Part 12 - Sosok Lain Esa

26 15 3
                                    

Akhirnya setelah menunggu cukup lama, seluruh siswa yang terlambat dipersilahkan masuk dan harus mencantumkan nama serta kelas mereka di daftar absen siswa terlambat.

Esa, dan Elsa berjalan berdampingan menuju kelas mereka. Suasana hening, koridor pun sepi. Baik Esa maupun Elsa tak ada yang ingin memulai percakapan mereka.

Akhirnya mereka sampai di depan pintu kelas, dan berdebat siapa yang masuk duluan. Hari ini jam pelajaran pertama adalah Matematika.

"Moo, kamu duluan yang masuk sana. Kan kamu murid kesayangan Bu Malla." Titah Esa kepada Elsa.

"Enak aja. Bu Malla tuh lebih sayang ke kamu. Kan kamu pinter, tiap disuruh maju pasti tahu jawabannya. Jadi mungkin Bu Malla bisa berbaik hati sama kamu Sa." Balas Elsa sengit

"Tapikan yang selalu dititipin tugas tiap Ibu gak ada, kan kamu Moo." Ujar Esa.

"Tapikan yang selalu diminta bantuan buat ngoreksi, kan kamu Sa." Ucap Elsa.

"Tapikan-" Ucapan Esa terpotong, karena pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Tubuh mereka langsung menegang, dan pandangan mata terkejut.

"Oh, jadi kalian yang ribut sedari tadi. Tahu gak kalian tuh mengganggu saya ketika berbicara. Sudah datang terlambat, ditambah berisik. Kalian berdua tidak usah masuk kelas saya hari ini." Ucap Bu Malla sambil marah-marah, dan menunjuk Esa serta Elsa bergantian.

"Maaf Bu. Maaf karena keterlambatan kami, dan-" Ucapan Elsa terpotong oleh Esa, "Maaf karena kegaduhan yang membuat Ibu merasa terganggu."

"Baik, Ibu maafkan." Ucap Bu Malla sambil menghela napas. Ucapannya tersebut membuat Esa, dan Elsa bernapas lega.

"Tapi, coba saja tadi kalian langsung masuk tanpa membuat keributan pasti saya beri toleransi. Tapi karena kalian berhasil membuat saya marah-marah di pagi hari yang cerah ini, kalian tidak boleh masuk kelas." Ucap Bu Malla final.

"Tapi Bu-" Ucap Esa, dan Elsa bersamaan tapi terhenti, karena Bu Malla menaruh telunjuk nya didepan bibir memberi isyarat untuk diam. Lalu mengibaskan tangannya menyuruh pergi. Setelah itu pintu pun ditutup kasar.

🐋🐋🐋

Huft..

Helaan napas Esa, dan Elsa terdengar. Karena sudah lelah, dan tak bisa membantah perkataan guru mereka.

"Sa, abis ini kamu mau kemana?" Tanya Elsa, karena melihat Esa yang sudah berjalan menjauhi nya.

"Mau keruang musik, Moo. Kamu mau ikut?" Tawaran Esa terdengar menggiurkan ditelinga Elsa.

"Ikut dong. Tapi ke kantin dulu ya beli makan." Ucap Elsa sambil menyusul Esa.

"Ayo. Aku juga belum sarapan nih, Moo."

Mereka berjalan bersisian ke kantin. Kantin cukup sepi, hanya terdapat beberapa siswa yang mungkin tadi terlambat, dan tidak dibolehkan masuk. Setelah mereka membeli makanan, mereka bergegas pergi keruang musik.

"Kenapa ke ruang musik Sa?" Tanya Elsa terheran-heran, karena tak menyangka bahwa Esa akan keruang musik bukan ke perpustakaan untuk belajar, "aku kira, orang aneh kaya kamu bakal milih perpustakaan buat belajar."

"Kan nanti ke perpus nya sehabis pulang sekolah. Kok kamu pikun sih Moo." Ucap Esa terkekeh pelan.

"Ihih nyebelin. Kenapa kamu milih ruang musik?" Tanya Elsa lagi dengan perasaan jengkel.

"Karena aku ada urusan. Aku mau ngulik lagu, sambil nyobain kunci gitarnya." Jawab Esa tanpa menoleh kearah Elsa.

Akhirnya mereka masuk ke ruang musik. Ruang musik ini sangat amat lengkap. Banyak sekali berbagai jenis alat musik, peredam suara, berbagai tipe dan ukuran sound, dan lengkap dengan panggung.

Esa menarik kursi, lalu meraih gitar dan menyetel kunci-kuncinya. Esa terlihat sangat serius dan mengabaikan sarapan nya.

"Emang kamu bisa main gitar, Sa?" Tanya Elsa yang duduk berhadapan dengan Esa. Elsa mengeluarkan makanan yang tadi ia beli, dan langsung memakannya lahap.

"Kamu liat aja sendiri, Moo." Ucap Esa lalu mulai memainkan gitar tersebut.

Lagu Heart Don't Break Round Here milik Ed-Sheeran terdengar sangat merdu. Esa memainkan gitar sambil bernyanyi. Tatapannya jatuh kepada ponsel yang menampilkan kunci gitarnya. Lalu bibir nya menyanyikan lirik nya, matanya terlihat terfokus pada gitar nya, dan tangan nya terlihat lincah.

Hal itu membuat Elsa seakan terhipnotis, ia melupakan makanan nya, dan merasa waktu seketika berhenti. Ia tak menyangka Esa bisa bermain musik. Baru kemarin ia bertengkar dengan Esa di kantin, memandang Esa sebagai sosok aneh, dan pengganggu. Tapi sekarang ada sosok Esa lain didepannya.

Sulit Dipercaya

Esa telah selesai memainkan gitarnya. Dan Elsa bertepuk tangan meriah layaknya penonton yang menyaksikan konser besar.

"Bagus banget." Puji Elsa sambil tersenyum, dan segera melanjutkan makan nya yang tertunda.

"Makasih. Itu emang lagu lama, tapi aku baru denger kemarin-kemarin jadi kepikiran terus. Akhirnya aku bisa nyoba juga itu lagu disini." Jawab Esa sambil menaruh kembali gitarnya, dan mengambil makanan lalu sarapan.

Mereka sarapan bersama dalam hening. Sibuk dengan kegiatan, dan pikiran masing-masing.

Big Hug

sahaa__





KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang