Udah lebih dari 10 vote >.<
Maaf ya gak langsung up. Sebenarnya sekitar jam 9-an itu sudah 10 vote. Tapi terlalu malam untuk up 😅Jadi ku putuskan untuk up siang-siang. Maaf banget dan terima kasih untuk vote kalian ini 😘❤
Ayo langsung aja ^^
Happy Reading~☆☆☆
Jira terus saja mendengus melihat orang yang di depannya terus mengomel dengan berjalan mondar-mandir. Tidak hanya menyakiti telinganya, Hwang Li juga membuatnya pusing karena bulak-balik di tempat yang sama dengan memarahi orang yang sama.
Untunglah Jira sudah diberi kesabaran lebih menghadapi temannya ini. Terbiasa juga karena telah bersamanya selama hampir 8 tahun lamanya sejak mereka ada di sekolah menengah atas. Jira sudah sangat terbiasa.
"Pokoknya aku tidak mau dia datang. Dia saja. Yang lainnya tidak apa-apa." Kekeh Hwang Li. Lalu mendudukan dirinya setelah kakinya lelah berjalan bulak-balik.
Tapi Jira lebih ingin Hwang Li kelelahan mengomel saja. Telinganya terasa panas sekarang. "Tapi tidak mungkin aku hanya melarang Soonyoung datang ke sini. Tidak sopan. Aku juga dekat dengannya."
"Kau kan lebih dekat denganku. Mendukung padaku dong." Hwang Li tetap mempertahankan argumannya. Dia harus apa? Masa harus mengikutinya? Hwang Li jika sedang emosi pasti begini. Jadi keras kepala. Jira yang dasarnya selalu mengalah, tentu tidak bisa melawannya.
Jihoon mengetahui keadaan ini tidak ya? Sejak tadi ponselnya hanya memampangkan room chat Jihoon tanpa berniat untuk mengirimkan pesan. Jira tidak bisa meminta Soonyoung tinggal di dorm sendirian. Kasihan.
Bersamaan dengan pikirannya yang kalut, sebuah ketukan datang dari arah pintu. Hwang Li segera melarikan diri ke kamarnya. "Sesuai rencana ya." Teriaknya dari balik pintu.
"Iya." Jawab Jira dengan nada panjang. Dia mengelus dadanya sesaat untuk menahan sabar dan berjalan menuju pintu itu. Membukakan pintu dan orang-orang yang ada dibalik sana langsung menyerbu masuk memeluknya.
Tubuhnya terdorong dengan mudah ke belakang. Mereka tidak peduli bagaimana repotnya Jira menyeimbangkan diri. Mereka tetap saja bersamaan memeluk Jira yang sudah tidak terlihat dibalik lautan manusia ini.
Jira hanya tertawa. Dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja yang sudah memeluknya itu. Matanya hanya menangkap wajah Seokmin yang memang ada di depanya. Di saat semua orang memeluknya, ke mana kekasihnya sendiri?
"Sudah. Sudah! Kasihan Jira bisa kehilangan napas karena pelukan kita." Pisahkan Seungcheol.
Benar kata Seungcheol, selesai mereka melepaskan pelukannya, Jira langsung mengambil napas panjang. Tapi dia tetap tersenyum. Apartemennya jadi seramai ini. Sunggu jarang sekali dia bisa melihat keramaian di dalam ruangan begini. Dilihatnya seluruh orang yang sudah melakukan berbagai aktivitasnya sendiri. Hanya dua orang yang tidak dia temukan.
"Cari siapa?"
Jira membalikkan badan dan menemukan Jihoon sudah berdiri di sana. Dia tersenyum setengah menyengir melihat ekspresi Jira yang terkejut dengan kehadirannya. "Kenapa kau selalu saja suka muncul tiba-tiba?" Omel Jira. Jantungnya masih berdetak kencang karena terkejut.
"Daritadi aku di sini. Hanya ketutupan yang lain saja. Kan yang lain selesai memelukmu." Kata Jihoon lagi.
"Hanya menunggu, tapi tidak ada niat untuk memeluknya juga." Panasi Wonwoo.
"Kalau tadi hyung melihatnya, Dokyeom yang paling dekat memeluk Jira noona. Sepertinya paling erat juga." Seungkwan ikut berkomplot.
Seokmin berdiri dengan wajah panik. "Ya! Jangan mengadu dombaku dengan hyung." Kata Seokmin melakukan pembelaan dengan gaya bicara khasnya yang diikuti cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...