Part 22 - Seperti Ini

24 11 2
                                    

Elsa bergegas pergi ke kelas, keadaan koridor sudah sepi. Bisa gawat jika ia telat masuk kelas. Ia berlari sambil mengingat jadwal pelajaran apa sekarang.

"Ah iya, sekarang jadwal Pak Budi. Bisa gawat nih. Pasti semua lagi pada bahas proposal." Batin Elsa berteriak.

Akhirnya dengan napas tersengal-sengal, ia sampai di depan pintu kelas yang sudah tertutup. Elsa menyiapkan mental terlebih dahulu, lalu mengetuk pintu.

"Assalamualaikum." Ucap nya.

Semua murid menatap heran ke pintu, sudah bisa ditebak kalau itu Elsa. Cuman ia yang saat ini belum masuk kelas.

"Pasti itu Elsa. Tunggu sebentar ya." Ucap Pak Budi, berjalan menghampiri pintu lalu membuka nya. Terlihat Elsa yang tadi nya menunduk langsung mendongakkan kepalanya.

"Maaf Pak, saya terlambat." Ucap nya sambil menatap Pak Budi dengan pandangan bersalah dan memohon.

"Iya tak apa. Ayo masuk, kamu sudah ketinggalan." Balas Pak Budi lalu kembali ke meja guru.

Elsa menghela napas lega, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Terlihat semua orang menatap nya heran. Begitu juga Natalia. Elsa buru-buru duduk dikursinya.

"Kok tumben elu telat, Sa? Abis ngapain dulu sama Dewa?" Tanya Natalia sinis tanpa melirik ke arah nya. Elsa sudah tahu jika Natalia marah pasti ia akan bersikap seperti ini. Untung teman nya itu selalu menunjukkan suasana hati nya. Kalau tidak Elsa harus belajar jadi cenayang dulu.

"Itu tadi pas mau ke kelas, Dewa di panggil sama teman nya-"

"Oh."

Natalia sungguh dalam mood yang tidak baik. Bahkan ia memotong ucapan Elsa. Lalu Elsa berkonsentrasi pada pelajaran terlebih dahulu.

"Bapak gak usah lebay." Celetuk Lia.

"Hey kamu anak baru berani sama Saya!" Ucap Pak Budi.

Melihat pertengkaran anak dan ayah di kelas memang seru. Lihat lah Lia sampai berdiri dari kursi nya.

"Bapak mau saya laporkan ke Ibu Negara?!"

"Stop, kamu selalu saja bawa Ibu Negara. Oke Bapak gak akan lebay mulai sekarang." Ucap Pak Budi mengalah. Semua siswa terkikik geli, mereka jadi tahu kalau Pak Budi merupakan tipe-tipe suami takut istri.

Septihan menatap kagum Lia, ia jadi punya sekutu untuk menjinakkan Pak Budi. Septihan tak mungkin memilih Esa untuk jadi sekutu nya. Esa terlalu alim, dan pendiam untuk ukuran anak SMA yang sering mengeluhkan tugas atau kelakuan sang guru.

"Karena sekarang ada 2 murid baru, berarti ada 2 kelompok yang anggota nya akan bertambah. Lia, kamu masuk kelompok Esa. Bella, kamu masuk kelompok Ihsan." Ujar Pak Budi sambil menunjuk Lia dan Bella bergantian.

"Lalu sekarang, Bapak ingin perwakilan anggota kelompok kalian untuk maju ke hadapan Bapak, menjelaskan konsep konsep proposal yang akan dibuat!"

Semua murid lalu berkumpul bersama kelompok nya masing-masing. Termasuk kelompok Esa. Semua terlihat serius.

"Ini udah gua buat konsep nya. Apa aja yang harus ada di proposal udah gua buat. Tinggal di ketik doang, terus print." Ucap Esa sambil memperlihatkan buku catatannya.

"Wah Bagus Sa!" Ucap Natalia kagum.

"Padahal gua yang punya ide, tapi Esa yang dipuji." Ucap Septihan mendesis sebal.

"Terus elu iri gitu!? Nanti kalau ruang game lu bagus, gua bakal puji kok. Tenang aja." Balas Natalia sambil menepuk pundak Septihan.

"Udah, kalian tuh ya gak jelas." Ucap Lia sebal, sekarang waktu nya kerja kelompok, bukan PDKT.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang