Dengan nafas yang berat, Jihoon meremas kertas yang dia bawa keluar dari ruang CEO. Kepalanya berdenyut cukup kuat. Bahkan memijatnya dengan jari sama sekali tidak membantu.
Jihoon mendudukan diri di kursi terdekat. Membaca kembali surat tersebut dan meremukkannya dengan amarah. Meletakkannya di kursi sebelah, lalu mengusap wajahnya kasar. Membuat semua rambut yang menutupi keningnya berpindah ke belakang.
Menatap langit-langit lorong dengan tatapan sendu. Selalu saja ada masalah. Jihoon meraba-raba kursi di sampingnya untuk meraih kertas yang tadi dia remukan. Membukanya kembali dan melihatnya dengan tatapan putus asa.
Selamat pagi CEO Han Sung Soo dari Pledis Entertaiment.
Tidak perlu berlama-lama basa-basi. Ditangan saya sudah ada sebuah foto dan bukti lainnya tentang artis anda yang sudah memiliki seorang kekasih. Untuk saat ini saya tidak memberikan butkinya. Tetapi biar anda percaya, saya akan berikan sedikit rekaman suara dari saksi mata yang sudah saya tanyai.Saya bukan wartawan. Saya juga bukan haters. Tapi jika saya menyebarkan informasi ini pada media, tentunya saya akan mendapatkan banyak keuntungan.
Saya tidak akan menyebarkan informasi ini pada media asalkan Anda mengabulkan satu permintaan saya. Minta artis Anda, tidak mengganggu saya.
Terima kasih untuk waktu Anda yang berharga ini. Sebaiknya Anda pertimbangkan permintaan saya ini. Tidak sulit bukan untuk anda? Lakukan tugas Anda sebagai seorang pimpinan memiliki kekuatan mutlak.
Sampai jumpa
T-rex"Sebaiknya kau pikirkan untuk kelangsungan hubungan ini jika kau tetap ingin menyembunyikan status kalian. Hubungan dengan sesama idol tidak pernah bisa disembunyikan selamanya. Kau tau itu. Terutama dengan adanya surat entah dari siapa pengirimnya."
Jika disuruh memilih, Jihoon juga tidak ingin menyembunyikan hubungannya dengan Jira. Memangnya selama ini dia rela membagi Jira dengan pria lain? Dia hanya pura-pura biasa saja tidak ada apa-apa. Kenyataan di dalam hati dan studionya, dia sering mengomel mengingat fans pria Jira lebih beruntung daripadanya.
Tapi dia menyembunyikan semua ini juga bukan tanpa alasan. Bukan hanya karena karirnya. Melainkan karena fansnya. Sasaeng. Tidak pernah ada yang tau bagaimana mereka bertindak. Jihoon hanya tau, jika mereka berbahaya. Terutama untuk kekasihnya. Dan Jihoon tidak ingin itu terjadi pada Jira.
"Saya yakin itu Woozi Seventeen. Saya sempat melihat identitasnya. Dia membawa seorang perempuan un-"
Rekaman suara itu kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Jihoon jadi terus menebak-nebak siapa yang pastinya mengatakan itu. Namun rekaman itu hanya setengah. Dia tidak tau kelanjutan ke mana pastinya dia membawa Jira.
Itu bisa berada di mana saja. Tapi satu tempat yang tentunya sering melihat dirinya berinteraksi dengan Jira adalah panggung, backstage dan juga apartemen gadis itu.
Mungkinkah ini sesuai dengan celetukan Dokyeom saat itu? Jihoon bertanya pada dirinya sendiri. Pikirannya terus mengarahkan pada beberapa hal yang mungkin saja menjadi petunjuk. Bahkan ucapan Seokmin yang berkata tidak boleh mempercayai satpam pun terlintas dipikirannya.
Demi memastikan itu, Jihoon meraih ponselnya dengan berat hati. Mencari nomor utama yang menjadi prioritasnya. Lalu membuat sebuah panggilan.
☆☆☆
Naui naui naui geudaeyeo~ ireumman bulleobwado mami beokchayo~
Suara nyanyian Jihoon mengalihkan fokusnya dari tumpukan jadwal Jira pada laptopnya. Hwang Li meraih ponsel Jira yang layarnya menyala menampakkan nama Hoonie di sana. "Jira-ya, Woozi menelponmu." Teriak Hwang Li.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...