Part 45 - Pengkhianat

20 10 0
                                    

Elsa duduk termenung di bangku nya menyaksikan bagaimana Septihan datang dengan raut wajah panik, dan khawatir lalu membopong Natalia keluar, disertai teriakan panik dari yang lain.

Setelah suasana kembali kondusif, Sang guru kembali memulai pelajarannya. Semua siswa mendesah sebal, bukan kah sebagai rasa simpati harus nya sang guru keluar menjenguk Natalia dan mengakhiri pelajaran?

Tapi semua itu hanya angan, sang guru bertingkah seakan kejadian tadi hanya angin lalu saja, pelajaran pun kembali di mulai dan selesai tepat saat bel istirahat berbunyi.

Setelah bergelut dengan pikirannya Elsa memutuskan ingin menjenguk Natalia sendiri tanpa Lia, dan Bella. Ia khawatir sekaligus bingung. Khawatir saat melihat wajah pucat Natalia, dan bingung bagaimana bisa itu terjadi. Setau nya Natalia tidak pernah bermasalah dengan penyakit apapun, dan ini pertama kali nya Natalia pingsan di sekolah—selama hampir 3 tahun. Elsa keluar sambil berlari, sialnya jarak UKS dengan kelas nya cukup jauh. Ia terengah-engah dan tidak menghiraukan tatapan aneh dari yang lain. Tujuan utama nya hanya Natalia, sahabatnya.

Elsa beberapa kali berhenti karena napas nya yang tidak bisa diajak berkompromi, mungkin ini efek dari dirinya yang jarang berolahraga. Benak nya bertanya-tanya bagaimana bisa Septihan sekuat itu membopong Natalia ke UKS, sedangkan dirinya yang berlari seorang diri saja bisa kelelahan seperti ini.

Tapi tak ada waktu untuk beristirahat, ia sangat khawatir saat kembali mengingat muka Natalia yang pucat disertai pelukan tangannya yang erat di perut seakan kesakitan. Elsa dengan segera berlari kembali, dan sampai lah ia di depan pintu UKS.

UKS adalah ruangan yang bersih, jadi ia membungkuk untuk membuka sepatu dan menaruh nya di rak samping pintu. Ia menggeser pintu itu, lalu menulis buku absen yang ada di meja depan. Tapi penjaga UKS tidak terlihat di manapun, akhirnya ia berinisiatif untuk mencari Natalia sendiri. Setiap ranjang dibatasi dengan gorden di samping kiri, kanan dan juga depan untuk menjaga privasi. Jadi ia hanya perlu melihat gorden yang tertutup saja.

Elsa celingak-celinguk mencari Natalia, ada beberapa gorden yang tertutup disertai dengan bayangan seseorang yang sedang tertidur atau mungkin pingsan, Elsa tidak tau. Ia sangat gugup sekarang—takut dirinya salah membuka gorden yang berisi orang lain.

Tapi ada satu ranjang dengan bayangan seorang perempuan sedang duduk di pinggir ranjang, tepat di depannya ada seorang laki-laki yang berdiri menjulang tinggi. Ia bisa membedakan nya karena panjang rambut mereka. Sang perempuan terlihat memeluk perut nya dengan sebelah tangannya, sedangkan sang lelaki hanya diam di tempat nya.

Ah...pasti itu Natalia, dan Septihan. Elsa dengan segera membuka gorden itu, "Nata—" Sapaannya terpotong saat kejadian tak senonoh terlihat oleh matanya.

Disana, tepat sekali saat Elsa membuka gorden Natalia terlihat menarik pinggang lelaki di depannya dan langsung mencium bibirnya. Natalia menutup matanya, tapi lelaki itu terlihat terkejut lalu kemudian melepaskan dengan kasar ciuman dan pegangan Natalia pada dirinya.

Seketika keadaan menjadi canggung dan mencekam secara bersamaan, Elsa terlalu terkejut. Dada nya berdegup cepat, air mata sudah jatuh di pipinya, ia menangis tanpa isakan. Sangat sakit rasanya.

Elsa menutup mulutnya, berusaha agar tidak terisak. Rasanya sangat sakit, ia tidak percaya. Akhirnya ia mendekati mereka perlahan-lahan. Melihat kedua orang itu secara bergantian dan berdoa agar ini merupakan halusinasi nya. Elsa mengerjap kan mata nya berkali-kali, tapi ini nyata, kedua orang ini benar dan bukan hanya sekedar halusinasinya.

Elsa berjalan mendekat pada Natalia, "Nath...hiks...hiks...k-kok elu ja-hat sama gu-a?" Tanya nya sambil mengguncang bahu Natalia. Persetan dengan perut Natalia yang sedang sakit, hati nya juga perlu di obati sekarang.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang