Part 34 - Anak Manja

14 11 4
                                    

Udara pagi ini masih dingin sekali, langit pun masih gelap. Matahari masih malu-malu menampakkan diri nya. Jalanan masih sangat sepi, tapi Esa tidak berniat mengebut. Tentu saja ia mengkhawatirkan Elsa, bisa saja Elsa kedinginan atau bahkan lebih parah—mereka bisa saja kecelakaan.

Esa melirik spion untuk melihat wajah Elsa, terlihat jelas sekali jika Elsa kedinginan. Esa jadi merutuki dirinya kenapa ia tadi tidak memberikan jaket nya. Bibir Elsa terlihat pucat, hidung nya pun memerah.

Esa menengok sebentar, "Kamu kedinginan gak?" Tanya nya pada Elsa.

Elsa yang mendengar itu beringsut mendekat, agar Esa dapat mendengar suara nya dengan jelas, "Lumayan. Masih pagi banget soalnya."

"Masukin tangan kamu ke kantung jaket ku aja."

"Gak usah." Balas Elsa tak enak.

"Gak apa-apa. Aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Beneran?" Tanya Elsa

"Iya Moo."

Elsa tersenyum malu-malu, tentu saja ia kedinginan. Baru pertama kali Elsa menaiki motor sepagi ini, bahkan seperti nya ia tidak pernah bangun sepagi ini. Yah, ini pertama kali nya. Tanpa pikir panjang, Elsa langsung memasukkan kedua tangannya, mengepalkan kedua tangannya di dalam kantung jaket Esa. Cukup hangat untuk membuat ia merasa nyaman.

Hening sejenak sebelum Elsa bertanya pada Esa, "Ini motor siapa, Sa?"

"Ini motor ku, kado dari Septihan tahun lalu."

Elsa terkejut, bagaimana bisa seorang Septihan Sialan memberikan kado ulang tahun yang benar-benar 'wah'. Elsa kembali teringat saat ia dibonceng pulang oleh Septihan. Setiap Septihan bercerita tentang Esa matanya terlihat berbinar kagum. Dan Elsa baru menyadari jika pertemanan antara Esa, dan Septihan memang sangat dalam. Bahkan Septihan memberikan barang yang tidak murah hanya untuk kado ulang tahun. Elsa merasa terhina jika ia membandingkan pertemanannya dengan Natalia. Sahabatnya itu bahkan selalu menolak dengan halus jika ia ingin membelikan sesuatu.

"Kenapa gak kamu pakai kesekolah?" Tanya Elsa.

"Gak apa-apa."

"Septihan gak marah?"

"Tentu dia marah besar. Dia bilang percuma gua beliin elu motor, mending gua beliin miniatur nya aja."

Elsa terkekeh pelan, "Terus kenapa sekarang dipakai?"

"Karena terdesak aja. Soalnya kalau pakai sepeda pasti lama."

Elsa hanya mengangguk. Ia ingin bertanya kenapa Ibu Esa bisa masuk rumah sakit? Apa ibu Esa sakit parah? Pertanyaan itu sudah berada di otaknya sejak kemarin, tapi ia takut jika sekarang bukan waktu yang tepat. Tapi ia sangat penasaran.

Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian, ia bertanya "Sa boleh nanya gak?"

"Nanya apa?"

"Kenapa Ibu bisa dirawat dirumah sakit?"

"Aku gak mau jawab."

Elsa mendengus tak suka, bisa-bisanya Esa memperlakukannya seperti ini. Setelah Elsa menyingkirkan rasa gengsi nya, dan mengumpulkan keberaniannya, Esa malah bersikap seperti itu.

"Kenapa?"

"Aku gak mau bikin kamu sedih."

Perkataan Esa persis sekali dengan apa yang diucapkan nya ditaman. Saat ia ditanya oleh Esa tentang penyebab Dewa kecelakaan, Elsa tak ingin tahu. Elsa tak ingin sedih. Apa penyebab sakit nya ibu Esa ada sangkut pautnya dengan Dewa.

Elsa mengerut kan kening nya bingung, "Lah kenapa?"

"Aku cuman gak mau bikin kamu sedih lagi. Udah cukup semalem kamu nangis."

KONTRADIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang