Part 6 - Suara Adzan Esa

35 16 2
                                    

Sesaat setelah jam pelajaran Pak Budi selesai, Esa terburu-buru ke masjid sekolah, karena sebentar lagi memasuki waktu Dzuhur. Dengan Septihan di sisi nya, Esa berlari sambil meminta maaf kepada orang-orang yang tidak sengaja ia senggol.

"Ayo Sa, cepetan nanti di marahin." Ucap Septihan ngos-ngosan.

"Iya Sep, gua udah lari ini."

"Lagian kenapa pake lupa segala sih kalau elu yang sekarang kebagian adzan!?" kesal Septihan kepada Esa. Karena tidak biasanya Esa sampai melupakan tugas yang diberikan oleh guru, atau pembina rohis sekolah.

"Iya maaf deh."

"Iya gua terima, karena gua temen yang baik."

Akhirnya mereka sampai di masjid, Esa melihat jam sudah menunjukkan waktu Dzuhur. Lalu ia pun bersiap untuk mengumandangkan adzan.

Suara adzan berkumandang di seluruh penjuru sekolah, suara yang amat indah, merdu, dan menenangkan. Membuat siapapun yang hendak melanjutkan aktivitas nya terhenti sejenak untuk mendengar, dan menjawab seruan adzan.

🐋🐋🐋

Sementara itu, Elsa dan Natalia masih berada dikantin. Elsa mengantar Natalia untuk membeli camilan kesukaannya.

"Haii ateu, Nata mau beli es sama makaroni pedas nya dong." Ucap Natalia kepada ibu kantin. Memang sudah menjadi kebiasaan murid disekolah ini memanggil ibu kantin dengan sebutan ateu.

"Halo Neng Nata, tunggu bentar ya cantik, ateu siapin dulu."

"Oke ateu."

"Nath, ayo buruan! Udah adzan tuh nanti telat sholat berjamaah nya." Seru Elsa sambil menenteng mukena nya.

"Bentar Elsa sayang. Kan sholat munfarid masih bisa."

"Tapikan, pahala nya itu loh Nata. Rugi nanti kita. Sholat munfarid kan cuman ke hitung satu."

"Iya, sebentar tinggal nunggu ateu doang nih."

Elsa dengan kesal menunggu Natalia. Ia diam sejenak sambil mendengarkan suara adzan, dan menjawab seruannya. Suara yang terdengar sangat amat indah, tidak terburu-buru, dan sangat menghayati lafal adzan.

"Sa, kok suara nya kayak Esa ya?" Tanya Natalia yang sudah mendapatkan cemilannya.

"Iya kayak suara Esa." Jawab Elsa sambil menarik Natalia untuk keluar kantin, dan bergegas ke masjid sekolah.

"Anjir, calon suami idaman itu. Pasti yang jadi istrinya bakal bahagia dunia akhirat deh." Seru Natalia dengan senyum manis, dan mata yang berbinar-binar.

"Ayo deh Nath cepetan!" Titah Elsa.

Saat mereka sampai didepan masjid, mereka langsung bergegas untuk berwudhu agar tidak ketinggalan sholat berjamaah.

Masjid terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama untuk laki-laki, dan lantai kedua untuk perempuan. Tempat WC, dan wudhu nya pun terpisah.

Tapi ada lubang persegi diatas yang dibatasi oleh pagar besi agar jama'ah perempuan bisa melihat jama'ah laki-laki. Hanya untuk memastikan bahwa sholat sudah dimulai atau belum.

Elsa pun melihat kebawah, dan tak sengaja melihat Esa, yang berdiri di shaf pertama bersama guru-guru dan siswa yang lain. Sedangkan yang menjadi imam hari ini adalah guru agama mereka, Ustadz Nash.

Elsa segera bersiap-siap untuk sholat bersama Natalia disampingnya, dan dengan guru serta siswi yang lain.

🐋🐋🐋

Setelah selesai adzan, Esa bergegas untuk sholat Sunnah terlebih dahulu. Lalu setelah itu sholat Dzuhur berjamaah.

"Untung elu gak telat Sa. Kalau telat bisa bahaya."

"Iya, Alhamdulillah."

Jama'ah lelaki pun sedikit demi sedikit datang meramaikan masjid. Lalu Esa pun ber-Iqamah.

Sementara itu dilantai atas, Elsa tak berkedip memandang Esa. Elsa menatap kagum, sekaligus heran. Karena di zaman sekarang masih ada saja siswa yang menyegerakan sholat di bandingkan berkumpul dulu bersama teman-teman nya.

"Sa, udah dong ngeliatin nya. Nanti mata lu copot baru tahu rasa." Ucap Natalia sambil terkikik geli. Memang sangat menyenangkan bisa menggoda sahabat nya ini.

"Apaan sih ah. Ayo sholat Nath." Ujar Elsa dengan pipi bersemu merah, karena tertangkap basah oleh Natalia, dan Esa dibawah sana.

"Suara adzan nya kenapa bagus banget sih Sa." Puji Elsa dalam hati.


Big Hug

sahaa__

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang