Saat dirinya baru saja terbaring pada tempat tidur pukul setengah tiga pagi, Jihoon berusaha mengabaikan segala suara yang ditumbulkan teman-temannya. Suara yang cukup mengganggunya.
Walau sudah terbiasa, tetap saja Jihoon sulit terbiasa diri untuk tertidur dengan kerusuhan mereka. Teriak-teriak, tertawa, hingga bisik-bisik.
Rasa kantuknya seketika hilang dengan pikiran yang ikut berkeliaran di luar sana. Berbisik? Bagaimana di dalam kamar, aku bisa mendengar suara bisik? Apa bisikan saja sekarang suara mereka bisa kencang? Batin Jihoon.
Masih enggan untuk membuka mata, Jihoon meraba-raba kasurnya untuk mencari ponsel yang entah dia taruh mana saat dirinya menyentuh kasur. Ketika dia merasakan benda pipih itu, Jihoon mengambilnya dari seseorang yang memberikannya. "Gomawoyo." Kata Jihoon.
Dia melihat jam di ponsel itu. Seakan belum menyadari apa-apa, Jihoon mengibaskan selimut yang baru dia gunakan empat jam itu. Menarik napas dan perlahan-lahan membuka matanya. Menatap langit-langit kamarnya, hingga pikirannya bekerja.
Jihoon menegakkan tubuhnya pada posisi duduk. Mengerutkan keningnya untuk menajamkan pandangannya yang masih kabur efek kurang tidur dan menemukan semua orang ada di dekatnya. Mengitari kasurnya dan melihatnya.
"Yak! Kalian ini sedang apa? Kalian mau melakukan ritual selama aku tidur?!" Omel Jihoon. Lalu dia menyentuh kepalanya yang berdenyut kesakitan. Sepertinya dia tidak bisa kerja hari ini. Rencana Jihoon.
"Kau baru pulang jam berapa?" Tanya Wonwoo serius.
"Sekitar jam setengah tiga kurang."
"Apa saja yang kau lakukan sampai semalam itu baru pulang?" Perlukah Jihoon menjawab pertanyaan Soonyoung saat ini? Dia lagi malas beradu mulut nantinya.
Tapi seakan tidak tau dengan keputusan batinnya sendiri, Jihoon pun menjawab pertanyaan itu, "Aku sudah pulang dari kamar apartemen Jira saat jam 2. Karena ada wartawan yang mengikutiku, aku jadi tidak bisa keluar dengan leluasa. Jadinya-"
Belum Jihoon menyelesaikan ucapannya, semua orang yang mengitarinya itu berteriak secara bersamaan mengatakan hal yang sama, "Ada wartawan yang melihatmu??!!"
Jihoon menutup kedua telinganya. "Aigoo! Bisakah kalian menanyakan ini nanti? Aku masih sangat mengantuk. Beri aku waktu dua jam lagi. Nanti aku akan langsung ke studio Pledis." Katanya sambil membaringkan tubuhnya kembali di atas kasur. Menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
"Dia lupa ya kalau hari ini kita dikasih waktu istirahat?" Timpal Soonyoung. Sedikit berbisik-bisik.
Semuanya meminta Soonyoung untuk menutup mulutnya. Mengisyaratkan mereka pergi satu persatu dari kamar ini, membiarkan Jihoon mengistirahatkan diri setelah semalaman otaknya bekerja.
Bicara di ruang tengah dengan suara kecil agar orang yang mereka bicarakan tidak terganggu. Dalam pembicaraan mereka, ada satu hal yang menjadi keresahan mereka.
Tentu saja tentang wartawan itu.
"Jika hyungnim tau ini, Woozi hyung bisa ditekan lagi." Ungkap Seungkwan.
"Aku lebih mengkhawatirkan bagaimana jika ada berita tentang hubungan mereka. Tidak hanya Woozi, tapi Jira pun akan mendapat serangan dari fans kita. Yang kita tau, Woozi ada banyak sasaeng. Selama ini Woozi menyamarkan hubungannya sampai break itu pun untuk menghindarkan Jira dari sasaeng ini." Pendapat Seungcheol.
"Sebaiknya selama belum ada kejelasan dari Woozi, kita tidak memberikan persepsi apa-apa." Kata Jeonghan. Walau semua orang menyetujuinya, tetap saja mereka ikut resah pada satu masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...