Part 66 - Berkat Gadis Misterius

11 9 0
                                    


"Untuk apa mempertahankan, yang sekuat tenaga minta di lepaskan."

🐋🐋🐋

"GUA MAU KETEMU ELSA BANGSAT!!!" Ucap lelaki tampan yang sedang mengamuk di ruangan nya. Semua orang hanya berani melihat dari jauh, berbanding terbalik dengan seorang wanita tangguh yang berdiri di hadapan lelaki itu.

Ruangan ini sudah hancur berantakan. Televisi berlayar besar pun tak luput dari keganasan, juga meja dan sofa yang sudah hancur. Pecahan kaca berada di mana-mana. Aura mencekam sangat syarat di ruangan ini.

Gadis itu mendekat perlahan berusaha menenangkan, "Kamu harus sembuh dulu." Saran nya dengan suara lembut.

Dewa menatap nyalang perempuan di depan nya. Gadis itu selalu saja menghalangi nya untuk berbuat kejahatan yang lain. Ini dunia gelap, tak ada satu pun manusia yang masuk ke dunia ini tanpa luput dari dosa. Tangan nya mengepal ke lewat erat, juga rahang nya yang mengeras. Gigi nya bergemeletuk menandakan betapa marah nya dia.

"GUA MAU KETEMU ELSA!" Teriak nya lagi di sertai amarah yang makin menjadi-jadi sambil mengambil sebuah pisau yang tergeletak di bawah.

Alih-alih menjauh, gadis itu masih tetap bertahan di tempat nya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Elu harus sembuh dulu. Pasti Elsa bakal nanya yang macem-macem kalau tau kondisi elu sekarang." Ucap nya sambil menahan ringisan.

Kondisi Dewa memang tidak bisa di bilang baik. Setelah pengobatan nya kemarin di rumah sakit, Dewa tidak diperbolehkan sekolah oleh dokter. Ia harus istirahat total. Tapi bos geng itu dengan keras kepala nya malah memarahi semua orang, juga menghancurkan ruangan pribadi nya.

"Elu bakal jadi pusat perhatian kalau pergi dalam keadaan seperti ini." Ucap gadis itu sekali lagi.

Dewa semakin erat menggenggam pisau di lengan kanan nya. Memandang satu persatu anak buah nya yang malah menurut pada gadis kecil di depan nya, "ELU KIRA ELU SIAPA, HAH!? DI SINI GUA YANG BERKUASA! ELU CUMAN ANAK BUANGAN, RA!" Teriak nya lagi.

Ucapan nya berhasil menohok jantung gadis di depan nya. Gadis itu langsung terdiam, wajah nya seketika berubah datar, juga mata nya yang menggelap. "PERGI SANA TEMUI ELSA MU ITU! PERGI SAJA!" Balas nya dengan penuh emosi. Tangan nya juga mengepal erat, memukul-mukul dada nya yang sesak. Mata nya berkilau karena air mata, "Pergi saja. Gua gak peduli lagi." Sambung nya kemudian berlari meninggalkan ruangan.

Dewa menarik rambut nya kasar, merasa frustasi dengan semua hal yang terjadi belakangan ini. Terduduk di lantai dengan keadaan tubuh yang lemas. Pisau pun sudah tergeletak di samping tubuh nya. Ia melirik tajam anak buah nya yang masih berada di sekitar nya. Memandang juga mengawasi takut-takut kejadian tadi terulang lagi.

Ia tertawa pelan, "Keluar sekarang!" Titah nya dengan nada pelan namun tajam. Tapi semua orang bergeming, tak ada yang bergerak sedikitpun. Hingga suara teriakan Dewa terdengar membuat semua nya berlari terbirit-birit. "KELUAR SEKARANG!"

Malam yang sunyi menemani kesendirian Dewa. Ruangan ini temaram karena lampu-lampu nya sudah pecah. Dewa menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Begitu berulang kali hingga detak jantung nya berdebar normal.

Ingatan nya kembali pada perkataan tajam nya pada gadis itu. Dewa memijat kening nya yang pusing. Ia tak pernah merasa se-frustasi ini karena perdebatan nya dengan orang lain. Tapi gadis itu berbeda. Ia ada saat Dewa butuh seseorang. Gadis itu selalu ada. Hanya dia yang menganggap Dewa sebagai manusia normal.

Dewa mendongakkan kepala, memandang samsak milik nya yang sering dipakai latihan oleh gadis itu. Tidak seperti barang-barang lain yang sudah hancur, samsak itu bahkan tak tersentuh. Ia kemudian berdiri—berjalan menghampiri samsak kemudian menyentuh nya.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang