Part 64 - Maaf

7 9 0
                                    

Elsa masuk kerumah dengan keadaan lesu, tidak ada lagi semangat membara seperti saat ia berangkat tadi. Pikiran nya di penuhi dengan Dewa juga Esa. Dua lelaki yang sangat berarti di hidupnya. Perkataan Natalia pun tak luput dari perhatian. Semua fakta yang baru saja ia dapatkan entah kenapa membuat hati nya sesak. Ia serasa sulit bernapas, seakan oksigen begitu enggan untuk masuk ke rongga dada nya.

Ia melangkah menaiki tangga perlahan, hingga tiba-tiba suara Daddy membuat nya berhenti, "Kamu akan Daddy kirim saat selesai Ujian Nasional. Tidak ada bantahan, selama beberapa bulan ini kamu akan di pantau terus, pergi kemanapun dengan supir, juga les yang akan dimulai besok. Daddy akan buat kamu sibuk sampai tidak ada waktu untuk ke club." Ucap Daddy dengan suara tegas tak terbantah kan, membuat Elsa tertawa sumbang.

"Daddy kecewa sama kamu." Sambung nya kemudian meninggalkan Elsa yang masih terpaku di tangga. Tidak ada siapapun yang mendengar kecuali Mommy yang terlihat tidak peduli bermain bersama Rahul.

Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menurut, Elsa sudah menjadi anak tidak tau diri. Melanjutkan langkah nya yang terasa berat dengan kantung belanjaan di tangan nya. Masuk ke kamar sambil berusaha menahan tangis nya yang mungkin akan pecah.

Ia sudah mengecewakan begitu banyak orang—terutama kakak. Ini sudah janji kedua nya yang ia langgar, setelah ia berpacaran. Kakak berpesan agar ia menjaga diri, tapi Elsa dengan mudah mengingkari nya. Semua nya terasa benar-benar salah sekarang, mungkin kehadiran nya juga hanya merepotkan orang lain saja. Ia benar-benar tak berguna.

Melangkah menuju balkon berpegangan erat pada pagar berwarna silver sambil memandang langit malam yang begitu sepi tanpa ada nya bintang juga bulan. Merenungi setiap kesalahan yang ia buat, setiap hal yang ia lewatkan, juga setiap hal yang ia sesali. Elsa sungguh menyesal telah mengenal Dewa.

Semua masalah nya berawal dari Dewa, dan bodoh nya ia malah mendekat pada sumber masalah. Elsa dengan keras kepala nya tidak mengindahkan saran Natalia, juga pesan dari Esa. Seakan semua nya hanya bualan semata, hingga akhirnya fakta-fakta mengejutkan terungkap.

Elsa jelas tau orang yang Natalia maksud adalah Ferdinand, bukan Ferdi teman seangkatan mereka. Ia tidak bodoh secara akademik seperti sahabat nya. Ucapan terakhir Natalia jelas-jelas mengarah pada Ferdinand, tapi Elsa takut. Ia takut bertemu dengan Ferdinand setelah kejadian di toilet waktu itu. Ferdinand jelas orang yang kasar pada perempuan, ia tidak akan segan menyakiti Elsa jika ia datang sendirian.

Elsa pun tidak tau ia harus bertanya pada siapa. Daddy, dan Mommy bahkan enggan untuk berbicara pada nya. Ia merogoh handphone yang baru ia beli tadi dengan Natalia di saku celana nya. Membuka WhatsApp lalu menjawab Natalia yang menanyai nya apakah sudah sampai atau belum kemudian menggenggam ponsel nya kelewat erat.

Ia bisa saja meretakkan barang mahal di tangan nya jika saja hujan tidak turun, membuat perhatian nya teralihkan. Elsa mengulurkan tangan nya ke depan, merasakan rintikan air hujan yang perlahan semakin banyak saja. Langit pun bisa menangis, kenapa ia tidak. Tanpa disadari air mata sudah meluncur mulus di pipi putih nya, tidak ada yang tau kecuali langit yang menemani nya.

Banyak orang yang terluka hanya karena nya. Natalia, Papah, Esa, juga Ibu. Semua nya jelas tidak bersalah. Tapi Dewa dengan begitu mudah nya mencelakai mereka semua—membuat nya terluka. Elsa juga sudah mengecewakan kedua orang tua nya. Membohongi mereka, membangkang juga tidak mengindahkan perintah mereka.

Ia memandang lurus ke depan, menangis tersedu-sedu dengan rasa sesak yang memenuhi dada nya. Tidak ada Esa yang akan menenangkan nya, juga Natalia yang menemani nya. Ia harus bisa menyelesaikan semua nya sendiri.

"Minta maaf lah setelah ini."

Ucapan Esa saat dirumah sakit terngiang di kepala nya. Meminta maaf kepada Daddy karena ia telah berbohong, tapi Elsa belum melakukan nya hingga sekarang. Elsa yang dulu tidak akan mengindahkan ucapan siapapun kecuali Dewa, tapi sekarang Elsa itu sudah mati bersama luka-luka orang di sekitar nya.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang