Cahaya seharusnya menerangi yang gelap, tapi kenapa kita masih sama-sama tidak bisa melihat?
•°•°•
Siapa yang bakal menyangka kalau Raya akan ke kedai gelato ini bersama dua orang asing; yang satu tidak terlalu dekat, dan yang satu sempat punya kejadian tidak menyenangkan? Biasanya, Raya akan ke kedai gelato ini bersama Naja atau Mama dan Papa, pokoknya bersama seseorang yang statusnya keluarga. Yovan dan Sita tidak pernah tahu kalau Raya suka dengan gelato, sedangkan Hara tidak suka dengan gelato.
Langit Jakarta sedang mendukung untuk memakan atau meminum yang dingin dan segar, makanya kedai sedang ramai, terlebih ini adalah akhir pekan. Tapi sungguh, Astha juga tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau akan ke kedai gelato untuk mengantar Adit bertemu dengan perempuan yang katanya cantik dan manis itu.
Di konter pemesanan itu, Astha tengah menatap lurus ke arah Adit yang tengah memesan gelato untuknya dan untuk Raya. Walau sebelum berangkat tadi Adit mengatakan kalau Cita sedang jalan bersama laki-laki yang entah siapa, tapi sore ini Cita tetap bekerja part time di kedai. Sepertinya Cita tidak mendapatkan jatah libur di akhir pekan untuk minggu ini, mungkin di hari lainnya.
“Itu pacarnya?” tanya Raya pada Astha.
Benar, hampir saja Astha melupakan keberadaan Raya yang sekarang duduk di hadapannya. Kali ini tengah menengok ke belakang, melihat apa yang Astha sedang lihat; Adit.
“Di-friendzone-in ceritanya,” jelas singkat Astha. Kalau Adit mendengar, pasti akan marah dan malu.
Raya terkekeh pelan, lalu kembali pada pandangan semula dengan tidak lagi menengok ke belakang. “Kasihan,” gumam Raya pelan, nyaris tidak terdengar oleh Astha.
“Ngomong-ngomong, gimana kamu bisa kenal sama Adit?”
Seharusnya pertanyaan itu sudah dilontarkan sejak tadi, jauh sebelum ketiganya berada di kedai, atau saat Raya dan Adit berjabat tangan serta saling menyebutkan nama tepat di hadapan Astha. Tapi Astha tidak pernah punya waktu yang tepat untuk bertanya hal itu pada Raya maupun Adit, keduanya sibuk berbincang dengan seru sampai sepertinya menganggap Astha tidak ada.
“Oh itu.” Kemudian Raya memperlihatkan layar ponselnya yang masih retak itu pada Astha.
Astha mengerutkan keningnya tidak mengerti. Apa hubungannya pertemuan keduanya dengan layar ponsel yang retak? Astha tidak paham.
“Layar hape saya retak karena Adit,” jelas Raya, tapi masih juga belum membuat Astha paham dengan kondisi yang dimaksud. “Beberapa hari lalu saya ketemu sama Adit, eum... lebih tepatnya tabrakan di depan kedai ini, dan bikin hape saya jatoh lalu retak,” sambung Raya setelah tadi menghela napas terlebih dahulu ketika melihat wajah tidak paham Astha.
Barulah Astha mengangguk mengerti. Astha tidak perlu tahu bagaimana Adit bisa datang ke kedai ini dan akhirnya bertemu dengan Raya, karena Adit mungkin bisa dibilang pelanggan tetap kedai karena ada Cita sebagai pegawai part time-nya. Astha juga tidak mengerti bagaimana Adit bisa bertahan dengan hubungan yang jelas-jelas sudah terlihat seperti saudara karena sudah sangat lama kenal dan bersama.
Ya, Adit dan Cita seperti itu. Keduanya berteman sudah sejak kecil. Hanya ketika SMP saja keduanya tidak bersama. Walau sekarang kuliah di fakultas yang berbeda, tetap saja, keduanya masih terlihat sangat dekat.
“Di kantor nanti, kira-kira kita harus bersikap kayak gimana?”
Astha menatap Raya lurus, mencerna pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut perempuan itu.
Selama ini, keduanya hanya saling tahu satu sama lain saja di kantor, saling sapa kalau bertemu, yang pasti tidak pernah punya hubungan khusus yang membuat Astha dan Raya bisa makan siang di kantin bersama. Tapi hanya karena pekerjaan tidak sengaja hari ini, semuanya seolah membuat Raya dan Astha punya hubungan dekat yang pergi ke kedai gelato bersama-pun tidak masalah, walau ada Adit di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Mentari
Romance[SELESAI] Menjadi kembaran Naja, Raya pikir, sudah menjadi hal yang mampu membuat hidupnya menenangkan dan menyenangkan. Tapi ternyata semesta tidak pernah sesederhana itu untuk menciptakan sebuah takdir. Kisah cintanya perlahan menjadi rumit saat b...