Part 55

12 10 0
                                    

Tak terasa besok adalah hari yang menegangkan juga bisa jadi menyenangkan bagi Elsa. Ini olimpiade terakhir diri nya di SMA, jadi sebisa mungkin ia akan berjuang sekuat tenaga, sekaligus menikmati nya.

Elsa kini sedang berada di kelas bersama Natalia yang terlihat sibuk mencatat sesuatu. Elsa mendekat—mencoba melihat apa yang sebenarnya di tulis oleh sahabat nya itu. Seingat nya Natalia bahkan terlalu malas untuk mencatat tugas atau materi di kelas, tapi kini ia terlihat bersemangat menulis sesuatu di sebuah buku besar.

Melihat Natalia yang tampak tak terganggu, membuat Elsa semakin mendekati nya. Natalia menulis sebuah resep makanan di sertai penjelasan nya yang Elsa tidak mengerti. Namun Natalia tiba-tiba menarik buku besar itu ke dalam pelukan nya, dengan wajah terkejut. Elsa mengeryit tidak mengerti.

"Nulis apaan sih, Nath?" Tanya Elsa dengan wajah penasaran nya sembari berusaha merebut buku besar itu.

Natalia memeluk buku itu kuat-kuat—menjauh kan nya dari jangkauan Elsa, "Bukan apa-apa. Gak penting. Mending elu belajar sana sama Esa." Ucap Natalia.

Elsa memicingkan mata nya, "Ada yang elu sembunyiin kan dari gua? Hm...ngaku lu?!" Paksa Elsa sambil terus menarik buku besar itu.

Mereka berebut buku besar itu, sampai akhirnya Natalia berdiri dari duduk nya sembari berlari menjauh. Elsa pun ikut bangkit, mengejar Natalia, "Siniin gak buku nya?! Nataaaaaa....!" Teriak Elsa saat Natalia yang sedang berlari menabrak dada Septihan.

Natalia memegang kening nya merasakan nyeri, "Aduh...sakit banget kening guaaa..." Rengek nya.

"Maka nya kalau lari tuh liat ke depan bukan ke belakang." Ucap ketus Septihan tapi tidak bisa menghilangkan raut wajah khawatir nya. Septihan membukukkan badan nya sedikit, berniat mengecek kening Natalia lalu mengusap nya pelan.

Natalia membeku di tempat, begitu juga Elsa yang tidak lagi mengejar Natalia. Septihan terlihat serius lalu ia meniup-niup kecil kening Natalia. Semua interaksi itu tentu saja menjadi tontonan gratis anak kelas, hingga membuat semua nya tersenyum menggoda juga berteriak tak jelas.

"Asikkk....Natalia pipi lu merah tuh."

"Cie Natalia sama Septihan, sweet banget sih. Jadi iri gue."

"PJ nya dong, PJ nya."

"Traktir satu kelas pun, Septihan gak akan bangkrut kok, Nath. Hahahaha....."

"Udah dong, gua tambah kangen sama pacar gua nih."

Begitulah setidak nya teriakan-teriakan yang terdengar oleh telinga Elsa. Semua tampak riuh mengelilingi Natalia juga Septihan. Terlihat senang juga bahagia menggoda kedua nya. Septihan hanya tersenyum manis menanggapi, sebalik nya Natalia malah beringsut mundur—menjauh dari kerumunan.

Semua tampak bingung, juga Septihan yang mengerutkan kening nya heran. "Kenapa, Nath? Gak suka?" Tanya Septihan.

"Bu-bu-bu-kan gitu maksud gua." Jawab Natalia sembari berjalan mundur.

Septihan mendekat dengan tatapan intimidasi nya, sampai Natalia terhenti karena tembok di belakang nya. Senyum smirk muncul di sudut bibir Septihan.

"Terus apa?" Tanya Septihan sembari mengurung nya dengan kedua tangan nya yang tegap juga kekar.

Natalia menelan kasar ludah nya, pandangan nya seakan mengabur—hanya terfokus pada makhluk aneh juga tampan di depan nya. Degup jantung nya sangat cepat, bahkan Natalia takut suara nya terdengar oleh Septihan yang semakin mendekat.

"Gak apa-apa. Hehe..." Ucap Natalia sembari berusaha mencairkan suasana, lebih tepat nya menormalkan kembali hembusan napas nya juga degup jantungnya.

Senyum Septihan semakin lebar, "Suka kan?" Tanya nya lagi.

Otak nya yang bodoh tentu tidak akan bekerja di saat-saat genting seperti ini. Jadi dari pada diri nya terus terjebak dalam situasi ini, Natalia berujar, "Enggak."

Raut wajah Septihan berubah sangat kentara, juga kungkungan nya pada Natalia terlihat melemah, "Kenapa?"

Natalia menghela napas lega saat tahu otot-otot tangan di samping kepala nya mengendur perlahan, "Kita musuh, Sep. Elu harus ingat perjanjian kita."

"Itu udah 3 tahun lalu, Nath." Ucap Septihan pelan sembari menundukkan kepala nya—menghindari tatapan indah dari netra coklat milik Natalia

Natalia menelan ludah kasar, mengangkat dagu Septihan menggunakan tangan nya pelan juga lembut, "Elu yang bikin, Sep. Elu yang bikin gua menyerah sebelum memulai. Menjauh sebelum berusaha mendekat. Di buang sebelum di anggap ada. Elu yang mulai, Sep." Ujar nya pelan.

Semua orang menatap bingung kedua nya, Natalia terlihat berbicara tepat di depan wajah Septihan tapi tak terdengar apapun. Suara itu terlalu pelan, sehingga tak sampai pada telinga mereka.

Kedua tangan Septihan melemah—membebaskan Natalia dari kurungan nya, lalu berbalik kembali ke bangku nya di samping Esa. Berbanding terbalik dengan Natalia yang masih diam di tempat nya dengan tangan mengepal di samping badan nya.

Semua orang membubarkan diri, karena pertunjukan sudah selesai. Elsa menatap Septihan dan Natalia bergantian, keadaan ini sangat membingungkan. Akhirnya Elsa memutuskan menghampiri Natalia yang sedang menundukkan kepala nya.

Berdiri tepat di depan Natalia, "Elu kenapa Nath?" Tanya Elsa.

Natalia mendongakkan kepala nya kemudian menggeleng sembari tersenyum manis, "Gak apa-apa kok. Kita duduk lagi yuk." Ajak Natalia merangkul Elsa—mengajak nya untuk kembali duduk.

"Elu mencurigakan banget sumpah." Ujar Elsa dengan pandangan menyelidik.

"Hahahaha...elu sekarang jadi detektif ya." Canda Natalia lalu menaruh buku besar nya lagi ke dalam tas.

"Elu datang kan besok?" Tanya Elsa dengan penuh harap. Bahkan kedua tangan nya mengepal di dada nya.

Natalia memegang tangan Elsa, "Gua pasti datang."

"Asik...jangan sampe enggak ya. Awas lu!" Ancam Elsa.

Natalia menggeleng sembari menahan tawa nya, "Iya-iya gua datang."

🐋🐋🐋

Hari ini adalah hari yang di tunggu Elsa selama sebulan terakhir. Diri nya sangat bersemangat, bangun subuh untuk sholat dan berdoa sebentar supaya segala sesuatu nya di lancarkan. Elsa tidak meminta untuk jadi juara. Menurutnya juara adalah bonus dari segala usaha nya. Jadi ungkapan juara adalah sesuatu yang tidak boleh ia minta sembarang pada Tuhan, jika usaha nya saja tidak sehebat orang lain.

Setelah rapi, dan siap kesekolah. Elsa menuruni tangga dengan tergesa-gesa sehingga menimbulkan suara orang berlari. Mommy dan Daddy nya memandang aneh pada Elsa. Sampai Elsa duduk di kursi makan nya dan mengambil makanan sendiri.

Mommy yang melihat nya hanya menggelengkan kepala nya sambil tersenyum, berbanding terbalik dengan Daddy nya yang mengerutkan dahi tak mengerti, "Semangat banget hari ini anak Daddy. Ada apa hm?"

Elsa mengangkat kepala nya melihat Daddy sambil tersenyum lebar, "Hari ini olimpiade. Doain semua nya lancar ya Dad, Mom."

Mommy menghampiri Elsa—mengelus kepala nya lembut, "Pasti kita doain yang terbaik buat kamu sama teman-teman kamu."

"Esa ikut?" Tanya Daddy sambil menyeruput kopi nya.

Elsa mengangguk, "Iya."

"Pasti menang sekolah kamu, kalau dia ikut." Ujar Daddy.

"Aamiin..." Ucap Elsa, dan Mommy bersamaan.


Big Hug

sahaa__

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang