Senyuman Jihoon masih saja belum luntur kala melihat kontak Jira. Bahkan sampai membaca pesan lanjutan dari Jira yang berkata mereka boleh datang rombongan. Padahal hanya itu. Tapi dia sudah sesenang ini. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya sendiri.
Mungkin ini lah keanehan yang dimaksud Jira. Dia pun sekarang merasakannya. Aneh pada perubahannya ini. Tapi dia senang dengan keanehannya.
Jadi ini makin aneh ya?
Jihoon terkekeh pelan. Menarik perhatian seseorang yang sudah sejak tadi menemaninya di studio dorm. Orang yang cukup dekat dengannya, terutama jika diajak untuk bertukar pikiran soal musik. Dia akan jadi orang yang paling merasakan keanehannya karena dia orang yang paling tau tentang kehidupanku baik di luar maupun dalam. Dia hyung yang terbaik.
"Memang ya jika punya kekasih, semua akan terasa asing dan hanya tersisa kalian berdua." Goda Bumzu hyung. Jihoon menyunjungkan senyumnya untuk menyamarkan rasa malu. Tertangkap basah Bumzu terasa lebih baik daripada orang-orang yang ada di luar sana.
"Aku ikut senang melihatmu sebahagia ini. Tapi aku tidak terbiasa melihatmu tersenyum-senyum sendiri melihat handphone-mu. Jika tersenyum karena musik, aku sudah terbiasa." Kali ini Jihoon tertawa untuk menanggapinya.
Bagaimana ya? Rasanya tetap saja canggung jika harus membahas soal perasaannya. Mau dengan siapapun, jika menyangkut perasaan itu sulit diungkapkan lewat kata-kata. Jihoon hanya bisa menuangkannya melalui lagu.
"Sepertinya aku sudah tidak tertarik membicarakan musik denganmu." Wajah Jihoon menunjukkan keterkejutan. Padahal niat awal Bumzu datang ke sini untuk membicarakan tentang project album terbaru mereka. Yang mungkin saja akan dirilis masa mendatang.
Terus sekarang mau apa?
Mengetahui kebingungan dari adik sesama produsernya itu, Bumzu berkata, "Hari ini kita libur dulu. Sesekali kita membicarakan hal lain. Sekaligus penyegaran otak. Tidak hanya kerja terus."
Tapi bagi Jihoon, membuat musik juga penyegaran otak untuknya. Makan dan tidur pun dia dengan musik. Tanpa musik, Jihoon bukan apa-apa sekarang. Bahkan musik juga yang mempertemukan dia dengan Jira. Seketika pipi Jihoon memerah membayangkan hal yang terakhir.
"Biar ku tebak dari ekspresimu itu? Jira baru saja lewat dipikiranmu?" Dengan gaya yang santai sambil bersender pada kursi Jihoon, Bumzu tersenyum menggodanya. Sudah dapat Jihoon pastikan ada semburan merah di wajahnya. Rasanya panas.
Karena tidak mendapat jawaban dari Jihoon, Bumzu tertawa lepas. "Orang yang paling ku yakinkan tidak mungkin pacaran dulu, ternyata sudah punya kekasih paling pertama. Sudah bertahun-tahun pula. Tapi masih malu-malu. Wajar sih. Kalian sudah loss contact bertahun-tahun. Tapi untunglah kalian baik-baik saja." Ungkap Bumzu hyung.
Ya.. memang sebuah keberuntungan, mereka bisa melewati semua ini dengan lancar saja. Tidak ada kata putus ataupun kesalahpahaman. Jihoon dan Jira berhasil menjaga hubungan mereka walaupun tidak ada komunikasi secara pribadi. Sungguh hebat. Jihoon juga tidak menyangka dirinya berhasil.
Terlebih pada Jira. Jihoon juga sempat takut Jira tidak akan kuat bertahan pada hubungan yang abnormal dengannya ini. Sampai beberapa kali Jihoon gagal fokus hanya karena terbayang pada gadis itu. Tapi untunglah semua bisa kembali seperti semula. Walaupun pengawalan kembalinya hubungan ini dengan kematian appa Jira.
Mungkin ini jawaban untuknya agar bisa lebih meluangkan waktu dengan Jira dan memberikan ruang untuk tidak hanya memikirkan pekerjaan. Latihan. Konser. Dan lain sebagainya.
"Tapi ada yang ingin ku tanyakan dari kalian." Jihoon menunggu Bumzu melanjutkan ucapannya dalam diam.
"Sebenarnya kalian ada rasa takut tidak menjalani hubungan di lingkungan yang seperti ini? Sejujurnya, jika aku jadi kalian, aku tidak bisa mengambil resiko untuk menjalin hubungan saat berstatus idol. Terlalu bahaya untuk diri sendiri, pihak agensi dan pihak lainnya." Kata Bumzu lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Fiksi PenggemarBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...