Part 80-Trust

8 1 0
                                    

Malam semakin larut tapi Elsa masih saja belum di temukan. Sambil menghela napas berat, Esa bergegas kembali ke motor nya setelah beberapa kali turun untuk menyusuri tempat, dan bangunan di sekitar perkebunan. Jaket kulit masih setia menemani nya, juga getaran di handphone yang sedari tadi menganggu nya.

NATALIA

Wanita itu tidak pernah berhenti menelpon nya, bahkan semenjak ia keluar dari rumah Omma. Esa memandang sekali lagi padang rumput yang luas juga temaram hanya di sinari oleh lampu lampu jalan berwarna kekuningan.

Udara malam semakin menusuk, tapi Esa acuh. Fokus nya hanya Elsa, entah berada di mana gadis itu sekarang. Apa ia baik baik saja? Kedinginan? Sudah makan? Kehausan? Tersiksa? Entah lah segala kemungkinan buruk terus saja berputar di otak juga di telinga nya.

Getaran di telepon berhenti, sebelum nada dering khusus berbunyi membuat nya segera mengeluarkan handphone dari saku jaket.

"Bagaimana?" Tanya orang di seberang telepon, to the point.

Esa menarik napas dalam sebentar, "Belum ketemu." Jawab nya singkat.

"Gua udah suruh yang lain buat bantu. Jangan khawatir, kejadian dulu tidak akan terulang lagi."

Kalimat penenang yang sukses membuat hati Esa terenyuh sebentar, "Sudah sampai mana?"

"Sedang dalam perjala— diam dulu astaga kau ini!" Suara gaduh juga percekcokan terdengar sebelum teriakan nyaring menghampiri telinga Esa.

"Bisa bisa nya elu angkat telepon Ferdinand sedangkan telepon gua elu anggurin, hiks..." Suara Natalia yang setengah merengek terdengar menyedihkan, disertai isak tangis yang coba ia tahan.

"Elu harus nya gak perlu ikut!" Balas Esa setengah frustasi. Ferdinand keparat, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Natalia nanti nya. Gadis itu bahkan tidak pernah tau masalah mereka selama ini.

Tangis Natalia masih terdengar sebelum berganti dengan teriakan Ferdinand, "Kau apakan gadis ku hah!? Jangan macam macam!"

"Sudah ku bilang tidak usah mengajak nya! Dia bisa dalam bahaya!"

"CUKUP KHAWATIRKAN SAJA GADIS MU YANG HILANG ITU! JANGAN COBA COBA MEMIKIRKAN NATALIA!"

"KAU DAN SIFAT CEMBURU MU YANG DILUAR NALAR MEMANG SELALU MEMBUAT KU PUSING! YA SUDAH KU TUTUP."

Memang Ferdinand sialan, bisa bisa nya dia mengajak Natalia yang notabene nya tidak tahu apapun tentang masalah ini.  Sembari meremas handphone nya geram, Esa memandang sekeliling. Pikiran nya berkelana jauh mencari tempat-tempat yang memungkinkan ada Elsa di sana. 

Pikiran nya kosong entah kemana, hati nya sakit penuh sesak. Elsa, gadis itu bahkan masih tidak bisa membuka buka tutup botol sendiri, tapi kini ia hilang-entah kemana. Bagaimana jika Omma, dan keluarga nya tahu bahwa gadis manja mereka menghilang karena ulahnya?

Suara deru mesin yang bergemuruh terdengar mendekat ke arahnya. Tapi Esa tidak peduli dan masih memandang sekeliling nya dengan pikiran kosong hingga sebuah tepukan keras mendarat di bahu kanan nya-membuat sedikit tersentak. Septihan dengan teman-teman geng yang lain akhirnya tiba. Entah ada berapa motor dan orang yang hadir-Esa tidak bisa menghitungnya karena terlalu banyak, dan berisik. "Elsa bakal baik-baik aja." Kalimat penenang yang terasa tak berguna bagi Esa. 

"Dimana Ferdinand?" Tanya Esa sembari menatap tajam Septihan yang masih berusaha menenangkan nya.

"Jernihkan dulu pikira-"

"JAWAB SAJA DIMANA DIA?!" Emosi Esa seketika tak terbendung, tangan nya yang gemetar mencengkeram kencang kerah baju Septihan. Suasana seketika panik, yang lain berusaha memisahkan Esa dari Septihan yang masih saja terlihat santai-memang orang gila.

"Dia sedang dalam perjalanan, santai saja." Jawab Septihan kelewat santai

"Bagaimana aku bisa santai di keadaan seperti ini!? Bagaimana jika Nata-" Kalimat Esa terpotong karena Septihan balas mencengkram baju Esa sama kencangnya, "Hal seperti ini akan ku pastikan tidak akan terjadi pada nya! Camkan itu!" Setelah mengucapkan itu Septihan segera mendorong Esa menjauh, ucapan omong kosong macam apa itu. Natalia bahkan tidak akan tergores sedikitpun jika ada dalam genggaman nya.

"Ada keributan apa disini?" Tanya pemilik suara yang sedari tadi tunggu Esa, membuat nya seketika menoleh cepat. "Dimana Elsa?" Tanya nya seraya mendekat pada Ferdinand

Ferdinand mengeluarkan ponsel dari saku celana nya, "Orang-orang ku sudah menemukan titik nya, tapi belum ada yang sampai ke lokasi. Kita tunggu kabar selanjutnya saja." Jawab nya santai

Udara segar seketika memenuhi paru-paru Esa yang sedari tadi memburu udara untuk bernapas. Jantung nya yang berdetak cepat juga ikut melambat-berusaha untuk tenang karena kabar baik sudah ia dengar langsung dari ketua geng motor ini. 

"Tak perlu gegabah, kita tunggu waktu yang pas. Aku yakin Dewa tidak akan menyakiti Elsa satu kuku pun. Kau tidak ingin kejadian dulu terulang kan?" Lanjut Ferdinand

Esa mengangguk sekali, walaupun hati dan pikiran nya masih sedikit kacau tapi ia harus terus berusaha berpikir jernih agar tak mengacaukan apapun demi keselamatan Elsa yang menjadi taruhan nya. "Aku percaya kan semua nya pada mu."

"Memang harus nya seperti itu." Ucapan penuh bangga itu terdengar begitu membantu disaat seperti ini. 



KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang