Part 70 - Nasib Malang Septihan

2 7 0
                                    

Hari sudah mulai petang saat bel pulang berbunyi membuat semua siswa dengan riang gembira berjalan keluar kelas. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Septihan hari ini. Diri nya sejak tadi berpura-pura sibuk memasukkan semua buku ke dalam tas nya hanya untuk mengulur waktu. Menetralkan degup jantung nya yang berdetak begitu cepat, juga tangan nya yang berkeringat dingin, bahkan kaki nya sudah bergerak gugup.

Ah...sial

Padahal ia hanya akan pergi menonton bioskop dengan Natalia. Tapi mengapa rasa nya seperti akan disunat untuk kedua kali nya.

Septihan mencuri-curi pandang pada gadis itu. Ia terlihat asyik mengobrol dengan Elsa yang sedang terburu-buru. Septihan tidak berani mendekat, karena masih ada Elsa disana. Jadi ia lebih memilih diam—menonton perdebatan singkat itu, hingga Elsa akhirnya keluar kelas sambil berlari meninggalkan Natalia, dan Septihan di dalam kelas.

Septihan dengan segera menghampiri Natalia yang tengah membereskan buku-buku nya. "Ayo kita berangkat." Ujar nya sembari membantu Natalia memasukkan buku-buku, lalu merebut tas punggung nya—menggendong nya di depan tubuh nya.

"Ishhh...aneh lu mulai kumat lagi. Berangkat kemana sih?" Tanya Natalia dengan nada frustasi sambil berusaha merebut tas nya kembali. Tapi Septihan malah berlari keluar kelas, meninggalkan nya. Jadi mau tak mau Natalia harus mengejar musuh nya itu.

"Kita mau ke bioskop. Elu lupa, hah?" Teriakan Septihan di koridor membuat mereka jadi pusat perhatian.

Sial...

Natalia tak pernah suka di perhatikan oleh orang lain. "Kapan elu bilang?"

"Semalem. Di telpon."

Perkataan Septihan membuat langkah nya terhenti. Otak nya berputar—mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah dikatakan Septihan semalam, kecuali tentang sikap adik Septihan yang semakin menggemaskan. Tapi tak ada. Natalia tidak mengingat apapun. Bahkan seperti nya Septihan sedang mengerjai nya untuk kesekian kali.

"Gak ada tuh. Yang gua inget cuman cerita elu tentang my honey buddy sweetie Sena."

"Ya Allah, astagfirullah. Jangan bilang kalau elu ketiduran lagi? Hah!? Gua gak abis pikir ada ya orang yang di telpon tapi malah tidur." Balas Septihan kesal. Pasal nya sebelum mengucapkan ajakan menjijikkan itu, ia sudah mengumpulkan keberanian dari beberapa jam sebelum nya. Tapi Natalia malah—arghh...lupakan saja.

Septihan langsung berjalan kembali menarik tangan Natalia agar berjalan bersisian dengan nya. "Yaudah ayo berangkat aja. Gua udah pesen tiket nya, nanti rugi yang ada."

"Tapi elu harus minta maaf dulu sama Elsa." Ujar Natalia.

Langkah mereka terhenti, karena Septihan yang memandang nya dengan mata melebar sempurna, "Minta maaf buat apa!?" Tanya nya dengan nada kesal luar biasa.

"Elu udah bikin dia kesel karena di tuduh mau poop. Dia malu Sep. Jadi elu harus minta maaf sama dia." Ujar Natalia lagi dengan nada menantang yang kentara.

Septihan mengacak rambut nya asal, "Jadi gua harus minta maaf sama Mak lampir dulu kalau mau nonton sama elu?"

"Exactly!" Jawab Natalia semangat.

Tidak ada cara lain selain menurut pada gadis imut di depan nya ini. Jadi dengan segera Septihan berlari menuju parkiran, meninggalkan Natalia di belakang nya yang hanya berjalan santai. Ini tentang harga diri nya yang sudah jatuh ke dasar jurang, jadi untuk apa Septihan mempertahankan nya.

Terlihat di sana Elsa yang tengah menaiki motor Esa sedikit kesusahan. Membuat Septihan mendekat, mengulurkan tangan nya untuk membantu Elsa naik. "Gua minta maaf." Ucap nya tanpa basa-basi.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang