Part 65 - The Best Day Ever

6 9 0
                                    

"Kamu duluan aja sana!" Sungut Elsa berkali-kali. Entah kenapa sosok lelaki di depan nya ini sangat batu sekali. Sudah sepuluh menit yang lalu, Elsa bilang tidak ingin berangkat bersama. Tapi lelaki itu tak ingin pergi.

Dengan seragam nya yang rapi, dan rambut yang tertata lelaki itu hanya diam, memandang Elsa yang marah-marah sejak tadi. Membuat nya terkekeh geli, yang dihadiahi tatapan sebal dari Elsa.

Baru saja tadi Elsa membuka gerbang agar mobil nya bisa lewat, tapi dengan wajah tidak bersalah lelaki itu ada disana. Menghalangi laju mobil nya untuk berangkat, bahkan supir nya pun sudah keluar sejak tadi, kembali menghabiskan kopi nya yang masih tersisa.

Elsa memandang jam di tangan kiri nya, kemudian terkejut 15 menit lagi gerbang akan ditutup. Sial, kejadian dulu terulang lagi. Ia melihat supir nya yang malah mengendikkan bahu tidak tau. Ia sama sekali tidak berusaha membantu Elsa untuk mengusir hama yang menghalangi mereka.

"Tuh bentar lagi masuk, ayo bareng." Bujuk lelaki itu.

Matahari sudah semakin terik saja, tapi itu berpengaruh apa-apa bagi mereka. Masih tetap dengan pendirian nya masing-masing, mereka saling tatap. Beradu pandang. Elsa tidak akan lemah dengan netra coklat lelaki itu, tidak akan lagi. Ia sudah jatuh, dan tidak akan jatuh lagi.

Tapi suara Daddy yang baru keluar membuat pandangan mereka terlepas, "Kenapa kamu belum berangkat?" Tanya nya dengan nada kesal yang kentara.

Elsa meringis memandang Daddy nya yang berjalan menghampiri, "Oh ada Esa. Bareng aja sana!" Titah nya lalu menyuruh supir untuk kembali.

Argh... Elsa tidak terima.

"ELSA GAK MAU!" Balas nya sambil melipat tangan di dada.

"Nanti kamu telat, baby girl." Goda nya membuat Esa terkikik geli.

Sial, seperti nya mereka berdua memang bersekongkol untuk mempermalukan diri nya. "MAKANYA ELSA SURUH AWASIN MOTOR NYA. BIAR MOBIL BISA KELUAR!" Teriak nya.

Alih-alih membantu nya, Daddy malah menarik tas punggung nya terburu-buru. "10 menit lagi kalian masuk. Ayo segera pergi!" Ujar Daddy dengan tangan yang di kibas-kibas kan seolah mengusir. Elsa mendengus sebal, tapi tidak ada pilihan lain. Jadi ia memutuskan naik ke motor Esa dengan berat hati, lalu berangkat ke sekolah bersama.

🐋🐋🐋

Berjalan bersisian adalah hal yang paling Elsa hindari, tapi seperti nya tidak bagi Esa. Apabila Elsa bergerak menjauh pasti Esa menyusul nya—kembali berjalan di samping nya dengan wajah tanpa dosa. Elsa menahan rasa kesal nya yang bisa kapan saja meletus, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.

Hingga sebuah kaos kaki mendarat tepat di wajah nya, membuat teman-teman satu kelas nya tertawa kencang. Berbeda dengan Esa yang dengan segera mengambil kaos kaki panjang itu lalu menyerahkan nya pada sang empu.

Wajah, dan mata Elsa memerah karena marah. Ia memandang sengit teman-teman nya yang tertawa juga kedua orang yang terlihat meneguk ludah kasar di depan nya. Kelas seketika hening, saat Elsa melangkah menuju Septihan.

"INI MASIH PAGI ASTAGA!!!KENAPA KALIAN BERDUA INI SUKA BANGET BIKIN GUA KESEL!?" Teriak nya dengan dada yang bergemuruh juga napas yang memburu.

Alih-alih merasa terintimidasi, Septihan malah tertawa tak enak. Menggaruk leher nya yang tak gatal karena merasa salah tingkah. "Maaf, Sa. Ya elah gitu aja marah. Kalem aja." Seru nya.

Tapi otak pintar nya berjalan dengan cepat, ia mendapatkan sebuah ide yang amat cemerlang. Oleh karena itu Elsa berjalan semakin mendekat sembari menunjukkan senyum smirk nya ke arah Septihan. Berjinjit kemudian berbisik pelan, "Elu harus bantu gua kalau mau di maafin." Kemudian berlalu seakan tak terjadi apa-apa. Meninggalkan Septihan yang hanya diam di tempat nya, hingga suara bel menginterupsi.

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang