepat ke arah nya dengan pandangan mata bulat penuh rasa penasaran.

"Kenapa?"

"Aku masih bingung mau kuliah dimana." Jawab Elsa lemas.

Esa menggeleng pelan, "Kamu kan pinter masa gak tau mau kuliah kemana."

"Memang orang pintar gak boleh ngerasa kebingungan juga. Aku juga manusia biasa, Sa..." Rengek nya membuat sang lawan bicara terkekeh pelan.

"Kamu kan udah daftar SNMPTN, buat apa bingung ish."

Elsa merenggut sebal menatap wajah Esa yang tidak mengerti maksud dari semua perkataan nya. Ia mendekat—mengambil duduk tepat di samping Esa sampai bahu mereka hanya berjarak kurang dari satu jengkal.

"Aku tuh kehilangan semangat belajar, Saaaaa.... Gak ada lagi perasaan menggebu-gebu ingin nilai besar, ingin ngalahin kamu, ingin tidak remedial, ingin jadi ranking pertama. Rasa nya hambar, datar aja gitu," Kata Elsa dengan serius.

"Maka nya aku sempat kepikiran untuk Gapyear." Akhirnya Elsa menyuarakan hal yang selama ini mengganggu pikiran nya. Rasa malas, hambar, dan datar ini harus nya ia hilangkan, tapi entah kenapa begitu sulit. Elsa tidak bisa, mungkin diri nya lelah dengan segala tetek bengek pembelajaran.

Esa mengerutkan kening nya bingung sekaligus was-was, memikirkan Elsa yang berniat gapyear membuat nya sedikit khawatir. "Kenapa bisa sampai mikir gitu hmm?" Tanya nya pelan.

Diam beberapa saat, hingga Elsa mengambil cokelat panas nya meniup nya sedikit kemudian mulai meminum nya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Esa, "Gak ada semangat, gak ada gairah, gak ada lagi hal yang ingin aku mau di dunia ini. Semua nya udah cukup,"

"Aku takut kuliah ku malah gak bener Sa." Ucap Elsa terakhir kali nya.

"Gak ada gairah bukan berarti berhenti, Moo. Kali aja dengan kamu kuliah nanti semangat itu muncul lagi. Aku tau sekarang kamu kayak nya lagi ada di zona nyaman. Gapapa sih gak salah, tapi jangan terlalu lama disana ya.." Tangan Esa terulur menyentuh rambut indah Elsa—mengacak nya pelan seakan gemas sendiri. Al hasil pipi Elsa bersemu merah tanpa bisa ia kendalikan.

Sial

Hanya seperti ini saja iman nya sudah goyah

Mungkin tingkat kebaperan nya yang harus ia tingkat kan lagi

"Ish...rambut aku acak-acakan Sa..." Kesal nya sembari menurunkan tangan Elsa dari rambut nya. Tapi bukan nya menjauh, Esa malah menggenggam tangan nya erat—kelewat erat.Tangan mereka kini saling menggenggam satu sama lain, Esa bahkan sudah mulai mengelus nya lembut.

Sial

Elsa rasa pasti pipi nya akan semerah kepiting rebus

Iman nya bukan lagi goyah, tapi sudah oleng

Esa menatap lekat kedua mata milik nya, menyelam begitu dalam seakan mencari sesuatu. "Jangan gampang nyerah. Hidup ini bukan untuk di menangkan, tapi untuk di perjuangkan. Kita hidup ya memang harus berusaha semampu kita Moo, kita harus lebih banyak berdoa dan bersyukur pada Tuhan. Mungkin salah satu cara bersyukur ya dengan memanfaatkan peluang yang ada. Kamu tuh pintar, gak kekurangan suatu apapun untuk melanjutkan pendidikan, secara gak sadar kamu ternyata punya privilage Moo...Ayo gunain itu sebelum terlambat nanti."

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang