Part 16 - Septihan

27 16 3
                                    

Setelah perdebatan nya di lerai oleh Esa. Elsa dan Septihan langsung terdiam, tapi mata mereka masih menyiratkan kilau permusuhan yang kentara. Mungkin akan ada kilat atau petir yang bersitubruk.

"Sep, tadi materi yang diajarin sama Bu Malla apa aja?" Tanya Esa sambil terus mengerjakan soal. Ia terlihat begitu serius.

"Tadi Bu Malla ngejelasin tentang statistika. Gua masih belum paham. Kan guru gua tuh elu Sa." Jawab Septihan sambil memperhatikan jawaban Esa.

Elsa hanya diam. Ia merasa canggung. Ia merasa bingung antara ingin pulang atau tetap disini. Entah apa yang menahan nya, tapi Elsa tak ingin pulang.

"Gampang dong kalau statistika." Seru Elsa.

"Ya menurut elu sama Esa gampang banget Sa. Candy from a baby!" Ucap Septihan kesal. Ia tahu otak nya memang tak selancar mereka.

"Elu juga kalau rajin belajar pasti bisa Sep. Gua pasti bantu." Ujar Esa menyemangati sahabat nya. Ia tak ingin membuat sahabat nya merasa insecure, dan merasa kalau Esa bukan teman yang berguna.

"Hahahaha, pasti elu iri kan sama gua Sa. Jadi temen tuh kaya Esa. Menyemangati saat jatuh, membantu untuk naik, menopang agar tak jatuh lagi." Ucap Septihan sombong. Akhirnya ia bisa bertingkah sombong kepada Elsa.

"Terserah elu aja dah. Sa udah beres belum? Kita pulang yuk." Elsa tanpa sadar berucap. Ia langsung merutuki diri nya bodoh.

"Anjir, malu banget gua. Apalagi ada si Septihan sialan. Makin-makin deh dia ngeledek gua. Mana ada sejarah nya cewek yang ngajak cowok pulang bareng. Elsa yang pintar." Elsa langsung diam duduk di tempat nya.

"Wah wah wah. Seorang Elsa Safira Malik mengajak pulang bersama Esa Mahendra, pasti Dewa Capaldi akan kaget ditambah kebakaran jenggot." Septihan langsung tertawa terbahak-bahak.

🐋🐋🐋

Membuat mereka akhirnya diusir dari perpustakaan. Itu semua karena tawa Septihan yang menggelegar. Padahal tadi Septihan yang menyuruh Elsa untuk diam. Tapi lihat, sekarang mereka diusir karena Septihan Sialan.

Mereka terdiam di depan pintu perpustakaan. Masih terkejut dengan apa yang terjadi. Tadi mereka ditegur lalu di usir. Sungguh pengalaman yang Epic.

"Untung semua nya udah beres. Proposal udah dapet, Pr juga udah selesai. Alhamdulillah." Ucap Esa memecah keheningan sekaligus bersyukur. Mungkin ini teguran Tuhan agar mereka ingat pulang.

"Tapi tunggu, gua masih kaget kalau kita diusir gara-gara tawa gua. Emang suara tawa gua sekeras itu ya?" Tanya Septihan bingung. Ia kira tawa nya tak se-lebay itu.

"Elu kayaknya yang punya suara sebelas dua belas sama Natalia. Sumpah telinga gua pengang Sep." Ucap Elsa membalas ledekan Septihan tadi di perpus.

"Mana ada cerita nya gua mirip sama si witch. Tapi tadi elu beneran ngajak Esa pulang bareng, Sa? Kalau ketauan Dewa bisa bahaya." Ucap Septihan saat mereka bertiga berjalan keluar sekolah.

"Gua cuman ngajak bareng ke depan nya doang kok." Elsa beralasan, ia begitu malu. Akhirnya ia memutuskan menghubungi supir nya. Tapi belum ada balasan. Tak biasanya seperti ini.

"Halah, alasan aja lu. Apa mau pulang bareng gua naik KLX? Kan jarang-jarang the most handsome guy ngajak cewek pulang bareng." Goda Septihan, tapi ia serius ingin mengantarkan Elsa pulang. Ia tak tega melihat perempuan pulang sendirian apalagi teman sekelasnya.

"Gak tau nih Sep. Gua dari tadi udah ngehubungin supir tapi belum di bales. Tapi tawaran elu beneran kan? Bukan cuman janji manis doang?" Ujar Elsa. Ia sedikit putus asa, karena sang supir tak kunjung membalas chat dan telpon nya.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang