39. Mellow

130 22 8
                                    

Musik dengan alunan lembut nan lambat, menemani waktunya selama di studio Pledis. Pinwheel, Hug, Habit, If I, Lean On Me, Don't Listen in Secret, Without You, Don't Wanna Cry, bahkan lagu Smiling Flower milik Jira yang sudah dia remake ulang pun tidak luput dari pendengarannya. Jika pagi ini sedang hujan, mungkin lagu Downpour yang akan dia putar seharian.

Baru juga dia mengucapkan salam perpisahan semalam, pagi ini rasanya Jihoon sudah tidak punya semangat apa-apa. Matanya hitam karena tidak bisa tidur nyenyak. Pagi-pagi buta saat teman-temannya, terutama Soonyoung pergi gym, Jihoon justru memilih malas-malasan di atas kasur. Padahal dia tidak tidur juga.

Sekarang di studio juga melakukan yang sama. Diam dengan musik mellow. Jihoon terlihat menyedihkan jika begini. Belum apa-apa, dia sudah merindukan Jira. Lebih berat daripada mereka harus pisah bertahun-tahun karena pekerjaan dan tuntutan. Padahal Jihoon tidak mengucapkan kata keramat seperti 'putus' atau 'break'. 

Jihoon menghela napas sambil menggerakkan jarinya menekan musik selanjutnya. Falling For You. Kenapa aku menyiksa diriku dengan mendengarkan lagu-lagu yang sebenarnya tercipta saat membayangkan gadis itu? Kesal Jihoon. Meski begitu, dia tetap saja mendengarkan salah satu lagu buatannya yang ditunjukkan pada Jira. Lagu yang dinyanyikan dengan suara lembut Jeonghan dan Joshua. Sangat cocok menggambarkan kemanisan dari makna lagu ini. Sangat tepat diberikan saat Jihoon baru saja menjalankan hubungannya beberapa tahun.

Tapi Jira tidak pernah tau jika lagu ini dibuat untuknya. Jihoon terlalu malu untuk mengakui itu. Dengan teman-temannya saja dia mengelak, apalagi dengan Jira. Bisa habis wajahnya terbakar rasa malu.

Apa yang sedang dia lakukan? Apa sedang melakukan terapinya? Tidak bisakah besok sudah sembuh? Jihoon tidak kuat jika begini. Berstatus pacaran, tapi kekasihnya tidak ingat pada dirinya. Kedua agensi juga mengkonfirmasikan dirinya dengan Jira juga sudah putus. Ditambah pengakuan singkatnya di twitter. Kurang menyedihkan apa lagi? 

Di saat orang-orang menginginkan kejelasan status, Jihoon justru punya status itu, tapi tidak dengan pengakuan. Jihoon mengusap wajahnya kasar.

Sebaliknya, jika sedaritadi yang dilakukan Jihoon hanya bengong dan mengeluh dalam hati, teman-temannya justru bulak-balik masuk studio hanya untuk mengecek keadaan Jihoon. Mereka berurutan sesuai tanggal lahir untuk memastikan keamanan Jihoon. Dari Seungcheol sampai Dino, lalu mengulangnya lagi. Yang mereka lakukan tidak berubah-ubah. Hanya masuk, mengintip sedikit, keluar lagi dan menghela napas.

Secara kompak pun, mereka menghela napas di ruang istirahat itu. Tidak ada yang latihan. Apalagi bernyanyi. Semua diam, tidak seperti biasanya. Ketika Seokmin yang baru saja keluar dari mengintip Jihoon, pria itu menyeletuk, "Apa album kita selanjutnya akan berisi lagu ballad semua?"

"Kalau Woozi seperti itu terus, bisa saja itu terjadi." Balas Wonwoo seadanya. "Aku tidak pernah melihatnya begitu. Rasanya, Woozi selalu bisa mengontrol diri."

"Bagaimana dia bisa mengontrol diri jika dipaksa putus dengan posisi dia tidak menginginkannya? Pasti berat di awal-awal percobaan. Apalagi ini hari pertama Woozi jadi single lagi. Pertama kali dia patah hati juga." Sanggah Jeonghan.

"Ku rasa kita tidak mungkin memiliki album ballad. Image semangat Seventeen akan hilang jika begitu. CEO mana mungkin menyetujuinya. Woozi dan Bumzu hyung pasti diminta untuk mengganti dan membuat lagu baru." Pendapat Seungcheol. 

Sebenarnya mereka tidak ingin membicarakan soal album atau comeback. Tapi pimpinan mereka itu sedang merencanakan comeback baru untuk memulihkan popularitas mereka. Sebenarnya itu wajar saja. Pekerjaan agensi memang untuk mencarikan dan meningkatkan penghasilan mereka. Namun dari sisi fans, apalagi yang masih mempedulikan Jihoon, mana mungkin terima dengan hal ini.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang