Adit pulang telat lagi.
Malam ini bukan karena Adit harus mengisi jadwal di kafe yang sudah hampir satu bulan ini ia kunjungi, tapi--dari apa yang Adit beritahu lewat pesan singkat pada Astha, Adit mengatakan, bahwa ia akan mengerjakan tugas bersama temannya di kosan temannya itu.
Astha tidak curiga, karena Adit memang betul-betul memberitahu jadwal bekerjanya di kafe pada Astha. Jadi, Astha tidak perlu bertanya dan Adit memberitahu kalau Adit memang pulang telat ke rumah.
Namun, Ibu jelas berbeda. Sampai sekarang, Adit belum memberitahu perihal itu pada Ibu. Ia tiba-tiba tidak punya nyali untuk sekedar berbicara empat mata dengan Ibu. Adit tiba-tiba selembek bubur ayam.
Kalau diperhatikan, akhir-akhir ini juga Adit terlihat lebih banyak diam. Astha mengerti kalau Adit memang sedang ditingkat kestresan mengalami tugas kuliah yang menumpuk. Karena itu Astha benar-benar melarang Adit untuk mengambil kerja part time. Tapi, apa boleh buat, 'kan? Astha juga tidak bisa mengekang Adit terlalu keras.
"Adit belum pulang, As?" tanya Ibu yang melihat Astha sedang menonton televisi di ruang tengah, sambil memeluk stoples kebanggaan Adit. Ibu baru saja pulang dari rumah makan.
Belum sempat Astha menjawab, deru suara motor yang memasuki area car port terdengar. Lalu tidak lama, pintu terbuka, dan menampakkan Adit dengan muka lesunya.
"Kok baru pulang?" tanya Ibu pada Adit.
Adit sedikit tersentak pada suara itu. Sudah dibilang, tiba-tiba Adit merasa begitu takut hanya dengan menatap mata Ibu. Lalu pandangannya beralih pada Astha yang memilih acuh pada dirinya.
"Habis dari kosan temen, Bu. Ngerjain tugas," jawab Adit dengan jujur.
"Ya udah, cepet mandi. Ibu panasin lauk dulu buat makan."
Adit menghela napas. Namun bukannya segera menuruti perintah Ibu, ia malah ikut duduk di samping Astha, menaruh kunci motornya begitu saja di atas meja, dan tiba-tiba saja merebut stoples yang Astha pegang.
"Ngapain, sih, Dit?!" tanya Astha sewot. "Disuruh mandi sama Ibu."
"Sukro gue habis sama lo, nih." Adit menunjukan stoples itu yang isinya memang tinggal sedikit. Padahal, terakhir kali Adit lihat isinya masih ada setengah stoples.
Astha berdecak. "Jangan ngaku-ngaku. Ini 'kan yang beli Ibu." Kemudian ia kembali merebut stoples itu dari tangan Adit. Mengganggu saja!
"Mana ada? Gue beli sendiri, ya."
"Ngibul aja lo!"
Melihat Ibu yang sudah naik ke lantai atas untuk masuk ke kamarnya setelah tadi ke pantry terlebih dahulu untuk menaruh lauk yang dibawanya dari rumah makan, Adit kembali menghela napas dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Adit melipat tangannya di dada, melihat acara televisi yang sedang Astha tonton, acara lawak yang menurut Adit tidak lucu sama sekali. Lucuan Adit ke mana-mana!
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Mentari
Romance[SELESAI] Menjadi kembaran Naja, Raya pikir, sudah menjadi hal yang mampu membuat hidupnya menenangkan dan menyenangkan. Tapi ternyata semesta tidak pernah sesederhana itu untuk menciptakan sebuah takdir. Kisah cintanya perlahan menjadi rumit saat b...