Catatan : Mohon baca perkalimatnya pelan-pelan, agar supaya kalian mengerti.
Terus juga (sengaja ditaro di awal biar dibaca) kalau setelah ini masih ada yang belum dimengerti, silakan ditanyakan biar aku jawab.
Atau kalau masih ada rasa penasaran pada sesuatu yang mungkin lupa aku jelasin, drop aja. Biar di next chapter bisa aku bantu jelasin pakai narasi cerita.
Enjoy!
Mau sedikit ngingetin nama panjang pemeran yang ada di sini.
Astha Sandyakala
Naraya Regina Arunika
Najandra Radinka Auriga
Aditya Ravindra
*
"Aku cuma tidur sebentar, Tha, nggak akan lama kok." Raya tersenyum saat Astha kembali memegang pergelangan tangannya. "Liat, adik kamu aja biasa aja, tuh."
Adit memaksakan diri untuk nyengir. Berusaha untuk terlihat kalau dia baik-baik saja, padahal gugup bukan main.
"Bang Astha udah mirip banget kayak suami yang lagi panik istrinya mau lahiran," ledek Cita.
Sebuah candaan yang seharusnya membuat Raya tertawa atau setidaknya membuat hatinya berbunga dan perutnya berevolusi menjadi taman kupu-kupu. Kali ini jelas berbeda. Astha masih menjadi kekasihnya—setidaknya sampai Raya masuk ke ruangan operasi, dan setelah itu biarlah Raya mengikuti apa kemauan semesta padanya dan pada cerita cintanya.
Astha belum tahu, begitupun dengan Adit atau Cita. Tapi Raya yakin sekali kalau Astha sudah menaruh curiga pada setiap gerakan yang Raya lakukan, seperti sedikit menghindar tiap kali Astha menyentuhnya lebih jauh, atau tiba-tiba menangis ketika Astha mengeluarkan kalimat cinta penuh puja pada Raya.
Rasanya masih sama seperti saat pertama kali Papa dan Mama mengatakan ini pada Raya dan Naja; menyakitkan dan seolah semuanya seperti mimpi—Raya berharap begitu. Tapi sayangnya, hasil tes DNA yang Raya lakukan beberapa hari setelah Papa dan Mama menceritakan semuanya; berkata lain. Di sana jelas-jelas tertulis bahwa Raya satu DNA dengan ibunya Astha dan Adit.
Raya tidak mengetes satu kali, melainkan ke beberapa DNA juga; dengan Adit, Astha, Naja, bahkan Papa dan Mama sekalian. Hasilnya tentu saja membuat Raya hancur lebur; seperti yang dikatakan Papa, bahwa Raya adalah adik kandung Astha dan tidak semestinya menjalin hubungan percintaan dengan Raya.
"Tha ...."
Astha menoleh, kembali menggenggam tangan Raya dengan kuat.
"Kamu tahu, kalau aku sayang kamu, 'kan?"
"Bentar!" Adit tiba-tiba menginterupsi, membuat momen yang seharusnya romantis jadi berantakan. "Kalian mau romantis-romantisan? Gue sama Cita keluar aja deh kalau gitu."
Astha berdecak. "Lo merusak suasana aja, deh."
"Ya, gue juga geli kali liat orang lagi lovey dovey di depan mata langsung."
"Alah, bilang aja lo sirik sama kisah cinta gue."
"Mana ada? Hubungan gue sama Cita jauh lebih berwarna dibandingkan hubungan lo."
Adit benar, Raya mengakuinya dalam diam. Tapi kalau warna yang dimaksud adalah warna-warna penanda bahwa suatu hubungan penuh dengan tikungan tajam yang mengerikan hingga membuat jantung berdebar tak karuan, maka Adit salah.
Karena sesungguhnya, hubungan percintaan Astha dan Raya jauh lebih berwarna dibandingkan percintaan Adit dengan Cita.
Karena terlalu banyak warna yang bercampur, akhirnya hubungan tersebut hanya menemukan titik hitam, sebuah jurang yang akan menyakiti satu sama lain dengan atau tidaknya mereka jatuh ke jurang sana. Tapi tentu saja, keduanya tidak boleh melawan takdir dengan sengaja jatuh ke jurang yang lebih dalam. Semesta jelas akan murka, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Mentari
Romance[SELESAI] Menjadi kembaran Naja, Raya pikir, sudah menjadi hal yang mampu membuat hidupnya menenangkan dan menyenangkan. Tapi ternyata semesta tidak pernah sesederhana itu untuk menciptakan sebuah takdir. Kisah cintanya perlahan menjadi rumit saat b...